ARY ARIEQ

Membaca adalah Hobby ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Budaya Kekerasan Pada Anak yang Turun Temurun

Budaya Kekerasan Pada Anak yang Turun Temurun

Hidup di jaman sekarang tidaklah mudah. Banyak sekali orang tua yang kewalahan dalam mendidik anak di rumah. Apalagi orang tua yang sibuk bekerja. Bertemu dengan anak di rumah sudah dalam keadaan lelah dengan beban kerja dan tekanan dari atasan.

Saya pernah membaca salah satu buku Parenting karya Ratna Megawangi dan Edy Wiyono dalam bukunya yang berjudul “Membangun Masa Depan Anak Yang Cerah” yang sangat bagus dan sangat penting untuk disampaikan kepada orang tua, terutama pada orang tua yang mempunyai anak usia dini.

Begini kira-kira kesimpulan dari buku tersebut.

Pada saat anda merasa tertekan atau stress karena banyaknya masalah yang harus dihadapi, maka anda akan menjadi sensitif, emosi, mudah terbakar dan perilaku anda tidak terkendali.

Nah pada saat itu anda tentunya mengharap agar semua orang bisa mengerti dan memahami anda, termasuk juga anak anda yang masih kecil.

Namun sayangnya anda justru mendapatkan anak anda merengek minta dipeluk yang akhirnya menyulut emosi anda yang sedang sensitif. Meledaklah emosi anda, dan menangislah si kecil. Tangisan si kecil semakin menyulut emosi anda maka mulailah anda kehilangan kendali, pukulan demi pukulan mulai bersarang di tubuh anak anda yang masih kecil. Begitukah cara anda melampiaskan kemarahan pada anak anda ?

Tahukah anda bahwa si kecil tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk membuat anda kesal apalagi marah.

Apa yang dilakukan anak anda pada dasarnya hanyalah proses yang sama dimiliki oleh anak yang lain. Ia berusaha mendekatkan dengan diri anda sebagai orang tuanya, berusaha mendapat kasih sayang dari anda. Rengekan tersebut karena ia ingin membangun kelekatan dengan anda. Bukannya anda jarang untuk bisa memeluknya, menggendongnya atau bahkan mengajaknya jalan-jalan. Mengapa anda tidak memenuhinya.

Perlu anda pahami, bahwa kekerasan yang anda lakukan tersebut dengan dalih mendisiplinkan pada anak atau memberikan pelajaran kepada anak-anak, padahal sebenarnya justru para orang tua tersebut sedang mewariskan pola perilaku atau budaya kekerasan pada anak-anaknya. Sehingga di masa depan mereka meniru perilaku agresifnya orang tuanya. Pada akhirnya mereka menjadi manusia yang agresif, senang melakukan kekerasan dan teror, bahkan bisa menjadi kriminal.

Ini yang membuat rantai kekerasan tidak pernah terputus, setiap generasi akan melestarikan budaya ini, dan bahkan lebih dasyat.

Mengapa anda berani menyiksanya, sedangkan Tuhan saja belum menghitung dosanya ?

Oleh karena itu, apabila anda pernah mengalami kekerasan pada waktu kecil, baik oleh orang tua atau pun guru atau orang dewasa lainnya. Mulai sekarang akuilah bahwa itu tindakan yang sangat tidak menyenangkan, menyakitkan dan menyedihkan. Mereka melakukan hal tersebut terhadap anda karena mereka juga korban kekerasan dari generasi sebelumnya.”

Untuk memutus rantai kekerasan ini, marilah kita sebagai orang tua segera mengakhiri budaya ini. STOP KEKERASAN sekarang juga. Kita wariskan budaya yang positif pada generasi yang akan datang agar lebih damai dan tentram.

Cikeas Hilir 1

04092017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post