Kenakalan remaja adalah kenakalan yang dilakukan oleh sekelompok remaja yang berpotensi meresahkan masyarakat sekitarnya. Dewasa ini, kenakalan remaja begitu menyeruak dalam pergaulan bukan hanya anak non sekolah namun juga sudah merambah ke anak sekolah. Tawuran-tawuran antar sekolah, antar kelompok dan antar kampung sehingga menyebabkan korban jiwa, korban harta benda dan korban luka, geng-geng motor mulai menyeruak bahkan sampai ke anak SMP dan SMA, seks bebas yang mulai menjangkiti para remaja, kehidupan malam, penggunaan narkoba dan minuman keras, perjudian online yang juga melibatkan para remaja, para penjual narkoba, pelacuran, raungan knalpot bising di jalan raya dan di tengah malam ketika masyarakat sedang tertidur, bergerombol remaja laki-laki dan wanita di tempat-tempat sepi sambil menenggak minum-minuman keras, pemalakan, bully sesama teman sekelas, tontonan konten pornografi di dunia maya dan kenakalan-kenakalan remaja lainnya sangat memiriskan hati kita sebagai masyarakat dan pendidik.

Sistem sekolah yang ketat, sistem masyarakat yang ketat, sistem agama yang ketat, sistem hukum yang ketat, sistem hukum formal yang longgar, backing, longgarnya pengawasan orang tua, longgarnya pengawasan masyarakat, budaya permisif, perceraian orang tua, kemiskinan orang tua, kelebihan kekayaan orang tua, pengaruh budaya global dan lain sebagainya merupakan sekian banyak penyebab terjadinya kenakalan remaja.

Meskipun sudah banyak yang telah dilakukan pihak-pihak terkait dengan kehidupan remaja, terutama pihak sekolah, pemerintah dan pemerhati pendidikan remaja lainnya, kenakalan remaja masih menyeruak diantara kehidupan pergaulan remaja. Namun seperti yang Albert Einstein katakan dalam sebuah kutipannya bahwa dalam setiap masalah pasti ada hikmah yang tersembunyi artinya ada kebenaran. Kenakalan remaja adalah gumpalan bola salju yang menggelinding dari dataran paling paling tinggi menuju ke bawah sehingga meluluhlantakkan kehidupan di bawahnya. Namun kita selalu terus mencoba bagaimana menangani kenakalan remaja tersebut agar tidak merusak generasi muda yang menjadi penerus bangsa ini.

Salah satu klausul yang dijadikan salah satu bahan dalam penanganan adalah sekolah ramah anak yang selama ini mulai ramai digaungkan dalam sistem pendidikan nasional. Ada sebuah hal yang menarik ketika dalam sebuah refleksi guru berprestasi tingkat provinsi diajukan sebuah pertanyaan apakah diterima seorang anak usia sekolah yang sudah melahirkan anak dan bahkan mempunyai suami dalam usia muda ingin masuk kembali ke sekolah. Dalam diskusi itu, sebagian besar menolak dengan alasan-alasan yang klasik, namun akhirnya semua terperanjat dengan pernyatan juri guru berprestasi bahwa anak usia sekolah itu harus diterima belajar di sekolah bagaimanapun kondisi dan kenyataannya. Penulis pada akhirnya mengingat kembali masukan-masukan yang selama ini ada untuk membangun konstruksi sekolah ramah anak tersebut. Dalam sebuah pertemuan, kepala dinas pendidikan Kabupaten Tasikmalaya menyatakan bahwa anak usia sekolah harus berada di sekolah siapapun itu. Pengawas sekolah SMK Kabupaten Tasikmalaya menyatakan adanya konsep bengkel sekolah dengan menyatakan bahwa sekolah tidak boleh sekali-kali mengeluarkan anak-anak nakal bermasalah untuk mempertahankan reputasi sekolahnya dari pandangan masyarakat, justru sebaliknya sekolah akan lebih berhasil dan mendapat simpati masyarakat jika sekolah bisa menjadi bengkel karakter anak yang bermasalah. Kemendiknas sebagai penentu kebijakan sekolah juga mengeluarkan program anti bully di sekolah. Ahli pekerjaan sosial di Bandung mengatakan bahwa sekolah ramah anak adalah sebuah amanat ratifikasi ketentuan PBB dalam pembinaan dan pengembangan anak usia sekolah. Bahkan lebih lanjut jika anak bermasalah dengan hukum, maka beberapa ketentuannya berlaku yaitu anak tidak dibolehkan digabungkan dengan tahanan dewasa, anak harus mendapat pendampingan konsultan hukum dan orang tua dan anak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan sekolah sesuai dengan hak kewajibannya untuk bersekolah. Oleh karena itu jika ada yang masih terus berpendapat para calon peserta didik harus melakukan tes keperawanan di sebuah daerah kabupaten tertentu atas alasan apapun, maka tes keperawanan itu adalah sebuah penindasan terhadap hak-hak anak, khususnya penindasan terhadap masalah jender. Keterangan yang lain menyatakan bahwa anak yang nakal itu sebenarnya adalah anak yang pintar bahkan kepintarannya di atas rata-rata. Hal ini berkaca dari sebuah kasus pembunuhan berencana yang ada di luar negeri suatu ketika, ternyata ketika ditanya bagaimana bisa membunuh dengan terencana, terdakwa itu menjelaskan dengan sangat detil sekali bagaimana ia merencanakan pembunuhan.

Energi remaja yang sangat berlebih harus disalurkan dalam sekolah ramah anak. Ada sebuah keterangan yang menyatakan bahwa setiap anak yang berangkat remaja harus melakukan dua hal utama, kalau tidak puasa, maka ia harus lelah menyalurkan semua energi berlebihnya jika tidak ingin terjerumus ke dalam hal-hal yang buruk. Akhirnya sekolah ramah anak bermuara pada penerimaan siswa apa adanya oleh sekolah dan orang tua dengan baik.