Hampir 2 minggu ini saya tidak berbagi cerita di sagusabu dikarenakan kesimbukan yang tidak bisa ditinggalkan atau digantikan oleh orang lain. Selain sebagai pengajar, saya juga mengelola bimbingan belajar yang sudah berjalan 8 tahun. Selain itu juga ada usaha kuliner yang sudah berjalan 1 tahun. Disela-sela ketiga kesibukan ini, ada kesibukan yang paling utama sebetulnya yang hampir terabaikan yaitu kesibukan mengurus keluarga. Menjalani kesemua kesibukan diatas itu butuh pikiran dan tenaga yang ekstra untuk dijalani.

Kita tahu dan sudah tidak asing lagi khususnya guru dengan kepanjangan sagusabu, dan dari inilah tersebesit pikiran saya tentang sagusabi. Apakah sagusabi yang saya maksud? Sagusabi ini kepanjangan dari satu guru satu bisnis. Jadi 2 kesibukan atau 2 pekerjaan ini sebetulnya kita masih bisa jalankan secara berdampingan. Disisi satu sisi sebagai penambah pundi-pundi keluarga dan disisi lain bisa manjadikan kita tambah bermanfaat di masyarakat sekitar kita. Bagaimana penjelasannya? Penjelasannya sederhana saja dan sebagai contoh tidak usah jauh-jauh dari diri saya sendiri saja. Sudah sejak bangku kuliah, saya bergelut dibidang bimbingan belajar yang akhirnya sampai jadi guru dan berkeluarga juga masih suka dengan bisnis ini. Bisnis bidang pendidikan, untungnya tidak bisa langsung melonjak tinggi tetapi secara perlahan dan tidak akan pernah surut walau di hantam badai krisis. Berbeda dengan bisnis lainnya misalnya garmen, produk-produk makanan dsb. Bisnis yang cepat untung dan juga cepat rugi dan sangat bisa hancur dihantam badai krisis. Dari bimbingan belajar ini saya bisa bekerja sama dengan 11 guru dan 1 tenaga administrsi. Nah bukankah kesibukan ini bermanfaat bagi masyarakat?

Bisnis yang kedua yang lagi banyak banyaknya orderan adalah bisnis makanan yaitu tahu tengkurep jeng piping. Tahu yang awalnya sebagai makanan biasa dan dapat kita jumpai hampir dimanapun tempat dijawa, sekarang lagi naik kasta. Tahu yang digoreng kemudian dibelah dan diisi pentol bakso sudah umum juga banyak dijumpai. Nah ditangan saya ini, tahu goreng saya belah dan dibalik yang sisi putih dikeluarkan dan kulitnya jadi didalam serta diisi dengan pentol bakso. Di banyuwangi tahu ini terkenal dengan tahu walik. Kemudian saya beri sentuhan modifikasi tercetuslah tahu tengkurep jeng piping. Sedangkan nama jeng piping merupakan nama panggilan kecil istri saya yaitu piping. Untuk meluapkan rasa sayang inilah akhirnya nama kecilnya saya jadikan nama brand makanan khas lamongan. Syukur alhamdulilah perhari saya bisa memasarkan tidak banyak, hanya kurang lebih sekitar 20 paket isi 10 biji.

Dari pengalaman kesibukan saya inilah, mungkin bisa diikuti oleh para guru baik yang berstatus PNS maupun non-PNS. Sehingga workshop atau pelatihan tentang bisnis bagi guru itu juga sangat penting. Khusus guru honorer, guru nantinya dalam mengajar akan lebih tenang, tidak memikirkan kekurangan jam mengajar maupun sertifikasi. Tetapi akan lebih fokus dalam membimbing siswa karena keuangan keluarga sudah ditopang dari kesibukan berbisnis. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi, mohon maaf dan terima kasih.