Semester genap sudah berjalan satu bulan. Beberapa tugas sudah meluncur ke seluruh siswa. Tetapi masih seperti semester ganjil dahulu. Yang tidak pernah respon saat pembelajaran dan tidak pernah mengerjakan tugas selalu siswa yang sama. Padahal orang tua siswa tersebut sudah dihadirkan ke madrasah berikut siswa yang bersangkutan. Tetapi memang mengubah karakter seseorang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sampai pada suatu hari aku panggil satu persatu dengan video call siswa-siswa yang slow dan low respon tersebut. Tetapi masih tetap tidak juga respon, bahkan ada yang HP nya langsung dimatikan. Mungkin tahu kalau akan ditagih tugasnya. Belum lagi nomer Hpnya sering berganti, sehingga sulit dihubungi.

Susahnya lagi, banyak siswa yang tidak memakai identitas, atau identitasnya diganti dengan nama lain pada whatsappnya. Sehingga sulit melacaknya. Contoh saja, saat aku minta kiriman nomor HP ternyata namanya tertulis “ciprutt”. Setelah aku tanya, dia menjawab, “Saya Dwi Agustina, Bu”. Ya ada-ada saja. Ada lagi yang sering komen di whatsapp dan saat ditagih tugasnya selalu menjawab siap, namun tugas tidak kunjung disetor.

Menghadapi hal ini, aku tidak putus asa, aku meminta bantuan wali kelas agar menginformasikan ke orang tua anak-anak tersebut bahwa putra-putri belum mengerjakan tugas satupun.Usahaku berhasil. Anak-anak yang tadinya tidak respon akhirnya menghubungiku. Salah satu siswa bertanya via WA, “Bu tugas IPA itu apa?’. Aku mengelus dada, kok bisa tanya seperti itu anak ini. Aku menjawab, “Kan sudah ada dalam pembelajaran E-learning madrasah kita”. Aku juga balik bertanya, mengapa kamu tidak pernah mengikuti pembelajaran di E-learning?”. Anak tersebut menjawab, lupa Bu sambil memasang emoge tertawa..Benar-benar membutuhkan kesabaran menghadapi anak-anak.