Tidak ada cita-cita, tanpa berusaha. Tidak ada cita-cita, tanpa upaya. Setiap menginginkan sesuatu, harus ada ikhtiarnya. Sekecil apapun keinginan kita, pasti ada yang harus dilakukan. Misalnya ingin makan mendoan saja, harus ada upayanya. Dapat membeli atau membuat sendiri. Apalagi menginginkan sesuatu yang besar, tentunya harus dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh dan istiqomah.

Apabila yang dicita-citakan oleh Darto, yaitu ingin makan kaki kambing (dengkil) akan diwujudkan, maka harus berani memulai ikhtiarnya. Misalnya yang pertama, membeli kaki kambing ke rumah pemotongan, atau saat kemarin ada penyembelihan hewan kurban, mengajukan permintaan kepada panitia. Biasanya kaki kambing minim peminat. Bukan karena tidak mau atau tidak suka dengkil. Saya dapat memastikan, karena tidak mau repot ngurusi dengkil yang prosesnya membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Terutama saat harus membersihkan bulu-bulunya. Memulai pasti sampai, sebaliknya tidak pernah memulai, pasti tidak pernah akan sampai.

Kecenderungan manusia, walaupun sudah ada gambaran hasil yang akan dinikmati dan juga menyenangkan, tetap saja kurang semangat saat melakukan proses. Misalnya, Darti itu sangat suka dengan masakan kaki kambing. Apalagi dimasak dengan bumbu lombok hijau. Rasanya sangat nikmat. Bahasa ngapaknya, "Mangane ora clingak-clinguk". Saat makan tidak tengok kanan dan kiri. Sangat menikmati, seperti dunia miliknya sendiri. Apa yang dilakukan Darti itu, baru sebatas keinginan. Belum merupakan kebutuhan. Keinginan dapat berubah menjadi kebutuhan, apabila sudah ada ikhtiarnya. Disinilah letak, dimana Allah Swt akan memainkan perannya. Allah Swt malu, apabila tidak memenuhi kebutuhannya. Yang harus selalu tertanam kuat dalam sanubari kita adalah, Allah Swt akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.