Artha Kristanti

Mengajar di SMPN 5 Yogyakarta, salah satu keberuntunganku. Ditengah tengah siswa cerdas, membuat aku tidak boleh berhenti belajar dan berinovasi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
TO BE SCIENCE TEACHER

TO BE SCIENCE TEACHER

How can you teach science in English?” kata native speaker di sebuah lembaga kursus dengan nada sinis. Jleg.....aku seperti terlempar di sumur yang dalam. Keringatkau bercucuran, lututku gemetar. Runtuh sudah semangat yang aku bangun seusai ikut bimtek Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. “Your ability is only elementary level ,”katanya lagi. “If you want to teach science by English you should be in Anvanced level ”, lanjutnya. Ingin rasanya aku lari dari ruangan itu dengan membawa rasa malu. Saat itu aku merasa jadi orang paling bodoh di dunia. Tetapi langitku belum runtuh. Aku akan buktikan kalau aku bisa.

“Selamat ya, sudah lolos seleksi guru Rintisan Sekolah Berstandar internasional,”kata Bu Rini guru bahasa Inggris di sekolahku. Tiba-tiba kepalaku pusing, seperti kejatuhan beban yang sangat berat. Baru kali ini aku cemas luar biasa justru disaat mendengar keberhasilanku. Terbayang didepan mataku, bagaimana nanti aku harus mengajar IPA dengan bahasa Inggris. Mampukah aku? Jika aku gagal pasti sekolahku akan dipermalukan. Bagaimana caranya agar aku bisa menjalani tugas ini, pertanyaan itu terngiang-ngiang dikepalaku. Sepertinya Bu Rini tahu apa yang kupikirkan. Dia memelukku, sambil berbisik,”Selalu ada aku, yang akan membantumu”. Lega rasanya, punya dewi penolong. Itulah awal kisahku ini.

Seminggu kemudian aku diundang bimtek guru-guru Rintisan Sekolah Berstandar Internasional dari seluruh Indonesia. Kegiatan itu berlangsung selama 3 minggu. Inilah caranya menempa diri agar dapat mengajar IPA dengan bahasa Inggris. Bimtek dilaksanakan dengan konsep yang jauh berbeda. Kegiatannya sangat padat. Dimulai dengan paparan materi oleh dosen-dosen PTN ternama. Dilanjutkan dengan belajar membuat lesson plan untuk mengajar dan dilengkapi dengan kegiatan peer teaching. Aku salah satu peserta yang kemampuan bahasa Inggrisnya nol. Sehingga saat persiapan untuk peerteaching, hampir tidak tidur semalaman. Karena harus menyiapkan presentasi dengan Power Point, materi pratikum sampai membuat lesson plan. Ketegangan terjadi saat harus mengajar peerteaching. Walaupun sudah mengajar selama sepuluh tahun, tapi saat itu aku merasa grogi luar biasa. Mirip seperti saat mengajar pertama kali dalam Praktek Kerja Lapangan di kala kuliah. Aku harus mengahapal langkah-langakah pembelajaran, sampai kalimat apa yang harus aku ucapkan. Makin kacau lagi, teman-temanku yang berperan sebagi siswa tidak memahami apa yang aku ucapkan. Akhirnya peerteaching pertamaku gagal total. Sambil manahan tangis aku lari ke kamar dan tidak peduli ulasan dari dosen pembimbing tentang pelaksanaan peerteachingku. “Tidak perlu malu, ayo aku bantu memperbaiki lesson planmu,” suara Bu Rini yang lembut menenangkanku. Aku kembali bangkit, walau tertatih tatih, dan akhirnya bisa memperbaiki lesson plan untuk dipakai ulang. Bu Rini juga ajari membuat kalimat perintah yang mudah dipahami. Bimtek itu menjadi kawah candradimuka bagiku.

“Hebat, Ibu sudah lancar mengajar IPA dengan bahasa Ingris,” kata Kepala Sekolahku. “Lain waktu jika ada guru IPA sekolah lain berkunjung, saya tidak ragu membawa mereka ke kelas Ibu,” katanya lagi. Aku kaget luar biasa, saat keluar kelas melihat Bapak Kepala Sekolah sudah duduk di bawah jendela. Ternyata selama ini beliau mengamati perkembanganku dalam mengajar IPA menggunakan bahasa Inggris. Sejak saat itu kelasku selalu dikunjungi tamu dari seluruh Indonesia untuk melihat pelaksanaan pembelajaran dengan bahasa Inggris. “Bu, bagaimana dapat lancar mengajar IPA dengan bahasa Inggris,” tanya salah satu guru IPA dari Jawa Timur. Aku tersenyum sambil mengajaknya berbincang di laboratorium IPA. Aku ceritakan rahasianya. “Saya tidak pandai bahasa Inggris,”kataku sambil menunjukan contoh lesson plan buatanku. Dalam lesson plan itu, tersusun secara rinci langkah-langkah pembelajaran sampai kalimat apa yang harus diucapkan. “Jadi seperti dialog drama ya Bu,” katanya sambil tertawa. Iya betul sekali, itulah kuncinya. Sebelum pulang dia meminta beberapa contoh lesson plan. Dengan senang hati kuijinkan membawa sebanyak yang dia inginkan.

“Bu, dipanggil Bapak,” kata Pak Tri laboranku sangat pelan. Maklum aku sedang serius di depan laptop. Hari terakhir pengumpulan soal ujian akhir semester membuatku sedikit panik. Setelah file tersimpan, aku langsung bergegas menemuinya. “Silahkan masuk Bu,” kata Kepala Sekolahku lembut. Aku lihat beliau sedang membaca sesuatu. Tampak sekali wajahnya muram. Apa salahku, batinku penuh cemas. “Bu, siswa kelas 8D minta guru IPA nya diganti.” Deg...wajahku langsung terasa panas. Terbayang wajah-wajah siswaku kelas 8D. Aku merasa tidak ada masalah selama ini. Mereka tidak pernah mengeluh apapun tentang kegiatan pembelajaran IPA? Mengapa mereka memilih mengirim surat kepada kepala sekolah. Mengapa mereka tidak terlebih dahulu bicara langsung kepadaku? Sekuat tenaga aku menahan air mata. Dan berusaha tegar untuk menerima apapun keputusan yang diambil. “Bu, saya tidak akan kabulkan,” katanya. Ternyata Kepala Sekaloh memutuskan tidak akan ada pergantian guru hanya karena permintaan siswa. Apalagi selama pengamatannya, aku tidak melakukan kesalahan apapun. Setelah memohon diri, aku langsung menuju ke kelas 8D. Dengan bantuan pengurus kelas, seluruh siswa bisa berkumpul di dalam kelas. Kami semua duduk melingkar di lantai. Wajah mereka tampak terheran-heran. Tetapi ada satu anak yang wajahnya pucat. Dia Donny sang ketua kelas. Selama ini nilai IPA nya mengecewakan. Berkali-kali ikut program remidial. Orang tuanya juga pernah datang ke sekolah. Untuk konsultasi tentang kesulitan anaknya belajar IPA dalam bahasa Inggris. Padahal sudah dipanggilkan guru les privat. Sambil menatap tajam mata Donny aku buka pembicaraan. Intinya Kepala Sekolah tidak bisa mengganti guru IPA sesuai permintaan siswa. Aku meminta mereka tidak perlu khuwatir karena aku akan mengundurkan diri. Wajah Donny menunduk, tampak rasa penyesalannya. Saat itu hatiku benar-benar hancur, pecah sudah pertahanku. Air mataku bercucuran. Kelas menjadi mencekam, beberapa siswa yang perempuan mulai terisak. Ada juga yang memelukku. “Ibu, jangan pergi dari kelas kami,” kata Cintya siswaku yang paling bandel. ”Surat itu tidak menggambarkan keinginan kami semua.” katanya lagi. Makin banyak siswaku yang menangis. Tetapi keputusanku sudah bulat. Aku harus melepas kelas ini. Kelas tidak lagi kondusif untuk belajar. Biarlah guru yang mereka anggap lebih baik menggantikanku. Kutinggalkan kelas dengan hati patah.

Peristiwa itu menggores luka yang cukup dalam. Aku masih sedih jika mengingatkan. Tetapi aku tidak boleh berhenti dan harus tetap bersemangat untuk belajar demi meningkatkan diri. Kemapuan bahasa Inggrisku yang belum juga maksimal membuat aku mulai meninggalkan metode ceramah. Metode eksperimen menjadi favoritku, karena pembelajaran dapat dikendalikan dengan worksheet . Prestasi siswaku juga makin meningkat.Yang paling menggembirakan aku berhasil lolos seleksi untuk mengikuti bimtek guru IPA di Recsam, Penang , Malaysia selama 30 hari. Perjuanganku berbuah manis. Aku sudah buktikan bahwa kemampuan berbahasa Inggris bukan satu-satunya syarat untuk dapat lancar mengajar IPA dengan bahasa Inggris. Aku bisa. Terimakasih Tuhan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam kenal Congratulation ya

07 Dec
Balas

Salam kenal juga Bu Sri Sugiastuti, ibu dari kota mana? saya dari Jogja

07 Dec

Paparan yang bagus buk, lanjutkan menulisnya....

07 Dec
Balas

terimakasih suportnya. makin menginspirasi saya

07 Dec

Saya jadi merinding membacanya..Ibu guru yang hebat. Saya jadi termotivasi. Salam kenal Bu..

07 Dec
Balas

terimakasih empatinya, semua guru hebat kok, yang penting pelayanan kepada siswa hrs prima

07 Dec

Salam kenal bu... Mata sempat berkaca-kaca saat membaca kisah ibu. Perjuangan yang luar biasa. Jikalau diperkenankan mohon kiranya saya diberi kesempatan utk belajar banyak dari ibu. Di mulai dari 1 contoh lesson plannya bu. HEHEHE Email saya: [email protected] Jangankan utk mengajar IPA pakai bahasa inggris, untuk membalas percakapan dalam bahasa inggris saja lidah saya harus diurut berkali-kali karena keseleo.Hahahaha Terima kasih banyak saya ucapkan sebelumnya jikalau ibu bersedia membantu.

07 Dec
Balas

Salam kenal Bu Rosita Arsani, saya cari dulu ya filenya, karena sudah saya tinggalkan setelah RSBI di hentikan

07 Dec



search

New Post