Arnold Jacobus

Saya hanyalah seorang Guru yang ingin berbagi dengan sesama....

Selengkapnya
Navigasi Web
PENDIDIKAN = KEMERDEKAAN

PENDIDIKAN = KEMERDEKAAN

Pemangkat, 22 November 2017

18.00 wib

PENDIDIKAN = KEMERDEKAAN

Pendidikan adalah Kemerdekaan. Pendidikan itu memerdekakan raga dan jiwa anak. Itulah sekelumit kalimat yang kudapatkan dalam bukunya Ki Hadjar Dewantara. Malam ini aku iseng-iseng membaca buku sang tokoh Pendidikan Nasional tentang pendidikan. Buku yang sudah setahun kubeli sebagai referensi dalam menyelesaikan tugas Kuliah.

Ketika aku asyik membaca halaman bab 3 tentang pendidikan kanak-kanak, kedua anakku mulai lagi dengan rutinitasnya setiap hari yaitu mengajakkku bercanda. Anak yang sulung mengambil pulpen yang sedang kugunakan untuk menulis materi-materi yang penting, pulpen itu digunakan untuk menggambar tangannya dengan lukisan bunga. Anak yang kedua, asyik hilir mudik di belakangku sambil sesekali memelukku dari belakang. Tak lama kemudian mereka mulai beralih kepada permainan yang lain, yaitu meminta kertas untuk dijadikan pesawat, perahu, atau mainan yang lain. Sebenarnya aku enggan mengoyak buku yang kudapat dari kegiatan Olimpiade Guru Nasional (OGN) di Jakarta, karena kertas itu memiliki lambang Tut Wuri Handayani, tapi aku dengan terpaksa mengoyak kertas itu sebanyak dua lembar untuk kuberikan kepada mereka.

Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Quotient mengatakan bahwa manusia memiliki dua pikiran, yaitu pikiran emosional dan pikiran rasional. Dalam pikiran emosionalku, ada rasa emosi yang sebentar lagi meledak, seperti sang gunung berapi yang akan memuntahkan laharnya. Tapi pikiran rasionalku berkerja, aku teringat beberapa menit yang lalu aku membaca sebuah kalimat dari buku yang kupegang, Herbert Spencer mengatakan “di dalam jiwa anak, ada kekuatan yang harus mereka keluarkan (ontladingstheorie), cara untuk mengeluarkannya adalah dengan cara bergerak dan bermain” iya.., itulah mereka, dengan jiwa kanak-kanaknya. Mereka ingin mengeluarkan kekuatan yang ada dalam jiwanya. Di dalam kehidupan anak-anak, bermain itu mempunyai kedudukan dan arti yang sangat penting. Selain tidur atau sedang mengerjakan sesuatu, anak-anak akan selalu bermain. Menurut Karl Groos, orang dewasa juga demikian, di dalam jiwanya terdapat keinginan atau hasrat untuk bermain. Namun orang dewasa telah menyeleksi permainan apa yang bisa mereka lakukan atau bagaimana cara bermain yang tidak melanggar adat kesusilaan atau sopan santun. Groos menamakan penyeleksian itu dengan nama “Katharsis” (pembersihan atau pemurnian).

Terkait dengan tugas guru, permainan itu sangat penting dalam sebuah proses pembelajaran. Seperti yang telah dibahas di atas bahwa pendidikan adalah kemerdekaan. Kemerdekaan anak untuk mengeluarkan kekuatan yang ada dalam jiwanya. Anak akan terkurung jiwanya jika proses pembelajaran dilakukan dengan hanya menyuruh anak duduk diam dan mendengar celotehan guru. Teringat beberapa waktu yang lalu ketika aku mengajak anak bermain simulasi sejarah perjuangan kemerdekaan. Betapa mereka bahagia memerankan tokoh pejuang yang merebut kemerdekaan. Mereka telah siap dengan peralatan tempur yang telah mereka bikin sendiri. Keadaan kelas hingar bingar dengan semangat perjuangan mereka untuk meraih kemerdekaan. Itulah mereka, selain mereka belajar tentang tokoh pejuang dan proses merebut kemerdekaan, mereka juga telah memerdekakan jiwanya untuk menjadi manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang bisa mengenali kodratnya sebagai manusia yang merdeka dari kebodohan.

Merujuk kepada sistem pendidikan di Negara Filandia, di sana anak tidak terkekang oleh jam pelajaran yang panjang. Guru diberi kebebasan menyelenggarakan proses pembelajaran di kelasnya. Siswa bebas dalam mengekspresikan kebebasan raga, jiwa, pikiran, imajinasi, kreativitas, potensi, bakat, keterampilan, dan sikapnya. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang memfasilitasi anak belajar, guru juga berperan sebagai guide, yaitu menjaga agar anak belajar sesuai jalurnya. Anak diberi kemerdekaan dalam menggali apa yang ada dalam dirinya.

Marilah kita ciptakan pendidikan yang bisa memerdekakan jiwa anak, dengan cara memasukkan unsur permainan dalam proses pembelajaran. Semoga dengan itu, kualitas pendidikan meningkat, sehingga bisa mencetak generasi penerus yang unggul di masa depan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin.. mantap pak

29 Nov
Balas



search

New Post