Aris Arianto

Guru SMAN Model Terpadu Madani Palu-Sulawesi Tengah...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengejaran Ke Gunung Punsu 2

Pengejaran Ke Gunung Punsu 2

(Hari ke-21)

Chapt. 2: Dihalau Anak Sumpit

Kobe berhenti di tepi hutan. Matanya liar mencari si bayangan hitam. Pemuda itu tidak peduli dengan keangkeran hutan Sintaba. Bahkan dia tidak peduli dengan keselamatan dirinya. 

"Aku harus menemukan Jardi,"  bisiknya. Kobe begitu mengkhawatirkan sahabatnya. Butiran peluh menetes dari wajahnya hingga kaus  oblongnya basah di bagian punggung. Kobe masih tersengal. Wajahnya memerah menahan amarah pada makhluk si bayangan hitam. Gerahamnya menggeretak. 

Kobe berhenti tepat di tempat si bayangan hitam pertama kali dilihatnya. Berdiri di antara dua pohon beringin besar. Matanya mengawasi setiap gerakan yang ada di depannya. 

Suara azan magrib dari masjid di perkampungan mulai terdengar. Kobe mengayunkan langkah dengan sangat pelan. Pikirannya fokus pada sosok makhluk hitam itu. Pemuda itu berburu dengan waktu. Mumpung belum begitu gelap, Kobe terus mengamati situasi hutan. 

Pemuda ceking itu masuk beberapa langkah melewati dua pohon besar. Di sisi kiri dan kanan terlihat pohon-pohon kecil yang menghalangi pandangannya. Belum lagi garis-garis malam mulai menghitam. 

Sekonyong-konyong pendengaran Kobe menangkap bunyi ranting yang patah. 

"Syiiiiitt, syiiiit, syiiit.." Puluhan anak sumpit menancap di pohon yang ada di sisi kiri dan kanan. 

Kobe menunduk. Melihat ke arah datangnya anak sumpit. Ia memutuskan mendekati sumber anak sumpit. Melangkah perlahan sambil merunduk. 

Baru langkah ketiga yang diayunkan Kobe, puluhan anak sumpit menancap di tanah  menghalanginya. Memaksa Kobe berhenti. Tak dinyana, kembali anak sumpit melesat di sisinya.

"Sreeet..!" 

Sebuah anak panah beracun mengenai bagian bawah kaus oblongnya. Kobe mundur beberapa langkah. Kini Kobe kembali berdiri di antara dua pohon beringin besar. Tiba-tiba lesatan puluhan anak sumpit kembali menghujam di atas tanah di depan Kobe. Sebagian menancap di batang  pohon di kedua sisi  Kobe. 

Suasana hutan Sintaba semakin mencekam. Kegelapan malam mulai menyelimuti kawasan  yang tidak jauh dari bibir pantai.

Kobe akhirnya kembali. Anak sumpit yang menggantung di bagian bawah kaus oblongnya, dilepas. Kobe bermaksud memperlihatkan ke orang-orang kampung sebagai bukti kalau Jardi diculik oleh orang yang bersenjata Sumpitan. 

Kobe melesat  meninggalkan tempat itu. Ia buru-buru pergi karena  sebentar lagi waktu magrib berakhir. Ia belum shalat. 

Usai shalat magrib di perahu milik Jardi, Kobe mencoba mengingat kejadian di hutan Sintaba. Tidak habis pikir bagaimana Jardi begitu cepat menghilang. Kobe juga merasa aneh dengan puluhan anak sumpit yang tidak melukainya. Seperti ada yang  senggaja untuk mencegahnya masuk ke hutan itu. 

"Aku harus melaporkan hilangnya Jardi ke kepala desa. Tapi bagaimana dengan ibu Jardi?" batinnya. Jardi tinggal bersama Ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal. 

Kobe membayangkan kesedihan ibu Jardi. Orang-orang  kampung biasa memanggil ibu Jardi dengan sebutan Ina Jardi. Wanita tua itu dalam kondisi sakit.

"Gimana ya caranya memberi tahu Ina Jardi?" Kobe bingung. 

Kobe melepas ikatan perahu. Sekuat tenaga Kobe mendayung agar perahunya bergerak cepat. Ia tak sabar mengabarkan hilangnya Jardi. 

(Bersambung) 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren cerpennya pak. Salam sukses selalu

19 Jan
Balas

Thanks bu,

19 Jan



search

New Post