Jainul arifin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Adikku Sundelbolong (tantangan menulis hari ke-25)

Adikku Sundelbolong (tantangan menulis hari ke-25)

"Adikku Sundelbolong"

Oleh : JA

Sore itu. Angin bertiup sepoi-sepoi, awan putih berarak diikuti awan kehitaman. Pertanda nanti akan turun hujan.

Sesekali daun pohon menjatuhkan diri menambah suasana musim kemarau akan berakhir, berganti musim hujan yang menyegarkan.

Sudah tiga tahun Erina tidak bertemu dengan Rika adiknya yang paling bungsu, adik manis yang sering kali bermanja dipangkuannya. Pastinya sangat menyenangkan apabila bertemu dengannya nanti, ia berharap seluruh anggota keluarga berkumpul. Tanpa terkecuali.

Ada beberapa kejadian aneh, saat ia berangkat menuju rumah keluarga. Ada nenek-nenek di tepi jalan, tiba-tiba berpesan kepadanya untuk tidak melanjutkan perjalanan pulang kampung. Kala ia berpaling nenek tersebut menghilang.

Begitupula saat hendak berangkat tali sepatu putus, serangkaian kejadian aneh seperti menghampirinya. Tetapi semua hal tersebut, ditekannya kuat-kuat, bahwa ia harus pulang tahun ini. Apapun yang terjadi.

Sampai juga ia di terminal, oleh-oleh kue coklat kesukaan adiknya tak lupa ia bawa.

Hujan gerimis turun, diikuti angin yang semakin kencang. Hanya tinggal satu mobil yang tertinggal, sepertinya mobil terakhir di terminal itu. Erina melambai kepada sopir angkutan ke desanya itu.

Hanya ada lima orang penumpang, nenek-nenek, ibu berbaju merah dan sepasang anak muda. Melihat sudah tidak ada lagi penumpang yang kelihatan, pak sopir segera menyalakan mesin mobilnya. Meluncur meninggalkan terminal yang sunyi.

Erina menggenggam erat tas ranselnya, tak seorangpun berbicara, seolah orang-orang ini tenggelam dengan keheningan pikirannya. Hanya kesunyian. Dan lebih aneh lagi tatapan mereka kosong.

Karena jalanan berkabut, mobil angkutan berjalan perlahan. Jalanan sepi tak ada kendaraan yang melintas. Biasanya Erina tahu rute ke desanya. Ia melihat jalan yang berbeda. Semakin lama semakin jauh. Entah berapa lama ia naik kendaraan tersebut. Iapun tertidur.

Hentakan keras mengguncang tubuhnya, ransel yang ia pegang melayang didepannya. Erina terpekik namun suaranya tidak dapat keluar.

Begitu sadar, ia mulai menggapai tepi sumur. Lumut hijau basah tak dihiraukannya.

Ia takut. Bulu kuduknya berdiri. Gelap. Dingin. Pastinya ini kecelakaan, kenapa hanya dirinya yang ada disini. Para penumpang yang lain pada kemana. Ia keluar dari mobil yang terbalik tersebut.

Ia terkesiap. Melihat sebuah sosok putih mendekatinya. Berambut hitam, layaknya seseorang yang memakai baju tidur. Aneh. Di dalam hutan belantara seperti ini. Siapa? Hantukah? Tidaaak, Jiwa Erina berontak, ia harus lari.

Erina terjerembab lumpur. Sosok itu mendekatinya perlahan. Srek...srek...srek... Ia menutup mukanya dengan kedua tangan.

"Tidaaak,... Pergi ...jangan dekati aku..."

...

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wow...mistis

07 May
Balas

serem..... bagus.. next

07 May
Balas

Siap

07 May



search

New Post