Asep Saefur

Menulis adalah berkomunikasi dengan rasa. Menulis adalah ungkapan rasa tak bertepi. Tak ada batas ruang. Tak ada batas waktu. Menulis adalah berkomunikasi a...

Selengkapnya
Navigasi Web

LEBIH BAIK MENDAPAT NILAI BAIK HASIL SENDIRI DARIPADA MENDAPAT NILAI BURUK HASIL MENYONTEK

Mungkin terdengar lucu, atau sekedar sebuah lelucon. Walau garing namun ini serius.

Kebiasaan menyontek yang seakan telah dilegalkan oleh situasi, memiliki dampak yang luar biasa. Siswa akan mulai memiliki sifat ketergantungan, tidak percaya diri, _gambling_, berani berspekulasi tanpa perhitungan, malas belajar dll.

Ketika anak merasa yakin bahwa dalam ulangan nanti mereka akan dengan mudah menyontek, maka suka tidak suka anak akan bertaruh dengan situasi untuk tidak belajar. Buat apa belajar bersusah payah, toh nanti juga bisa nyontek. Yang menyontek dan yang tidak menyontek hasilnya sama saja, bahkan yang nyontek nilainya jauh lebih bagus.

Ketika semua anak di kelas sudah menggantungkan kemampuannya pada upaya menyontek, lalu siapa diantara mereka yang berupaya mempersiapkan diri untuk ulangan? Yang belajar dan yang tidak belajar hasilnya sama saja. Jadi buat apa belajar?

Jika anak satu kelas ulangan saling menyontek dengan sesama teman yang sama-sama tidak mempersiapkan diri. Sudah dapat dibayang seperti apa hasilnya?

Sekarang mari kita ubah situasinya. Anak merasa bahwa tidak ada kesempatan sedikitpun untuk menyontek dalam ulangan nanti. Beberapa anak pasti akan mempersiapkan diri untuk belajar dengan sungguh-sungguh mereka tentu mereka tidak ingin hasil ulangannya jelek. Hasilnya pastilah akan bisa lebih baik.

Kita paham beberapa anak mungkin cenderung pasrah. Tidak peduli nilainya akan baik atau buruk. Akan tetapi, berapa anak yang memiliki mental seperti ini? Kita perlu mempercayai bahwa mereka masih memiliki rasa malu dan gengsi. Pada gilirannya mereka akan terpacu untuk belajar juga.

Kuncinya adalah berilah kesempatan pada anak-anak untuk bisa meraih nilai tinggi atas hasil upayanya sendiri. Caranya? Bisa kita beri soal yang mudah. Atau kita mulai dengan memperkenan diri memberi standar skor yang wajar (rendah) yang dapat memberi tantangan pada anak. Katakanlah walaupun KKM 70, kita diberi tantangan pada anak “jika mereka mampu menjawab dengan benar dan jujur 30% saja maka akan diberi nilai di atas KKM.” Maka yakinlah mereka akan berusaha untuk meraihnya dan hasilnya yakinlah akan lebih dari itu.

Apakah ini namanya mengatrol nilai? Harus kita jawab dengan jujur ia. Akan tetapi setidaknya kita telah menanamkan kejujuran, tanggung jawab dan semangat untuk meraih target. Dan itu jauh lebih berharga dari nilai itu sendiri.

Bertahap namun pasti jika kepercayaan anak sudah terbentuk, kejujuran sudah mendarah daging. Kita harus percaya bahwa pada saatnya kualitas belajar anak akan semakin baik, semakin baik dan semakin baik. Dan saat itulah kualitas pendidikan yakin akan terangkat.

Allah tidak mewajibkan manusia untuk sukses, karena keputusan itu milik Allah. Manusia hanya diwajibkan berusaha. Nilai manusia terletak pada usahanya, bukan hasilnya.

Tidak ada seorang manusiapun yang mampu meraih harga sebuah surga, kecuali atas ke-Maha Kasih dan Maha Sayang-Nya Allah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Aamiin. Terima kasih atas komentarnya. Semoga Indonesia Emas, kan dihuni generasi emas pula. Diawali dengan membangun sifat jujur.

20 Dec
Balas

Setuju Pak, menyontek perbuatan tak terpuji yang dampaknya amat besar, diantaranya, tidak terbiasa bertanggungjawab, tidak terbiasa jujur. Hal ini bila dibiarkan akan membentuk karakter buruk dan berdampak buruk pula untuk Indonesia, karena siswa hari ini, akan menjadi pemimpin hari esok. Bagaimana Indonesia bisa maju bila pemimpin yang diharapkan ternyata memiliki karakter jelek, akibat dibiarkan melakukan perbuatan jelek sewaktu sekolah. Oleh karenanya mencegah dan menghalangi untuk anak tidak menyontek saat ulangan merupakan keniscayaan. Sukses selalu dan barakallah

19 Dec
Balas

Mantap pak..

19 Feb
Balas



search

New Post