Oleh : Aslin Nuraini, S.Pd

Penulis adalah alumni SAGUSABU 1 Pasuruan

Menjadi guru adalah tugas yang mulia, walau nampak mudah, tak sembarang orang dapat menjalaninya. Segudang kesabaran, pengetahuan seluas samudera, segunung tekad, dan seabreg pengalaman tak kan cukup membekali seorang guru dalam mengemban tugas. Karena yang mereka hadapi bukanlah benda mati, bukan tumbuhan, melainkan anak manusia, yang sejatinya bukan prototipe orang dewasa.

Ada yang mengatakan bahwa guru adalah sosok yang harus pantas untuk digugu dan ditiru. Untuk itu seorang guru harus selau menjaga sikap, perilaku, gaya hidup dan tata bahasa yang digunakan sehari hari agar sebisa mungkin memberi contoh terbaik bagi lingkungan sekitarnya. Khususnya para siswa. Namun seiring perkembangan jaman, kemajuan teknologi dan budaya yang makin bergeser akibat globalisasi, paragidma itu kian pudar.

Sosok guru yang diyakini mampu menjadi figur idola kini tergeser bahkan tergusur oleh hadirnya artis, baik domestik maupun expatriat yang membanjiri panggung hiburan tanah air. Wajah tampan, cantik rupawan serta bentuk body yang seksy ditambah cara berpakaian yang tampak wah.. memukau dan menyedot perhatian anak anak dan remaja hingga melupakan jati dirinya, hingga menghapus tujuan suci di benak mereka.

Miris memang, jaman sekarang para artis sudah tak malu lagi memasuki area sakral sekolah dengan berlindung di balik program program televisi yang sebenarnya tidak jelas faedahnya. Para guru diajak menyanyi, siswanya ditantang nge dance, lomba merayu, dan seabreg permainan yang kurang mendidik. Membuat mereka lupa tujuan sebenarnya mereka ke sekolah. Lupa batas batas adat ketimuran yang selama ini kita junjung tinggi. Dan akhirnya, jika terjadi degradasi moral, kenakalan remaja, giliran guru yang dianggap tak becus mendidik siswa. Lantas, bagaimana mengatasinya? Haruskah kita diam saja?

Kini saatnya para guru tidak hanya fokus menjaga image agar selau digugu lan ditiru, mari kita tingkatkan kualitas diri agar tak kalah keren dengan artis artis idola mereka. Sadarlah bapak ibu guru! mereka belajar apa yang mereka mau, bukan yang kita ajarkan. Bagi mereka, pelajaran di sekolah sudah tak penting lagi karena dianggap kurang trend, jadul, tidak keren, and so forth. Mari kita ubah mindset kita terhadap pendidikan dan cari solusi tepat untuk mengatasinya. Yakinlah, siswa kita adalah siswa yang cerdas, hanya saja orientasi belajarnya yang perlu kita luruskan.

Jaman dahulu kita didoktrin untuk giat belajar agar lulus dengan nilai terbaik, jika sudah, nilai itu akan membantu kita mudah melamar kerja. Entah di pabrik, lembaga pemerintah atau apalah itu, That s it!

Padahal sejatinya menuntut ilmu adalah untuk mengenal hakikat hidup, meningkatkan skill, kecakapan hidup, agar output siswa mampu bersaing di arena kehidupan yang sebenarnya, di tengah kemajuan jaman dan survive menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang atau perusahaan tertentu.

Yuk kita selamatkan tunas tunas muda bangsa yang tersisa, jangan biarkan mereka terkontaminasi semakin parah, yuk kita kobarkan semangat mereka! Mari kita kembali, kembali pada semangat yang semula, semangat membangun negeri, Indonesia tercinta ini. Karena jika bukan kita para guru, siapa lagi?