(Hari ke-27)

Berita tewasnya Masri membuat geger warga kampung Baloy. Masri, pemuda yang selalu

berpenampilan urakan tetapi berprilaku sopan kepada siapapun, gugur saat pencarian Jardi di hutan Sintaba. Laja' atau anak sumpit beracun menancap tepat di lehernya.

Mang Caroq memeriksa jenis laja' yang menancap di leher Masri. Laja' ini berbeda dengan yang nyaris mengenai Kobe semalam, pikirnya. Itu artinya pelaku bukan orang yang sama dengan yang menyerang Kobe dan menculik Jardi.

Kobe? Mana Kobe? Mang Caroq mengarahkan pandangan ke orang-orang yang mengelilingi jenazah Masri. Mang Carok tidak melihat batang hidung Kobe. Dia beranjak meninggalkan jenazah Masri. Bertanya ke beberapa orang, adakah yang melihat Kobe. Jawaban mereka sama. Sejak tadi tak melihat Kobe.

Dua orang polisi dari Satreskrim Polsek kecamatan Palasa datang memeriksa kondisi jenazah Masri. Setelah mengecek kondisi mayat, satu orang memotret dan lainnya mewawancarai Pak Kades. Polisi langsung melakukan olah TKP.

Atas persetujuan pihak kepolisian, jenazah dibawa ke pemukiman warga, ke rumah orang tua Masri. Lewat tengah hari, iring-iringan pembawa jenazah tiba di rumah orang tua Masri.

Sementara Mang Caroq diam-diam memisahkan diri dari rombongan pembawa jenazah. Lelaki paruh baya itu tahu ke mana harus mencari Kobe.

Sanak keluarga Masri sudah berkumpul. Pak Kades segera mendekati kedua orang tua Masri, menyampaikan permohonan maaf dan meminta mereka tabah dan ikhlas dalam menghadapi musibah.

(Bersambung)