ARUM BERLIANA PRASANTY

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI PENDIDIKAN

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI PENDIDIKAN

OLEH : ARUM BERLIANA

CGP ANGKATAN 9

SMP NEGERI 1 PEJAWARAN

Salam sehat dan sejahtera untuk kita semua…

Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan koneksi antar materi setelah mempelajari modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Pendidikan. Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Ada tiga prinsip coaching yang saya ketahui yaitu asas kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti yang harus seorang coach kuasai adalah kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Pelaksanaan coaching menggunakan alur TIRTA, yakni Tujuan, Indentifikasi, Rencana dan Tanggung Jawab.

Supervisi akademik adalah upaya membantu guru-guru dalam mengembangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan ini berarti esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Ada 3 tahap dalam melakukan supervisi, yakni pra observasi (perencanaan), observasi (pelaksanaan) dan pasca observasi (tindak lanjut).

Emosi yang hadir sebelum pembelajaran modul 2.3 adalah cemas karena dari nama "coaching" tersebut saya masih mengartikan kalau coaching itu adalah sesuatu yang sangat rumit. Setelah saya mempelajari modul 2.3, saya mulai tertarik dalam mempelajari dan mengimplementasikan teknik coaching ini. Saya sangat gembira saat berkolaborasi dengan rekan-rekan saya dalam melaksanakan praktik coaching baik di ruang kolaborasi maupun demonstrasi kontekstual. Lalu selanjutnya saya merasa optimis mengimplementasikan semua yang saya pelajari di modul 2.3. Namun dalam proses penerapan yang baik saya merasa harus banyak berlatih untuk mengasah kemampuan agar dapat menjadi coach yang dapat memaksimalkan potensi coachee.

Dalam proses belajar mengajar, yang sudah baik dirasakan dalam melibatkan diri adalah sudah mampu berkolaborasi dengan rekan sesama CGP saat mempraktikkan proses coaching baik sebagai coach, coachee, dan observer. Saya juga melibatkan diri dari setiap diskusi yang dilakukan terkait modul 2.3 ini. Terkait dengan modul ini, saya merasa masih banyak hal yang perlu diperbaiki terkait keterlibatan pembelajaran. Dalam keterlibatan dalam proses pembelajaran, yang masih harus saya tingkatkan adalah kehadiran penuh sebagai coachee dalam proses ciaching. Kemampuan ini menurut saya menjadi dasar agar dapat mengajukan pertanyaan berbobot untuk menggali dan meningkatkan potensi coachee. Hal yang masih harus diperbaiki adalah kemampuan dalam mengajukan pertanyaan yang berbobot. Pertanyaan berbobot ini akan mampu menggali permasalahan coachee dan tentunya akan membantu coachee dalam membuka pemikiran atau solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Setelah mempelajari materi modul 2.3 ini, jika dikaitkan dengan kompetensi dan kematangan pribadi tentunya saya dapat memanajemen diri dari segala asumsi-asumsi yang biasanya muncul di benak saya saat ada rekan atau murid ketika mengeluhkan permasalahan. Saya juga sudah mulai berlatih coaching metode TIRTA yang beriringan dengan mendengarkan dengan RASA.

Coaching merupakan salah satu bentuk kepemimpinan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, guru harus menguasai berbagai kompetensi sosial dan emosional, bukan hanya aspek kognitif saja.

Hal yang menjadi tantangan saya adalah menyeragamkan pemahaman tentang coaching dalam supervisi akademik baik di lingkungan sekolah atau kepada rekan sejawat. Selama ini supervisi dianggap sebagai hal menakutkan karena guru atau orang yang disupervisi akan merasa takut dinilai seolah-olah supervisor adalah orang yang mencari kesalahan atau guru sendiri takut untuk salah. Hakikat supervisi seharusnya meningkatkan kinerja guru dalam pendidikan. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka hal yang dapat saya lakukan dengan kemampuan yang saya miliki ada membagikan pengalaman dan pengetahuan saya kepada rekan guru terdekat. Selain itu, memberikan contoh praktik coaching baik kepada murid maupun rekan sejawat.

Pengalaman saya di masa lalu, saya belum pernah menjadi supervisor selama menjadi guru. Saya sebagai guru, pernah disupervisi oleh supervisor (guru) dalam penilaian kinerja guru. Sebagai guru mapel, saya disupervisi mulai dari perangkat pembelajaran praktik mengajar dalam proses KBM di kelas. Saya merasa takut karena saya merasa akan dinilai seperti ujian. Kegiatan supervisi ini dilakukan langsung observasi tanpa ada pembicaraan pra observasi. Namun setelah saya pahami, saya diberikan tips tips dalam melakukan penilaian dan supervisor memantau dan memberikan umpan balik terhadap apa yang sudah saya lakukan, memberikan saran dan masukan untuk saya, dan perbaikan apa yang sudah saya upayakan.

Setelah mempelajari modul 2.3 ini, adapaun keterkaitan materi ini dengan modul sebelumnya sebagai berikut.

· Modul 2.1 : Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, maka guru harus menjalankan coaching dalam menentukan gaya belajar murid agar sesuai dengan kebutuhannya. Melalui proses coaching ini, guru dapat mengenal secara mendalam muridnya kemudian ditindaklanjuti dengan memaksimalkan dalam menggali potensi murid dengan menyesuaikan dengan gaya belajarnya sendiri.

· Modul 2.2 : Dalam menjalankan nilai guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus melakukan budaya positif dengan visi dan prakarsa perubahan yang berpihak pada murid. Salah satu cara dalam mengembangkan suasana positif dalam kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran 5 KSE. Dalam 5 KSE, terdapat teknik STOP dan mindfulness untuk dapat menciptakan suasana kelas menjadi lebih kondusif. Saat melakukan coaching pun, coach harus melakukan teknik mindfulness agar selama proses coaching, coach hadir sepenuhnya dalam semua sesi coaching.

Banyak hal yang dilakukan pada saat belajar modul 2.3 ini. Dalam mempelajari coaching dalam supervisi akademik, banyak sumber yang bisa saya gunakan di luar modul PGP yaitu rekan CGP, pengajar praktik, fasilitator, dan media online seperti youtube.

Demikian pemaparan saya dalam koneksi antar materi pada modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik. Semoga bermanfaat. Salam Sehat dan sejahtera untuk kita semua.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post