ARY ARIEQ

Membaca adalah Hobby ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Melawat ke Jepang

Melawat ke Jepang

Pada akhir Oktober sampai awal November lalu penulis bersama rombongan melakukan study banding ke Universitas Chiba, Jepang. Kunjungan ini merupakan hadiah atas prestasi penulis sebagai Kepala Sekolah TK Berprestasi dan Berdedikasi Jawa Barat tahun 2018. Berikut laporannya.

Kami berangkat dari bandara Soekarno Hatta, Jakarta, Selasa malam, (30/10) dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Penerbangan sedikit menegangkan, maklum sehari sebelumnya pesawat Lion Air jatuh di perairan Laut Jawa, tidak lama setelah tinggal landas. Ada sedikit beban psikologis yang merundung pikiran, namun saya memohon kepada Allah yang Maha Kuasa agar penerbangan tidak mendapat kendala.

Alhamdulillah, pesawat yang saya tumpangi mendarat dengan selamat di bandara Internasional Haneda, Jepang, subuh. Lama perjalanan 5 jam, sementara perbedaan waktu antara Jakarta dan Tokyo 2 jam.

Bandara Haneda sangat modern, kami sempat mandi dan ganti pakaian di tempat yang memang sudah tersedia. Saya harus mandi dengan air panas, maklum udara Jepang dingin sekali karena akan memasuki musim gugur. Segar sekali rasanya badan usai mandi, setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh, melintasi ribuan pulau di atas Samudera Pasifik ini.

Tidak lama kemudian kami dijemput oleh pemandu yang sudah disiapkan panitia. Pemandu kami baik dan ramah sekali. Dia mengerti kultur dan budaya Indonesia, sebab katanya dia adalah keturunan Malaysia yang sudah lama di Jepang dan menikah dengan gadis Jepang.

Dari dialah saya banyak diberitahu soal kebiasaan orang Jepang. Salah satu yang membuat saya terkaget adalah bahwa kami tidak boleh terlambat. Kalau terlambat, bukan kami yang ditegur, tapi dialah yang akan dipecat dari pekerjaaannya. Makanya dia minta sekali kepada kami agar dalam semua kegiatan yang akan diantarkannya nanti, rombongan tepat waktu.

Pemandu itu membawa kami ke hotel Metropolitan Tokyo. Di sini kami menginap semalam. Keesokkannya kami berangkat ke Universitas Chiba. Universitas ini terletak di prefektur (propinsi) Chiba, yang berbatasan langsung dengan Tokyo. Jadi jaraknya tidak terlalu jauh. Ibaratnya, Chiba itu adalah Bogornya Jakarta (kalau di Indonesia). Di Chiba kami menginap di hotel The New Otani Makuhari.

TK Ditangani 2 Kementerian

Di Universitas Chiba kami disambut oleh Asisten Profesor Ryugo Oshima. Profesor muda dan ganteng ini sangat ramah, tidak mengesankan bahwa ia orang pintar, tetapi kenyataannya ilmunya cukup tinggi. Beberapa hari kemudian, setelah saya berinteraksi dengan para pendidik di Universitas Chiba, Jepang, saya menemukan tipe-tipe professor yang sama. Seperti misalnya dengan Profesor Masato Sawabe. Mereka sangat ramah, sopan dan tidak terlihat sedikit pun kesombongan pada diri mereka. Padahal ilmunya sangat mumpuni.

Ini menyadarkan saya, untuk bertawadu’, dan rendah hati, bahwa ilmu saya belumlah apa-apa dibanding mereka.

Profesor Ryugo Oshima kemudian menjelaskan seluk beluk dunia pendidikan Jepang secara ringkas. Dunia pendidikan Jepang, menurutnya, ditangani oleh Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT) atau Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu dan Teknologi.

Sistem pendidikan Jepang sebenarnya tidak begitu berbeda dengan Indonesia. Masa sekolah di SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Setelah itu Universitas.

Namun yang menarik bagi saya adalah Sekolah Taman Kanak-kanan (Kindergarten School). TK di Jepang, tidak hanya ditangani oleh Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT), tetapi juga oleh Ministry of Health, Labor and Welfare (MHLW), atau Kementerian Kesehatan, Buruh dan Kesejahteraan. Jadi ada 2 kementerian yang menangani TK.

Saya sempat bertanya kepada Prof. Oshima mengapa TK juga ditanani oleh Kementerian Kesehatan. Secara ringkas dia menjawab TK sangat erat kaitannya dengan kesehatan dan di Jepang kesehatan dan kesejahteran itu nomor satu.

TK Jepang, menurut Prof Ashima, anak-anak tidak diajarkan menulis dan membaca, tetapi benar-benar sebagai tempat bermain. Gurunya mengarahkan apa kecenderungan dan bakat anak-anak itu.

Di SMA Puteri

Selama study banding di Jepang, saya ditempat di Chiba Girl’s Hight School atau SMA Puteri yang berada di bawah pengelolaan Universitas Chiba. Saya berbaur mengikuti pelajaran dari guru mereka, layaknya seperti seorang siswi.

Sungguh luar biasa cara siswi-siswi Jepang mengikuti pelajaran dari gurunya. Semangat mereka tinggi, bersisiplin dan tidak pernah mengeluh, padahal mereka full day. Waktu istirahatnya hanya untuk makan.

Saya sempat bertanya kepada pembimbing saya, bagaimana caranya kok siswinya masih tetap bisa konsentrasi belajar sampai sore tanpa gelisah, seperti umumnya anak-anak di Indoensia. Pembimbing saya itu bilang. Karakter belajar seperti itu sudah terbentuk sejak usia TK

Mereka itu sangat menjaga martabat keluarganya. Mereka sangat malu kalau sampai mencemarkan nama baik keluarga. Makanya mereka sangat tekun, selalu ingin menjadi yang terbaik. Mereka juga sangat malu jika tidak diterima di universitas negeri.

Selain itu, mereka memilih pelajaran yang mereka sukai. Tidak diharuskan mempelajari yang lain-lain. Yang repot terkadang adalah gurunya. Jika siswanya mempunyai hobi (kecendrungan) lain di luar yang diajarkannya, maka sang guru itulah yang mencarikan pembimbingnya. Misalnya siswanya punya kecenderungan musik, maka gurunya itulah yang mencarikan guru musiknya.

Jadi interaksi dengan gurunya begitu intens. Dan guru-guru di sini memang ditugaskan sepenuhnya untuk meningkatkan kwalitas muridnya, baik di saat belajar formal, maupun di luar.

Juga beberapa siswi yang sempat saya temui sangat bersahabat. Mereka terbuka dan santun. Sangat menghormati saya.

Oleh-oleh

Melengkapi study banding tentunya yang tak ketinggalan adalah wisata. Oleh pemandu kami diajak mengunjungi beberapa obyek wisata penting di Tokyo. Seperti kuil Zojoji yang terletak pas di bawah Tokyo Tower, dan juga ke beberapa pusat perbelanjaan. Namun yang mengeharankan saya adalah, Jepang adalah produsen mobil terbesar di dunia, tetapi nyatanya jalanan Jepang lengang. Tidak ada macet-macetan seperti di Jakarta.

Pemandu saya bilang, orang Jepang jarang pakai mobil. Kalau pun punya mobil mereka cuma pakai sekali-sekali ke luar kota. Mereka lebih senang jalan kaki, naik sepeda atau naik angkutan umum (terutama kereta api).

Di bebera trotoar memang saya lihat ada sepeda terparkir rapi. Tidak ada yang menjaga. Menurut pemandu saya siapa saja boleh memakainya. Saya pun mencoba menungganginya, tapi cuma sebentar, takut tersesat! He,he,he..

Kami juga diajak mengikuti upacara adat khas Jepang, yakni upacara Minum Teh. Ternyata ‘ribet’ juga mengikuti detil-deti gerakannya. Halus sekali. Dan setiap gerakan ada makna filosofisnya. Makanya harus dihayati betul. Namun sayang, ketika mengikuti upara minum teh tersebut kami tidak boleh mengambil gambarnya.

Juga yang mengagumkan adalah tingkat kedisiplinan orang Jepang. Mereka sangat berdisiplin dan juga hemat. Misalnya saat mau menyeberang jalan. Meski jalanan lengang, namun tetap saja mereka menunggu lampu hijau.

Begitulah Jepang, study banding yang saya lakukan menambah ilmu dan wawasan kami tentang Jepang. Tentunya study banding ini tidak bermaksud untuk membanding-bandingkan Jepang dengan Indonesia. Tetapi semata untuk mencari ilmu, menambah wawasan dan kearifan. Belum tentu juga yang baik di Jepang juga baik di Indonesia. Indonesia juga kaya dan mengagumkan***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah, perjuangan membuahkan hasil, tentu dengan penuh kesabaran tiada tara dan doa. Sukses selalu dan barakallah fiik

24 Feb
Balas

Allah itu Maha baik dan bijaksana

24 Feb

Luar biasa pengalamannya Bunda. Jadi pengin nih menjelajah negeri sakura. Terimakasih sudah share pengalaman di gurusiana. Inspiratif. Salam sukses Bunda...

24 Feb
Balas

Amazing Bunda. Pengalaman yg luar biasa. Salam Literasi

24 Feb
Balas

wah bunda congratulation yach sudah menginjakan kaki di negeri sakura.. semoga semua pengalamanya dsana banyak dapat inspirasi... Do'akan saya insyaAllah bulan maret menyusul kesana,dengan lancar yaa.. Aminnn

24 Feb
Balas

Aamiin... Selamat menikmati indahnya Jepang ya.... Saya Maret ke Thailand

24 Feb



search

New Post