Asti Ramdaniati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Cerita di Ujung Waktu (Part 41)

#Tantangan hari ke- 115

#Tantangan Gurusiana

....

Perang hati antara cinta dan ikhlas berbagi mulai berkecamuk hebat dipikirnya, air mata tak terelakkan lagi menetes membasahi pipi yang merah muda itu. Duduk di kursi roda menjadi hal yang begitu menyesakkan, sesekali melihat suaminya yang sedang terlelap tidur. Ketampanannya tak hilang oleh gelapnya malam, cintanya pun tak lekang oleh tirai ketidakberdayaan terhadap taqdir yang menyelimutinya saat ini.

Yusuf terbangun saat sadar bahwa istrinya tidak ada di sampingnya. Terlihat istrinya sedang melaksanakan salat malam. Dipandangi begitu dalam gerakan salat yang dilakukan istrinya, sepertinya dia hanyut dalam mediasi dengan penciptaNya, ada beban yang terselubung dalam pikirnya, mungkinkah dia mengadu atas ketidaknyamanan yang berasal dari permintaan umminya. Setelah wajah istrinya menoleh ke kanan dan ke kiri seraya mengucapkan salam tanda salatnya selesai Yusuf menghampirinya, memeluknya dari arah belakang dan berbisik” jangan laporkan aku pada Allah, bahwa aku tak setia ya”. Alya membalikkan tubuhnya dan memeluk suaminya dengan erat tangispun mewarnai sepertiga malam, pelukan itu seolah menggambarkan betapa Alya tak ingin melepas suaminya untuk wanita lain walaupun dia sadar kondisinya memang memiliki potensi untuk Yusuf memiliki wanita lain. Yusuf meyakinkan bahwa tidak akan wanita lain yang akan megisi hatinya.

Minggu pagi di saat semuanya libur, Yusuf sudah bersiap akan mengantarkan umminya pulang. Wajah yang sinis masih terlihat jelas sehingga ketidaksukaan pada Alya begitu terasa. Entah mengapa secepat itu sikap mertuanya berubah. Tak lama terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, Ririn yang tampil tak seperti biasanya, riasan wajahnya terlihat sedikit menor. Mertuanya segera menyambut dengan hangat dan mengajaknya untuk bergabung di ruang makan untuk sarapan pagi. Ririn mengeluarkan sesuatu dari tas berwarna coklat, lalu diberikan kepada Yusuf yang sedang duduk, ternyata itu adalah vitamin. Ririn berkata bahwa Yusuf perlu vitamin itu untuk menjaga stamina agar tetap sehat. Tanpa rasa malu Ririn segera mengambil jus dari dapur, menuangkannya di dalam gelas dan menyuguhkannya untuk Yusuf. Alya yang melihat sikap Ririn seolah sudah menjadi istri muda di rumahnya. Alya merasa tidak nyaman dan pamit masuk kamar. Yusuf segera menyusul ke kamar dan mendapati Alya menangis tersedu melihat ke sudut jendela. Yusuf menghampiri dan mengusap air mata di pipi yang merona itu, memegang tangan isrinya dan menempatkan tepat di dadanya

“Rasakanlah lebih dalam seolah kamu dapat masuk ke dalam hatiku, yakinlah bahwa hati ini sudah ada penghuninya dan itu adalah kamu sayang, tidak akan ada yang lain” Kalimat itu seolah jadi penyejuk saat luka hati terkoyak oleh tingkah Ririn.

Mereka pun kelur dari kamar, duduk bersama untuk sarapan pagi. Ririn yang masih mencari perhatian Yusuf menyodorkan jus yang tadi ambilnya kepada Yusuf, sontak Alya menolaknya dan meminta Bi Mimin membawakan jus di dapur yang sudah dibuat sebelumnya. Yusuf pun segera meminum jus yang dibawakan Bi Mimin. Ririn merasa kesal atas sikap Alya yang mulai melawannya. Yusuf mengajak ummi dan Ririn untuk segera bersiap karena Yusuf masih harus ke kampus untuk mengambil berkas penting. Karena mereka juga sudah tidak punya alasan untuk berlama-lama di rumah Yusuf akhirnya mereka pun bersiap pergi.

***

Gadis mungil itu berlarian di taman rumah dengan penuh gembira. Bola berwarna merah muda yang sedang dimainkan di lempar berkali-kali kepada Alya yang ikut menemani Ara pagi itu. Saat bola dilempar tak sengaja keluar pagar, Ara berlari mengejar bola hingga ke jalan raya, Alya berteriak memanggil Ara untuk tidak ke jalan karena berbahaya. Tiba-tiba mobil berkecapatan tinggi melaju mengarah pada Ara yang sedang meraih bolanya. Sontak Alya berteriak meminta tolong, tapi tak ada yang mendengarkan teriakannya. Tanpa sadar Alya mulai berdiri dan melangkah perlahan sambil berteriak “Ara awas, Nak !” . Pengemudi mobil baru sadar bahwa di depannya ada anak kecil namun karena kecepatan yang sangat kencang membuat pengemudi tidak bisa mengotrol, ketika rem diinjak suaranya begitu mengejutkan. Alya begitu khawatir dan kaget, terlihat sepintas Ara menghilang saat mobil itu berhenti. Alya berdiri sambil memegang pagar, berteriak dan menangis memanggil Ara. Namun kekuatannya melemah untuk melangkah memastikan keadaanya Ara, dia hanya bisa memegang kuat pagar untuk tetap menopang tubuhnya tetap berdiri. Tidak lama keluarlah Pak Deden menanyakan apa yang terjadi. Alya yang masih terlihat terkejut menunjuk ke arah mobil yang berhenti di tengah jalan, lalu memanggil nama Ara. Pak Deden pun segera menghampiri pengemudi yang baru keluar dari mobilnya.

Mereka melihat Ara ada di pinggir jalan ternyata di detik-detik terakhir ada bapak penjual es yang kebetulan lewat situ melihat Ara yang hampir tertabrak mobil. Hatinya tergerak untuk segera menyelamatkan Ara. Saat Pak Deden menggendong Ara membawanya ke rumah, baru tersadar bahwa dirinya sedang melihat Alya berdiri sambil memegang pagar. Pak Deden heran sekaligus bahagia Alya mampu berdiri walaupun masih harus berpegangan. Kabar itu pun dengan cepat terdengar oleh Yusuf yang masih berada di kampus, tak berpikir panjang Yusuf segera pulang untuk memastikan keadaan Alya dan Ara setelah kejadian itu.

....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih e hehehe

27 May
Balas

Sedih e hehehe

27 May
Balas

Sedih e hehehe

27 May
Balas

Sedih e hehehe

27 May
Balas

Sedih e hehehe

27 May
Balas

Sedih e hehehe

27 May
Balas

Waduh maaf bun komen e kebanyakan td nak mencet OK gagal terus ..tau2 jd byk hiks

27 May
Balas

Ndak ape Bu aku jua Isak macem itu... Terima kasih sudah singgah

27 May

Semoga Alya segera sembuh...keren Bu Asti

27 May
Balas

Aamiin... terima kasih bu Nelly

28 May

mantul

27 May
Balas

Terima kasih Bu Sri Ambarwati

27 May

Keren.

27 May
Balas

Makaseh Bu Nur

27 May



search

New Post