Tidak disangka-sangka malam ini teringat bapak almarhum. Langsung saya jadikan tema tulisan hari ini. Dilanjutkan doa untuk beliau :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَلِوَ الِدَىَّ وَارْ حَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَا نِى صَغِيْرًا

"Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah keduanya, sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil". Semoga doa ini diijabah oleh Allah Swt. Aamiin.

"Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini. Benturan dan hempasan terpahat dikeningmu. Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari. Kini kurus tak terbungkus. Namun semangat tak pernah pudar. Memikul beban yang makin sarat. Kau tetap bertahan. Ayah dalam hening sepi ku rindu". Penggalan lagu milik bang Ebiet G Ade, benar-benar mengingatkan perjuangan bapak kita. Perjuangan untuk membahagiakan keluarga. Membahagiakan anak dan istrinya. Kadang beliau tidak menghiraukan kebahagiaan untuk dirinya.

Perjuangan tulus ikhlas dari bapak kita, menjadi teladan untuk anak-anaknya. Orang jawa menyebutnya, "sikil nggo awak, awak nggo sikil", kaki untuk badan, badan untuk kaki. Begitulah gambaran perjuangan seorang bapak. Perjuangan yang tidak pernah mengharapkan balasan. Walaupun keringat bercucuran, sengatan panas tidak dirasakan, beliau tetap bersabar. Kadang anaknya menyakiti hatinya, namun tetap dibalas dengan senyuman bijaksana. Bapak, semoga engkau diampuni semua dosanya, terang kuburnya dan kelak dimasukkan ke surganya Allah Swt. Aamiin ya mujibassaailiin.