Asti Ramdaniati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta di Sudut Kenangan
Gambar ilustrasi dari Google

Cinta di Sudut Kenangan

Sepulang sekolah seperti biasa aku dan teman – teman bergegas pulang menggunakan angkot. Namun hari ini di tengah gelak tawa obrolan selama perjalanan ada yang berbeda. Di sudut ada seorang pria membawa kamera, dia mengambil gambar kami sembari tersenyum penuh misteri. Jujur saja aku merasa sedikit takut dengan tatapan tajamnya yang penuh dengan keingintahuan. Namun ketika ku lihat teman yang lain tidak terpengaruh apapun dengan sikap pria itu, aku pun berusaha menghilangkan perasaan aneh yang muncul saat itu.

Hari berikutnya pria itu terlihat lagi di angkot yang sama denganku. Kali ini dia tidak membawa kamera terlihat sedang membaca buku. Saat membaca buku aku mencuri pandang melihat sosok pria yang begitu nyaman di pandang mata. Begitu dalam larut dalam cerita di dalamnya, kukira dia mempunyai niat buruk terhadapku karena berkali-kali bertemu dengan gelagat yang mencurigakan. Namun hari ini pikiran itu berubah, aku hanya berpikir terlalu jauh tentangnya.

----

Sebentar lagi sekolah akan mengadakan bazar buku, aku dipercaya sebagai ketua pelaksana dibantu dengan teman-teman yang selalu solid dan loyal. Tak lama Pak guru datang menghampiriku memberitahu bahwa akan kedatangan tamu undangan penting seorang penulis yang merupakan alumni sekolah ini. Jelas saja kami semua panitia merasa senang karena akan menambah kesuksesan acara ini.

Semua siswa dan guru sudah berkumpul di lapangan sekolah yang merupakan tempat bazar dilaksanakan. Akhirnya acara yang dinanti-nantikan pun tiba, kepala sekolah muncul dengan sosok yang tak asing. Tapi pikiranku masih sempet mengingat-ingat dimanakah aku pernah bertemu pria itu. Memutar otakku untuk mengingat wajah itu. Tak lama Pak guru memudarkan lamunanku, meminta memperkenalkan tamu penting itu kepada semua yang berada di acara bazar. Pak guru memberikan selembar kertas berisi biodata tamu undangan itu. Ku baca perlahan ternyata pria itu bernama Rey Alamsyah kelahiran 1993.

Aku mulai berdiri di podium berencaa untuk mengumumkan bahwa sekolah kita kedatangan tamu penting seorang penulis muda yang merupakan alumni sekolah ini. Saat hendak memulai berkata, mataku menyorot wajah pria di depan yang duduk dengan kepala sekolah beserta guru-guru. Terlihat dia sedang membaca buku. Ternyata aku baru teringat tamu itu adalah pria misterius di dalam angkot yang selalu kebetulan bertemu. Lama ku tatap wajah itu, hingga pak guru mengejutkanku kembali dengan memanggil namaku. Aku menggelengkan kepala berusaha sadar dari lamunan.

Aku mulai memperkenalkan tamu undangan itu sesuai biodata yang diberikan pak guru dan mempersilakan tamu itu untuk maju ke panggung untuk memberikan sambutan dan inspirasi kepada kami siswa-siswa untuk menjadi penulis yang hebat.

Pria itu mulai berdiri dan memberi hormat kepada kepala sekolah dan guru-guru sebelum maju ke podium. Terlihat begitu sopan dan cerdas. Aku pun duduk di deretan panitia melihat dan menyimak apa yang dia sampaikan. Masyaa Allah begitu menyejukkan dan sangat memotivasi untuk menjadi pemuda-pemudi yang berprestasi.

Setelah acara selesai kami semua melakukan foto bersama. Dia mengeluarkan kamera yang pernah saya lihat dari tasnya dan memberikan kepada siswa lain untuk meminta bantuan mengambil foto kegiatan itu.

Acara pun telah usai. Pandanganku masih tertuju pada pria itu yang sedang berbincang dengan kepala sekolah sembari memotret lingkungan sekolah. Entah apa yang diperbincangkan sehingga terlihat sangat akrab dan nyaman. Aku mulai mengemas buku-buku berencana membawanya ke ruang OSIS. Saat membawa buku dalam dus kakiku tiba-tiba tersandung, namun tiba-tiba ada yang menahan tubuhku hingga hanya buku-buku saja yang terjatuh berserakan ke lantai lapangan. Saat tersadar ternyata pria itu yang membantuku lalu dia menanyakan kondisiku saat itu. Aku yang terkejut sekaligus malu langsung memunguti buku yang terjatuh. Pria itu pun ikut membantu mengemas buku dimasukkannya ke dalam dus. Tak lama pria itu mengulurkan tangannya dan menyebutkan namanya “Alam”, aku termenung sesaat seakan-akan semua itu hanyalah mimpi. Lalu ku jabat tangannya dan menyebutkan namaku “Ayra”.

Setelah kejadian itu dia tak pernah lagi muncul dihadapanku. Setiap hari kunantikan di sudut angkot ada dia yang sedang membaca buku ataupun memegang kameranya. Namun semuanya hanya tinggal angan-angan. Pertemuan itu pun tak menyisakan apa-apa bahkan nomor handphone untuk menyambung komunikasi tidak punya.

Setahun kemudian

Acara kelulusan pun tiba, akhirnya aku dapat menyelesaikan pendidikan SMA. Ini akan menjadi moment yang terindah dalam sejarah hidupku, disaat yang bersamaan selain mendapatkan ijazah aku pun menjadi juara umum tahun ini. Saat pembagian ijazah dan piagam penghargaan ada kejutan yang Allah berikan yaitu hadirnya sosok pria memakai jas berwarna hitam dengan membawa buket bunga menghampiriku dan mengucapkan selamat atas kesuksesan yang aku raih. Pria itu tidak lain adalah Alam pria yang selalu ku tunggu kehadirannya setiap waktu. Teman-teman, guru dan orang tua menyaksikan peristiwa itu dan ikut berbahagia atas keberhasilan yang ku raih.

Setelah selesai acara kelulusan sekaligus perpisahan sekolah, Alam meminta izin untuk mengajakku ke suatu tempat. Orang tuaku mengizinkan dan berpesan untuk berhati-hati di jalan. Pintu mobil pun sudah dibukakannya, aku pun segera masuk. Selama perjalanan kami terkesan kaku tidak banyak yang dibicarakan. Rasa penasaran menyelimuti diri, kemanakah Alam akan membawaku di hari bahagia ini.

Tiba-tiba mobil berhenti di suatu tempat. Dia memintaku untuk turun dari mobil, lalu menghampiri tepi jalan raya, dia mulai jongkok dan mengusap-ngusap aspal jalan raya itu. Aku heran ada apa sebenarnya. Perlahan dia bercerita bahwa sembilan tahun yang lalu di hari kelulusan dia merasakan hal yang sama bahagia bisa lulus bersama kekasihnya. Hanya saja kebahagiaan itu tidak bertahan lama karena saat merayakan kelulusan menggunakan motor terjadi kecelakaan. Dalam kecelakaan itu kekasihnya meninggal di tempat kejadian. Di tengah kebahagiaan itu dirinya harus menerima kenyataan terpahit kehilangan kekasih yang dikasihi dipangkuannya sendiri dengan bersimbah darah. Pihak keluarga kekasihnya menyalahkan Alam atas kejadian yang menimpa sehingga makam kekasihnya pun tidak boleh diketahuinya. Tetesan air matanya menggambarkan betapa hancur hatinya saat itu. Lalu dia mengeluarkan foto di dalam saku jas nya dan diberikannya padaku. Alangkah terkejutnya aku, ketika melihat dalam foto itu ada gambar dia dan kekasihnya memakai baju SMA dengan coretan di baju seragam, sedang berbahagia dan yang paling mengejutkan kekasihnya itu sangat mirip denganku.

Tak terasa air mataku membasahi pipi. Rasa sedih dan kecewa berbaur jadi satu entah harus bagaimana aku menyikapinya. Lututku mulai melemah setelah mendengar ceritanya. Dia mengajakku untuk duduk di kursi yang berada tak jauh dari tempat itu. Dia mulai berbicara lagi, semenjak bertemu denganku pertama kali dia jatuh hati karena wajahku mirip dengan kekasihnya, obsesi kekasihnya membuat dia tak berarah. Hingga dia menyadari betapa salah arah yang diambil. Cinta seperti ini hanya akan menyakiti hatiku. Lalu dia berusaha menghindar dan dalam waktu setahun menjauh dariku untuk meyakinkan hati bahwa dia memang jatuh hati pada wanita berbeda, disitulah dia mulai paham dan yakin lalu menuangkannya dalam sebuah buku yang berjudul” Sungguh Indah KeajaibanMu” yang isinya bagaimana cinta itu tumbuh hingga membuahkan hasil untuk segera menghalalkan hubungan ini.

Dia mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin dan mengajakku untuk menikah, karena dia tak mau kehilangan cintanya lagi di hari yang sama (hari kelulusan). Aku hanya terdiam tak dapat berkata apa-apa, ada ragu yang muncul saat itu. Dia akan melamarku resmi di depan orang tuaku, kami pun segera pulang ke rumah. Namun ketika Allah ikut andil didalamnya yang mustahil pun bisa jadi kenyataan. Ayah yang begitu keras masalah jodoh. Sekarang luluh lantah hatinya ketika lamaran Alam terucap. Ayah menatapku seolah menanyakan jawaban dari lamaran Alam terhadapku, entah darimana keyakinan yang begitu pekat hadir saat itu hingga aku hanya mampu mengangguk tanda setuju.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu...lanjut nulisnya

16 Aug
Balas

makasih bu... sedang menata diri hehe

17 Aug

Keren, kangen bc tulisan adikku, ayo semangat lanjut lg menulisnya

16 Aug
Balas

makasih kakakkuh selalu jadi penyemangatku

17 Aug

Mantul buk....lanjut...

16 Aug
Balas

makasih bu

17 Aug



search

New Post