Aslin nuraini, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Translator Dadakan #2

Translator Dadakan #2

Oleh : Aslin Nuraini, S.Pd

Penulis adalah alumni SAGUSABU 1 Pasuruan

Sekian menit menunggu surat tugas, kami manfaatkan untuk berkenalan, Chaterine, -cewek Belgia itu- menceritakan perjalanannya dari tanah airnya ke Indonesia, Philipe menyusul kemudian, sedangkan Leung Kwan Cuma diam memandangi kami. “Why dont you tell me your story?” “I... not english, not speak.. not know” terbata bata leung menjawab pertanyaan saya. Hmm... dia ga bisa bahasa Inggris... aku ga ngeh bahasa Mandarin... waduh.. gimana nih? Akhirnya kami putuskan menggunakan bahasa Tarzan untuk berkomunikasi. Ya... sedikit lucu.. tapi seru.

Surat tugas sudah dibuat, tanda tangan dari berbagai pihak ; pelapor, saksi polisi, dan penerjemah telah dibubuhkan, saya pun disumpah untuk menyampaikan informasi sedetail detailnya dan sejujur jujurnya sesuai keterangan pelapor tanpa mengurangi atau menambah satu kata pun demi membantu tugas polisi. Proses pembuatan BAP dimulai.

Orang pertama yang dimintai keterangan adalah Catherine, dia yang paling banyak bercerita diantara mereka bertiga, proses tanya jawab berjalan seperti ini : Polisi bertanya kepada Catherine - sambil mengetik- saya menerjemahkan pertanyaan polisi tersebut, kemudian Chaterine memberi penjelasan kepada polisi, dan saya bertugas menerjemahkan keterangan Catherine ke dalam bahasa Indonesia pelan - pelan,agar dapat diketik dengan jelas. Alhamdulillah sesi pertama berjalan lancar, karena Chaterine menggunakan bahasa Inggris beraksen Belgia, bukan British English, jadi saya tak terlalu kerepotan menerjemahkannya.

Sesi ke dua juga lancar, ucapan Philippe lumayan bisa ditangkap meski bicaranya didominasi suara sengau khas prancis, Alhamdulillah bisa diatasi. Nah giliran sesi tiga, waktu sudah menunjukkan pukul 13.45. saya mohon ijin untuk sholat dzuhur dulu, sambil mohon pertolongan semoga bahasa Tarzan antara saya dan Kwan bisa nyambung.

Selesai sholat kami melanjutkan investigasi, kali ini bersama Mr Kwan. Dengan penuh semangat Kwan menceritakan semua yang dialaminya, dia seorang ABK sebuah kapal yang beruntung memenangkan lotre, hadiah lotre itu dibelikannya sebuah kamera mahal lengakp dengan tripod dan teropong canggih untuk menangkap gambar di kejauhan. Sisa uangnya dibelikan tiket tour keliling Indonesia. Ya, mereka bertiga adalah rombongan back packer tour keliling Indonesia.

Tiba pertama di Indonesia mereka mendarat di bandara Soekarno Hatta lalu menginap di sebuah hotel kecil. Di sana mereka berkenalan dengan seorang pria berkebangsaan perancis bernama Rossi. Perkenalan di Lobby itu berlanjut, Rossi menawarkan jasa travel milik rekannya yang penduduk lokal untuk mereka bertiga, dia siap mengantar mereka ke Borobudur, tujuan pertama mereka, lalu ke Bromo, dengan alasan tujuan mereka sama.

Singkat cerita ketiga turis backpacker ini mengunjungi Borobudur kemudian ke Bromo, nah di tengah perjalanan menuju Bromo, Rossi berpamitan, dia mengatakan ada passenger yang minta dijemput di Bandara. Rombongan beralih ke mobil Bobby, teman WNI Rossy. bersama Bobby mereka menyusur jalan ke Bromo malam itu juga. Tiba di pos pertama, Bobby menghentikan mobil, dia mengajak mereka bertiga –berempat dengan Bobby- menyewa penginapan. Setelah istirahat sejenak mereka memutuskan memulai pendakian, Bobby tidak ikut dengan alasan menjaga barang barang mereka. Merekapun pergi dengan bekal seadanya dan seluruh barang berharga ditinggal di kamar.

Sepulang dari puncak Bromo, mereka temukan kamar kosong, tak ada Bobby dan semua barang berharga mereka raib. Untunglah Philippe masih menyimpan laptop MacBook Pro 13” keluaran Apple kesayangannya. Dia telah menyimpan foto wajah Rossy dan temannya, juga mobil yang mereka tumpangi, sehingga nomor kendaraan mudah dilacak dan ditemukan keberadaannya. Atas inisiatif polisi mereka juga memblokir semua kartu kredit dan akun bank mereka agar tidak dibobol juga.

Akhirnya investigasi selesai, Caterine, Philippe dan Kwan berterimakasih dan berharap suatu hari bertemu saya di saat yang lebih tepat, mereka minta akun FB saya, tapi karena saat itu Hp saya masih jadul, dan – terus terang- belum punya akun FB, saya bilang kapan kapan saja. Pak polisi juga bermaksud baik mengantar saya ke rumah, mengingat hari sudah sore dan saya tadi datang membonceng bu Wiji. Saya putuskan minta ijin suami dulu. Saya telepon suami, dia melarang saya pulang dengan mobil polisi, dia yang akan menjemput saya. Hmmmm... gak jadi naik sedan deh...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post