Arwis yuliana

Mengajar di SDN. 04 Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kab. Lima Puluh Kota. Sebelumnya pernah mengajar di SDN. 03 Koto Lamo, Kec. Kapur IX dan &nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web

Secercah Harapan Naura II

Bagian Kedua

Hari untuk acara khatam Alquranpun tiba. Naura didandani ibunya. Pakaian serba putih membuat Naura manis sekali hari itu. Apalagi ditambah dengan aksesoris di atas kepalanya. Ibu, Naura cantik tidak?. Tanya Naura pada ibunya. Cantik banget anak ibu hari ini. Jawab ibu Naura sambil mencium Naura.

Diana kemudian menghampiri Naura. Kak, aku juga mau pakai baju itu. kata Diana sambil memegang baju Naura. Diana sayang, baju Diana lebih bagus dari kakak. Warnanya juga bagus. Beda dengan kakak Cuma putih saja. Kalau Diana tidak suka dengan bajunya. Tukar saja dengan kakak ya, jadi Diana pakai baju kakak. Sedangkan kakak pakai baju Diana. Jawab Naura pada adiknya.

Nggak mau ah, baju kakak warnanya Cuma putih. Sedangkan bajuku warna hijau ada bunganya lagi. Kata Diana sambil berlalu meninggalkan Naura. Naura tersenyum memandang adiknya.

Ketika semua saudara Naura sedang berfoto bersamanya. Tiba-tiba terdengar sayup-sayup panggilan dari Masjid. Assalamualaikum Wr.wbr. Kami beritahukan kepada anak-anak kami yang ikut khatam. Agar segera ke Masjid. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30. Sedangkan pawai arak-arakkan akan segera kita laksanakan. Maka dari itu kepada anak-anak kami yang ikut khatam agar segera ke Masjid . Demikianlah yang dapat kami sampaikan, Assalamualaikum W.W.

Naura tidak sabaran lagi untuk ke Masjid setelah mendengar panggilan dari panitia khatam. Bu, kita berangkat ya. Kata Naura pada ibunya. Kemudia Naura bersama ibu, nenek dan keluarga yang lain segera bergegas ke Masjid.

Tiba di Masjid ternyata teman-teman Naura yang ikut khatam sudah berbaris untuk melaksanakan pawai arak-arakan.

Naura, ayo kamu berbaris didepan!. Kata Guru mengaji Naura. Iya pak. Jawabnya sambil bergegas menuju barisan depan. Naura memperhatikan teman-temannya yang akan ikut pawai. Ternyata Nauralah yang terkecil dan terpendek dalam barisan itu. makanya ia berbaris paling depan.

Naura, nanti kalau berjalan, lihat ke arah bapak ya. Sapa seorang kamerawan pada Naura. Naura memandang kamerawan itu. Emangnya kenapa Naura harus melihat ke arah bapak?. Tanya Naura keheranan.

Bapak meminta Naura melihat kearah bapak, dengan tujuan nanti kamu bapak foto ketika berjalan dalam barisan pawai. Sebagai momen yang sangat indah buatmu nanti. Jawab kamerawan itu pada Naura.

Ooh, begitu ya pak, baiklah kalau begitu. Nanti saya akan melihat kepada bapak diwaktu saya berjalan. Jawab Naura tersenyum senang. Tak lama kemudian, iring-iringan gambus terdengar. Itu pertanda seluruh anggota pawai harus segera berjalan. Naura dan semua yang ikut khatampun segera melangkahkan kaki mereka.

Naura sangkat senang sekali, ia memandang kesana kemari melihat penduduk sekitar yang keluar rumah untuk menyaksikan pawai tersebut. Bang Ijai, kenapa ibu-ibu itu menangis melihat kita?. Tanya Naura pada seorang lelaki yang dipanggil bang Ijai.

Abang nggak tau Nau, abang juga bingung. Jawab Ijai pada Naura. Naura kemudian memandang guru mengajinya yang ada di samping barisan, Pak, boleh Naura nanya pak?. Tanya Naura kepada guru mengajinya. Ya, boleh. Ada apa Naura? silahkan. Kata guru mengaji Naura.

Sebenarnya mengapa pak, ibu-ibu yang melihat kita pawai ini menangis? Apa ada yang salah sama kita pak?. Tanya Naura yang sangat penasaran sekali. Guru mengaji Naura tersenyum. Oh yang itu, sebenarnya dari dulu memang seperti itu Nau. Apabila orang-orang melihat arak-arakkan khatam ini. Mereka pasti menangis. Itu karena mereka seakan-akan berada di padang Mahsyar. Berpakaian putih-putih yang akan bertemu dengan sang Khalik. Jawab guru mengaji Naura.

Ooh, begitu ya pak. Kata Naura sambil melangkahkan kakinya. Sebenarnya Naura tidak mengerti dengan apa yang disampaikan guru mengajinya. Namun ia mengangguk-anggukkan kepala. Seakan-akan sudah mengerti dengan yang dijelaskan gurunya itu.

Akhirnya pawai itu selesai juga. Kemudian peserta khatam menempati tempat duduk yang telah tersedia. Begitu juga dengan Naura. Kini saatnya untuk menampilkan bacaan-bacaan Alquran. Para undangan sudah ramai yang datang. Setiap yang datang memberikan kado dan juga amplop untuk yang ikut khatam. Tak terkecuali Naura.

Kini giliran Naura yang membaca ayat suci Alquran. Naura berdiri dengan kaki yang gemetar. Kemudian ia berjalan didampingi oleh bapak dan ibunya untuk menuju mimbar. Sampai di mimbar ternyata mimbar sangat tinggi. Ketika Naura berdiri, hanya riasan bunga dikepala Naura saja yang kelihatan. Sedangkan Naura tidak terlihat karena ia memang pendek sekali.

Pakai ini saja Nau. Kata Misbar salah seorang panitia Khatam. Sambil memberikan sebuah kaleng roti pada Naura. Naura akhirnya berdiri di atas kaleng roti itu untuk membaca ayat Alquran. Walaupun begitu, ternyata yang kelihatan hanya kepalanya saja. Tanpa perduli dengan orang yang semakin ramai datang. Naurapun melantunkan bacaan ayat suci dengan lembut. Banyak yang berdecak kagum mendengarnya melantunkan ayat suci Alquran. Masih sangat kecil sudah lancar baca Alquran.

Selesai sudah Naura membaca Alquran. Kemudian ia didampingi orang tuanya berfoto di dekat mimbar. kemudian iapun berfoto bersama guru dan teman-temannya.

Bu, Naura ingin pula seperti kakak itu?. kata Naura pada ibunya sambil menunjuk ke arah biduanita yang sedang melantunkan nyanyi selimut putih.

Boleh, nanti kalau Naura sudah bisa menyanyi ya. Kata ibunya pada Naura.

Acara khatam sangat meriah. Para undangan sangat puas dengan acara yang diadakan. Satu persatu undangan sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Khatampun selesai sudah. Yang tinggal hanya peserta khatam dan pemain gambus yang masih memainkan alat musiknya.

Kita pulang ya bu, Naura capek sekali. Kata Naura pada ibunya. Ia betul-betul kelihatan capek. Akhirnya Naura pulang ke rumah nenek bersama orang tuanya.

Sampai di rumah.

Kak, kita buka ya, kado ini. Kata Diana adik Naura. Yang berlari mengambil kado yang ada ditangan Naura. Melihat adiknya yang semangat ingin membuka kado. Capek Naurapun hilang. Iapun kemudian didampingi keluarga besarnya membuka kado yang diberikan oleh para undangan yang datang tadi.

Alhamdulillah bu, Ada Alquran. Seru Naura kegirangan. Ia sangat senang sekali mendapatkan hadiah sebuah Alquran. Karena sudah lama ia mengiginkan punya Alquran sendiri. Sekarang keinginannya tercapai juga.

Hari sudah larut malam. Naura bersama nenek, ibu, bapak dan adiknya baru selesai membuka semua bingkisan dari para tamu undangan. Semua bingkisan diberikan pada orang tuanya oleh Naura. kecuali satu yaitu Alquran. Karena kelelahan akhirnya mereka tertidur diruang tengah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

trmksh bunda, salam Literasi

11 Feb
Balas

Bagus ...

11 Feb
Balas



search

New Post