Arwis yuliana

Mengajar di SDN. 04 Batu Payuang, Kec. Lareh Sago Halaban, Kab. Lima Puluh Kota. Sebelumnya pernah mengajar di SDN. 03 Koto Lamo, Kec. Kapur IX dan &nbs...

Selengkapnya
Navigasi Web

Secercah Harapan Naura II

Bagian Enam

Sekarang Naura sudah duduk dibangku kelas V. Cita-citanya yang ingin jadi guru mengaji sudah mulai terkabul. Semenjak ia menyelesaikan Khatam Qurannya yang ke-dua. Ia diminta oleh guru mengajinya untuk membantu mengajar.

Alangkah senang hatinya. Wajah bu Wilda guru kelasnya terbayang dipelupuk mata. Berhijab dan juga pintar mengaji. Bahagia tiada terkira terlihat diwajahnya. Setiap sore ia sudah berangkat ke Masjid. Wah, buk Naura. Mau berangkat ke Masjid ya buk. Canda ibu-ibu dikampungnya, ketika melihat Naura ke Masjid.

Naura tidak sakit hati mendengar candaan ibu-ibu tersebut. Malahan ia sangat senang sekali dipanggil ibuk. Anak-anak yang lainpun juga senang belajar mengaji bersama Naura. Karena bacaannya sangat fasih.

Naura, nanti selesai shalat isya. Jangan langsung pulang ya. Ada yang mau bapak berikan. Kata guru mengaji Naura.

Iya pak. Jawab Naura dengan sopan. Setelah shalat Isya. Naurapun menunggu guru mengajinya. Ia heran, mengapa gurunya meminta padanya supaya jangan pulang dulu.

Tiba-tiba gurunya datang menghampiri Naura. Naura, sudah seminggu lebih Naura membantu bapak mengajar disini. Bapak sangat senang Naura membantu bapak. Apalagi teman-teman dan adik-adik yang mengaji disini sangat senang sama Naura. Nah, ini sedikit ada uang jajan untuk Naura. Uang ini didapat dari uang minyak yang kita kumpulkan tiap minggu. Jadi, setiap malam selasa. Naura akan mendapatkan uang ini. Walaupun tidak banyak. Yang penting Naura udah dapat pahala dari Allah SWT, karena Naura sudah mau mengajarkan bacaan Alquran pada yang lain. Kata guru mengaji Naura sambil menyodorkan amplop yang berisi uang.

Pak, Naura Cuma mau membantu bapak. Naura tidak minta uang ini sama bapak. Kata Naura sambil keheranan melihat guru mengajinya memberikan amplop itu.

Tidak apa-apa. Uang ini Naura jadikan saja untuk jajan ke sekolah. Terang guru mengajinya pada Naura. Akhirnya Naurapun menerima amplop itu dengan senang hati. Kemudian iapun pamit pulang pada guru mengajinya.

Tiba dirumah. Assalamualaikum. Bu, ibu. Panggil Naura tidak sabaran ingin menemui ibunya. Ada apa Naura?. Tanya ibu Naura yang sedang mengaduk bubur untuk dijual besok pagi.

Tadi, setelah shalat isya, Naura dipanggil pak Am. Terus, Naura dikasih ini. Kata Naura sambil menyodorkan amplop pada ibunya. Wah, apa ini?. Yuk, kita buka. Kata ibu Naura sambil mengajak Naura keruang tengah. Naurapun mengikuti ibunya. Diana terlihat sudah tertidur di atas tikar pandan yang ada diruang tengah tersebut.

Oma yang sedang duduk menemani Diana memperhatikan Naura dan ibunya. Wah, kelihatannya Naura lagi senang ya. Kata Oma. Iya oma. Tadi Naura di kasih ini sama pak Am, oma. Kata Naura lagi sambil duduk di tikar pandan bersama oma dan ibunya.

Ibu, kita buka ya, kata Naura sambil merobek amplop yang ada ditangannya. Kemudian Naura mengeluarkan beberapa lembar uang yang ada di amplop tersebut. Naura menghitungnya. Seratus, dua ratus, seribu, dua ribu lima ratus, tiga ribu. Katanya. Ibu, ada tiga ribu rupiah. Kata Naura memandang ibunya dengan senang.

Alhamdulillah, banyak itu Nau. Cukup untuk jajan kamu di sekolah satu minggu. Jelas ibunya pada Naura.

Tapi, Naura mau tabung duit ini aja. Tabungannya nanti untuk Naura sekolah. Kata Naura sambil kembali mengumpulkan uang yang ada di tikar. Naura kemudian mengambil celengannya yang terletak di kolong tempat tidur. Dan iapun memasukkan uang itu kedalam celengan.

Kalau begitu. Naura makan dulu gih. Dan langsung tidur. Besok sekolah. Kata ibu Naura. Naurapun menganggukkan kepala sambil berdiri. Ia makan seadanya dan kemudian menuju tempat tidur. Ia ambil celengannya lagi. ia perhatikan celengan yang terbuat dari tanah liat itu.

Mudah-mudahan kamu cepat penuh ya, biar nanti ada celengan baru lagi untuk diisi. Semoga saja, aku nanti bisa melanjutkan ke MTSN. Katanya membatin. Naurapun berkhayal. Ia membayangi kalau ia sudah sekolah di MTSN. Dengan memakai pakaian muslimah, dan memakai hijab. Ia tersenyum-senyum sendiri sambil memegang kepalanya. Tak berapa lama kemudian Naurapun tertidur sambil tersenyum. Mungkin ia sedang mimpi indah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post