Berbekal semangat dan motivasi yang ditularkan kepadaku melalui pelatihan kelas menulis Sagu Sabu, Satu Guru Satu Buku yang berlangsung selama dua hari yaitu tanggal 22-23 Januari 2020, yang disampaikan oleh 2 nara sumber Bu Yully Rachmawaty dan Bu Istiqomah yang menyampaikan materi dengan luar biasa dan membakar semangat bahwa guru harus bisa menulis apalagi paling sering menyuruh murid-muridnya untuk membuat tulisan malu dong kalau gurunya tidak menulis juga, ditambah dengan peserta pelatihan yang tidak kalah semangat dan antusias membuatku bersemangat dan tertantang juga, walaupun terus terang belum punya pengalaman menulis apalagi menghasilkan buku seperti para nara sumber.

Awal tertarik untuk mengikuti pelatihan jujur aku beranggapan bahwa semua peserta belum punya pengalaman menulis apalagi menghasilkan sebuah buku sepertiku jadi aku ga malu, tapi ternyata woooww…. dari peserta sudah ada yang menulis buku lebih dari satu, Bagaimana dengan aku ?…..aduuhh jangankan menulis buku menulis berita atau cerita pun bisa dihitung dengan jari. Keraguan pun muncul dengan sebuah pertanyaan dalam hati, Apakah aku bisa seperti mereka ?

Dengan mengucap Bismillah dan tekad dalam hati ayoo harus bisa seperti mereka, kalau orang lain bisa akupun harus bisa ! memberanikan diri untuk menulis cerita yang aku alami sendiri tadi pagi ketika akan berangkat ke sekolah dengan motor merahku.

Seperti biasa kegiatan setiap pagi di hari kerja masing-masing anggota keluarga sibuk dengan rapi-rapi diri begitu juga denganku menyiapkan segala sesuatu dan bergegas segera berangkat agar tepat waktu sampai di sekolah, jam 05. 40 sudah siap berangkat ke sekolah dengan motor merahku sarung tangan siap, masker siap, pamit suami dan anak-anak, cuuss….Bismillah minta perlindungan Allah agar selamat sampai tujuan dan memasang niat untuk memberikan ilmu kepada anak didik.

Keadaan jalan sudah ramai dan penuh dengan kendaraan yang mungkin sama tujuannya denganku yaitu berangkat ke sekolah atau ke kantor, terasa ada yang berbeda setelah motor merahku berputar kearah jalan Raya Bogor menuju Cijantung, kepala ini ko terasa enteng ya, tidak ada benda bulat dan berat yang menempel di kepalaku buru-buru kupegang kepalaku, ya Allah ternyata aku tidak pakai helm, ko bisa yaa …. Hanya bisa tertawa sendiri dan coba menghitung-hitung sudah berapa kali ya ?.

Mengurangi kecepatan motor merah yang ku kendarai sambil berpikir meneruskan perjalanan tanpa helm atau berhenti di pinggir jalan lalu menelpon suami untuk dibawakan helm, dalam hati ada perasaan malu karena bukan kali pertama ini terjadi, tapi demi keselamatan kuputuskan berhenti lalu telp suami, tanpa panjang lebar suami berkata, “Kenapa ? lupa lagi ya, tunggu nanti dibawain, dimana ?” jawabku “He he he iya di depan pool Bus Kramat Jati ya”. Nunggu beberapa menit dibawakan helm alhasil sampai di sekolah tepat jam 06.30 hampir saja.

Helm adalah benda yang tidak bisa dipisahkan bagi setiap pengendara motor bukan hanya sebagai pelengkap, bukan hanya takut ditilang namun sebagai pelindung bagi keselamatan diri terlebih untukku yang selalu menggunakan motor merahku dalam menjalankan aktifitas setiap hari.