“Arek Suroboyo Tulen” memang pantas disematkan padanya. Bukan karena fisiknya yang kecil (seperti saya) lantas dipanggil “arek” (anak). Semangatnya ibarat pejuang yang pantang menyerah. Sama seperti “Arek-arek Suroboyo” berjuang gagah berani melawan pasukan Inggris dan Belanda di pertempuran 10 Nopember 1945.

Meskipun tutur katanya tidak meledak-ledak seperti “Bung Tomo”, namun dia selalu menjadi penyemangat guru untuk terus menulis dan terus menulis. Dia bukan singa podium. Tetapi selalu di depan dan dekat dengan guru penulis pemula. “Saya tunggu tulisannya. Jadilah penulis hebat untuk memanjangkan usia” Kata Pak Syaihu sembari erat berjabat tangan manakala ingin berpamitan.

Yach….memanjangkan usia dengan tulisan. Usia manusia boleh terhenti pada titik nadir. Tetapi guratan pena akan tetap hidup. Selama tulisan bertengger di selasar bentala, penulis akan tetap hidup dengan karyanya. Namanya akan tetap ada dan dikenang hingga dunia menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya.

“Pak Haji” julukan lain orang super nekat ini. Baru aku kenal “Wajahnya yang imut-imut” di bulan Nopember 2018, saat pelantikan Pengurus HISPISI Jawa Timur di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Saat itu Pak Haji menarik perhatian yang hadir. Mengapa? Karena dengan pedenya menyerahkan empat buku dengan judul berbeda kepada empat tokoh nasional. Ke empat tokoh itu Prof. Warsono (Mantan Rektor Unesa), Prof. Hasnawi Haris (Pengurus HISPISI Pusat), Dr. H. Abdul Fikri Faqih (Wakil Ketua Komisi X DPR RI), dan Juniarto Widodo (Education and Training Centre BMKG). Jarang lho….orang senekat Pak Haji.

Awalnya aku mengira empat buku yang diserahkan ke empat tokoh dari penulis berbeda. Setelah kutelusuri dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, empat buku itu ditulis hanya oleh Pak Syaihu. Hebatnya lagi, empat buku itu dari satu penerbit “PUSTAKA MediaGuru”. Tetapi ada sayangnya….dari ke empat judul buku, aku belum dikasih sama Pak Syaihu, duhhhh….

Banyak tulisan-tulisan bernas Pak Syaihu yang di repost di WAG HISPISI. Karena punya akses ke Pak Ihsan (Pemimpin Umum MediaGuru), aku manfaatkan untuk bisa kontak langsung dengan tokoh super terkenal di kalangan guru penulis ini. Tidak butuh waktu lama, lewat Pak Syaihu dan Bu Elfi Zufrida aku bisa kontak langsung dengan Pak Ihsan.

Bangkalan, 16 Januari 2019 sekonyong-konyong Pak Syaihu muncul lagi. Bukan di acara “Ngopi Tipis-tipis” yang biasa dilakukan bersama Pak Eko (Pimred MediaGuru). Tepatnya di acara “Bimbingan Teknis Penulisan Buku” yang diselenggarakan MGMP IPS SMP Provinsi Jawa Timur bekerjasama dengan MediaGuru Indonesia.

Senyumnya yang menawan meluluhkan hati untuk tidak menolak apa yang Pak Syaihu inginkan. “Minta waktu sebentar promosi buku saya” pintanya singkat dan lugas di jeda waktu istirahat. Satu jam istirahat, kuserahkan waktu sepenuhnya ke Pak Syaihu. Dari jauh aku memotret tingkah gesit dan santun Pak Haji “menservis” para raja dan ratu di stand miliknya. Guru “out of the box” yang tak hanya terkurung di kata mengajar ini sangat inspiratif. Dari jauh pula aku berkata dalam hati,”Seandainya aku menang lomba nulis yang digagas Pak Syaihu di Gurusiana….AKU AKAN MENOLAK HADIAH BUKU DARINYA……………..kalau hadiahnya hanya satu buku……..” hehehehe….

Salam takzim Pak Haji

Ujung Akar Bromo, 23.01.2019