Ada hal yang menarik ketika mendengarkan sambutan dari kepala Humas Universitas Negeri Yogyakarta, Dr.Anwar Effendi, Jumat, 22/12/17, di ruang Auditorium dalam Study Kampus Smanja 2017. Dijelaskan bahwa daya serap siswa di Perguruan Tinggi dalam Angka Partisipasi Kasar (APK) hanyalah 5% dari 21% yang ditargetkan pemerintah. Masih jauh dari yang diharapkan.

Oleh karenanya pemerintah bekerjasama dengan seluruh lembaga Perguruan Tinggi negeri atau swasta untuk memberikan akses seluas-luasnya bagi mereka untuk masuk ke perguruan tinggi. Seperti, pertama, menambah atau mengubah status Perguruan Tinggi swasta menjadi negeri di masing-masing daerah.

Kedua memberikan akses masuk ke Perguruan Tinggi melalui non akademik tidak melulu dari jalur akademik, namun dengan tetap mengutamakan prestasinya. Maka jika ada, dipersilahkan untuk mengajukan sebagai syarat masuknya ke perguruan tinggi.

Prestasi olahraga, seni, keterampilan, bahkan prestasi hapalan al- Quran (tahfidz) pun dapat dijadikan syarat masuknya ke Perguruan Tinggi. Contoh dari olah raga. Evan Dimas pemain sepak bola nasional sekarang dapat bersekolah disini. Bagi yang mampu menghafal al Quran 30 juz, atau 20 juz, 15 juz, dipersilahkan mendaftarkan diri.

Artinya pemerintah tidak membatasi peluang siswa dalam menapaki ke jenjang yang lebih tinggi. Seluruh potensi yang dimiliki siswa tetap dihargai selama ia mau mengasah dan menjadikannya prestasi.

Maka benar adanya jika dalam penilaian siswa di akhir semester guru tidak elok memberikan peringkat atau rangking kepada siswa, karena kemampuan tidak hanya dinilai sebatas kemampuan akademik semata. Melainkan penghargaan di luar akademik pun perlu mendapatkan apresiasi.

Dan sudah menjadi tugas kita sebagai pendidik dan orang tua untuk dapat mengetahui dan mengasah potensi yang beragam itu.

Senin pagi di rumah, 05.35, 25/12/17