Arinil Janah

Arinil Janah, Ibu dari 4 anak, berprofesi sebagai guru SDIT Luqman Al Hakim Sleman. menyukai dunia pendidikan, kajian keislaman, penelitian, seni teater, wiraus...

Selengkapnya
Navigasi Web
SAYA NANGIS BACA INI
sumber foto: https://seeklogo.com/free-vector-logos/whatsapp

SAYA NANGIS BACA INI

Di sebuah grup wa seorang teman mengunggah sebuah artikel yang dia kopas. Menurut saya tulisan tersebut menyudutkan ibu pekerja. Karena ada ajakan untuk taubatan nasuha bagi ibu pekerja. Tentu saja sebagai ibu pekerja saya tidak dapat membendung keinginan untuk mengeluarkan uneg-uneg saya. Tulisan lawan dengan tulisan, itu prinsip saya. Maka saya segera menulis untuk mengeluarkan pendapat saya.

Berikut saya sertakan tanggapan saya di grup wa tersebut.

==================================================================================

SAYA NANGIS BACA INI

Bismillah, hanya pada Allah saya berlindung dari lisan yang menyakiti dan dari hati yang keras menerima nasehat. Tangis saya tak terbendung, bahkan saat jemari saya menulis ini.

*Bagi yang sudah terlambat....taubatan nasuha mungkin pilihannya...*

Sebegitu hinakah kami, para ibu pekerja, di mata Allah dan manusia? Sehingga pilihan kami untuk bekerja harus dihentikan dan dilanjutkan dengan taubatan nasuha.

Kurang bijak rasanya kalau menganggap semua ibu pekerja meninggalkan anak-anak untuk mengejar karir.

Tidak adil rasanya kalau menganggap semua ibu pekerja meninggalkan rumah dengan riang gembira tanpa rasa bersalah meninggalkan anak-anaknya.

Bisa jadi kami bangun lebih pagi dari ibu-ibu yang stay at home. Untuk apa? Untuk menyiapkan anak-anak dan suaminya sebelum pergi bekerja.

Bisa jadi waktu tidur kami lebih sedikit dari ibu-ibu yang tidak bekerja di luar. Agar apa? Agar waktu kami cukup untuk menyelesaikan semua urusan di dalam dan di luar rumah.

Bisa jadi tubuh kami lebih lelah?

Bisa jadi kami lebih banyak korban perasaan.

Bisa jadi kami lebih banyak mengorbankan kesenangan.

Bisa jadi kami ........

Saya tidak punya ART dan tidak punya orang tua yang bisa membantu mengasuh dan membantu urusan rumah tangga. Jika pun orang tua masih, rasanya tak tega membebani mereka.

Saya sadar, masih banyak urusan di dalam rumah yang belum tertangani dengan baik.

Saya sadar, pendidikan anak-anak belum ideal.

Saya sadar, kebersamaan bersama anak dan suami, kurang banyak.

Saya sadar ...........

Ah, saya yakin, Allah ciptakan setiap perempuan dan laki-laki dengan segala kebaikan. Setiap pribadi punya peran yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap pribadi bisa bermanfaat.

Bisa jadi kami ........, ah sudahlah.

Mohon maaf jika tidak berkenan, mungkin karena saya sedang haid jadi lebih sensitif dan kurang sabar dalam melihat semua persoalan. Dan jadi reaktif terhadap sesuatu, seperti halnya tulisan tersebut.

Jika punya kesempatan, mohon sampaikan tanggapan saya kepada suami bu dokter yang menulis ini.

Mohon doakan kami, agar pekerjaan kami tak melenakan, tidak juga membuat kami bersikap kurang adil pada anak-anak maupun suami.

Wallahu’alam bish showwab.

Lojajar, jelang Maghrib, 16 Juli 2019

Arinil Janah Binti Djamhari Ali

Dan dapat ditebak, setelah saya memberikan tanggapan, grup menjadi ramai dan memanas. Pro dan kontra saling adu argumentasi. Saya berharap tidak ada lagi pengkotak-kotakan terhadap seorang ibu. Ibu pekerja atau ibu rumah tangga bagi saya semua sama mulianya. Semua punya tanggungjawab pada Allah atas pendidikan putra putrinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya setuju, Bunda. Ibu rumah tangga dan ibu pekerja sama mulianya. Yang paling penting, masing-masing dapat menjalankan kewajibannya dengan baik. Menyadari sepenuhnya bahwa kewajiban seorang ibu di dalam keluarga bisa dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Meski seorang ibu juga bekerja (berkarir) tetapi jika ia bisa melaksanakan kewajibannya sebagai istri dan ibu dengan baik, apa yang harus ditobatkan? Atau... seorang ibu rumah tangga, jika ia tidak menjalankan tugasnya dengan baik, mungkin ini yang harus taubatan nashuha. Terlepas apakah ia seorang ibu rumah tangga ataukah ibu pekerja, keduanya sama-sama harus menjalankan kewajiban yang kelak akan ditanyakan oleh-Nya. Wallahu a'lam bishowab. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Bunda.

18 Jul
Balas

sepakat, bunda. sesama ibu seharusnya saling menguatkan, saling mendukung. Semoga Allah ridho dengan semua ikhtiar kita. Salam kenal bunda, salam silaturrahim. terima kasih sudah singgah di sini

19 Jul



search

New Post