Aslin nuraini, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Petualangan Krucil

Petualangan Krucil

Oleh : Aslin Nuraini, S.Pd

Penulis adalah Alumni SAGUSABU 1 Pasuruan

Kisah ini saya alami ketika masih di sekolah dasar, namun kenangan dan pelajaran yang sangat berharga saya simpan hingga kini. Ketika Sd, saya aktif mengikuti kegiatan pramuka, jelajah medan, semapore, memecahkan sandi adalah petualangan yang sangat mengasyikkan. Menumbuhkan jiwa yang tangguh, mandiri, kritis, kreatif, dan peduli pada sesama. Saya juga sangat mengagumi kearifan pembina saya, pak Sobri, guru sd kami yang masih muda dan berwibawa.

Kala itu kami menjalani perjusami, perkemahan Jumat, Sabtu dan Minggu. Selama tiga hari kami akan tinggal di tenda, di tengah lapangan, ditepi hutan, di lereng gunung Penanggungan. Jangan membayangkan perkemahan kami kala itu semakmur pramuka masa kini, jika kini mereka hanya tinggal di tenda, makan minum cuci sudah ditanggung catering dan loundry, maka masa kami dulu sangatlah berbeda. Untuk mencuci beras saja, kami harus menempuh jarak dua kilo meter ke sungai terdekat, demikian juga untuk mandi dan mencuci pakaian. Makanan yang kami makan semua murni hasil masakan sendiri, tak boleh orang tua mengirim ransum atau perbekalan. Bukan kejam, tapi itulah yang membuat mental kami kuat.

Pada hari kedua, pak Sobri mengadakan kegiatan lacak jejak. Saya ditunjuk sebagai siswa yang harus ditemukan pada kegiatan itu. Pukul 13.00 saya dibawa ke lokasi lacak jejak. Sebuah makam desa. Saya disembunyikan di sebuah makan tua yang dikelilingi tembok setinggi 1,5 meter tanpa atap. Pak Sobri meminta saya diam disitu hingga ditemukan atau jika peluit ditiup.

Teman teman di lapangan masih sibuk dengan kegiatannya, mereka harus berjalan 5 Km untuk mencapai makam desa. Saya menunggu, sendirian. Hari semakin sore, saya lihat jam tangan, pukul 14.56. Tiba tiba ada rasa yang mendesak, saya kebelet pipis, saya celingukan di kuburan sepi itu, tak ada orang, tapi sudah kebelet banget.. haruskah saya tahan? Atau buang air disini? Di makam? Hiii... ndak ah.. masak buang air di makam.. saya bingung sejenak.

Rasa yang tak tertahan membuat saya harus melanggar perintah kakak pembina, saya sudah tak kuat.. saya keluar dari persembunyian dan berlari keluar kuburan. Kebetulan kuburan tersebut berada di sebuah bukit, dengan sungai kecil mengalir di lembahnya, di jalan masuk kuburan tadi ada jembatan kecil, pasti di bawahnya ada sungai.. pikir saya, saya segera lari kesana.

Ternyata benar, dibawah jembatan dekat pintu masuk kuburan ada sungai yang sangat jernih, saya bergegas menuruni tepi jembatan ke arah sungai. Setelah buang air kecil, saya mendengar derap langkah mendekat. Pasti itu teman teman yang bertugas melacak jejakku. Saya pun diam di balik semak dibawah jembatan itu, saya pikir, tak akan cukup waktu untuk keluar, memanjat bukit dan menempati makam tua tadi sementara mereka sudah makin dekat, sedangkan akses masuk makam itu hanya jembatan ini, jelas saya akan tertangkap dengan mudah, dan saya tak itu terjadi.

Mereka mulai menjelajah setiap sudut makam, ada yang berani, banyak juga yang takut takut. Satu jam mencari, mereka belum menemukan hasil, hari makin sore, mereka tetap mencari. “ Aslin menghilang pak” kata Udin. “ sudah kami cari ke setiap sudut tapi tak ketemu pak” timpal Birin. Regu putri pun tak kalah panik “ jangan jangan dia diculik pak...” sarofah mulai takut. “Makam ini kan angker pak” Hanik juga menyahut. Seketika mereka kebingungan, ada yang mulai menangis karena takut.

Pak Sobri meniup lipri untuk memanggil saya, teman teman yang lain juga terus memanggil ... saya masih bersembunyi sambil menahan tawa, menikmati kemenangan karena tak tertangkap bahkan oleh pembina yang telah menugaskan saya. Akhirnya Riadi berinisiatif untuk mencari saya di rumah, siapa tahu karena ketakutan saya pulang duluan. Pak Sobri berpikir sejenak, karena senja sudah membayang dan hari mulai gelap, akhirnya beliau putuskan mengutus dua siswa pulang ke kampung kami, dan dua siswi kembali mencari saya di perkemahan.

Saat itulah saya putuskan keluar, bukan karena menyerah, tapi karena kaki pegal dan kesemutan. Saya keluar dari persembunyian tepat pukul 17.00, Karena lokasi adalah perbukitan yang dikepung pegunungan Arjuno dan Penanggungan, suasana di kuburan itu sudah cukup gelap.

Riadi dan Birin yang ditugaskan ke arah kampung berpapasan dengan saya di jembatan pintu masuk makam. Seketika Riadi melotot ke arah saya, berpandangan dengan Birin, lalu mengucek matanya, setengah tak percaya..” Rin, apa kamu juga melihat Aslin di depan kita?” katanya sambil mengerjap ngerjapkan matanya ..lucu, “ Iya di, coba periksa, apa itu beneran Aslin?” pertanyaan itu membuat Riadi mundur selangkah, sembunyi dibalik Birin. Aku tetap diam menahan tawa, kapan lagi kukerjai mereka, batinku.

Melihat saya melangkah maju, mereka semakin mundur, lalu berteriak memanggil pak Sobri. “ Kakaaaak pembinaaa!!!!! Aslin kaaaak!” teriakan melengking di sore yang gelap itu sontak membuat seluruh teman dan pembinaku berhamburan keluar makam, menuju ke arah kami. “Pak Sobri segera tiba, dia memandangi dua temanku yang ketakutan, “Ada apa?” “I..itu... Aslin apa bukan pak?” Tangan Riadi gemetar menunjuk ke arah saya. Pak Sobri menoleh, lalu berjalan mendekati saya, dengan mata dan langkah waspada. Dia tidak langsung menyapa, hanya menatap lekat lekat, sambil berdoa dan memutari saya. Akhirnya saya tak kuasa menahan tawa, sayapun tertawa, keras sekali. Kak Sobri dan teman teman terkejut, tapi kemudian bernapas lega karena saya tak jadi hilang atau diculik Gondoruwo.

Setelah menjitak kepala saya, Birin berkelakar “ Sumpah,kirain kamu tadi Aslin jadi jadian lho!” “ Dasar kamu! Aku sudah takut setengah mati, malah kamu tertawakan” Riadi masih bersungut sungut. “Tapi Alhamdulillah lin, kamu balik lagi, kalau jadi hilang, aku pasti dimarahi bibi “ kata Syarofah, sepupuku.

Kenangan itu, terus membekas di ingatanku, mengajarkan padaku, arti keberanian, bahwa kita tak boleh mudah menyerah, kadang sesuatu yang tampak sangat sulit dan tak mungkin, ternyata telah tersedia jawabannya. Tinggal sekeras apa kita berusaha meraihnya. Terimakasih pak Sobri, Love you all teman masa kecilku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post