Aris Sabthazi

Pendidik di SMA Negeri 1 Jamblang...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENJUAL DENGAN BISU

Ada yang terlewat pengalaman di bulan Oktober.

Di hari Sabtu 21/10/2017 rombongan MGMP Sosiologi Kabupaten Cirebon mengadakan Study Observasi ke masyarakat Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Peristiwanya ketika mengunjungi objek wisata kawah gunung Dieng. Di situ begitu ramai manusia.

Ketika penulis jalan menuju kawah Dieng, di kanan kiri banyak pedagang.

Mulai dari berjualan makanan oleh-oleh khas makan dieng seperti Carica, manisan, pakaian, cinderamata, sayur sayuran, kentang dan lainnya.

Sampai mendekati kawah pun yang berjualan tetap banyak. Kios dan lapak berjejer. Jumlahnya sekitar 60 lapak di sana.

Yang unik adalah para penjual disana tidak menawarkan barang dagangannya. Mereka hanya diam saja.

Lalu lalangnya pengunjung tidak disambut dengan tawaran barang jualan, tapi cukup senyuman.

Itu bukan satu dua orang pedagang, tapi semuanya. Penulis terheran, kok bisa?. Tidak seperti di tempat jualan umumnya.

Di tempat jualan umumnya para pedagang hampir seluruhnya menawarkan barang dagangannya. Mereka berlomba menyajikan produk terbaiknya.

Bahkan mereka bersaing memberikan harga yang murah agar laku terjual. Tapi di Dieng tidak.

Menurut pakar budaya Harsojo, dalam bukunya pengantar Antropologi (1982), bahwa setiap masyarakat memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda dari yang lain.

Cara berdagang dengan cukup memberi senyum dengan tidak banyak mempromosikan itulah budaya mereka.

Budaya santun dan menghormati para pengunjung seperti layaknya raja. Budaya tenang, kalem. Tidak panik, risau akan rejeki yang telah yakin dibagi oleh sang Pemberi rizki itulah budaya mereka.

Budaya saling menghargai sesama tetangga pedagang. Itulah budaya mereka.

Mereka dinilai asing oleh kita, karena kita menilai dengan budaya kita. Baginya seluruh cara hidupnya merupakan sesuatu yang wajar dilihat dari berbagai segi.

Keasingan dan keanehan itu hanya mungkin dimiliki oleh orang, jika ia menggunakan ukuran -ukuran lain yang datang dari luar budayanya untuk meninjau budaya itu.

So, itulah budaya masyarakat yang berbeda, yang unik yang kita dapat menimba ilmu darinya.

Ahad pagi wis nyega goreng di umah, 7/1/2018.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post