Asti Ramdaniati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Memecah Rindu

Kisah ini berawal dari pertemuanku dengan seorang dosen sekaligus motivator bernama Syahdan Adnan Abdillah. Sebuah acara motivasi yang diadakan kampus untuk mahasiswa terpilih. Di kelas yang mendapat jatah untuk menghadiri acara tersebut adalah aku dan sahabatku Mawar Arini Putri.

Acara telah dimulai semua peserta bersiap dan fokus terhadap materi yang disampaikan. Aku dan Mawar merasa acara tersebut hanya acara biasa, sama seperti acara seminar sebelumnya yang membuat rasa ngantuk lebih mudah menghampiri. Namun dia tampil sebagai pemateri handal setelah acara memasuki tahap ilustrasi terhadap materi jati diri, aku mulai hanyut dalam materi yang dibawakannya. Hati ini seolah diguncang secara hebat, hingga pikiran begitu mematri makna dari materi yang disampaikan terhadap kenyataan hidup yang sesungguhnya.

Di penghujung acara dia melakukan hypnotherapy masal dengan melibatkan alam bawah sadar sebagai perantara untuk menyampaikan pesan positif untuk setiap diri. Lampu ruangan mulai dimatikan, lalu mulai terdengar musik intrumental sebagai pengiring, tak lama semua peserta diminta untuk memejamkan mata dan hanya mendengar apa yang diucapkan oleh pemateri itu. Awalnya hanya ucapan motivasi biasa, namun perlahan ucapannya mulai menggiring semua peserta pada satu momen yang setiap orang pasti memilikinya. Yaitu kenangan bersama orang tua terkasih. Cerita dirancang sedemikian rupa hingga hati dan pikiran larut di dalamnya.

Tak lama mulai terdengar isak tangis di tengah iringan musik, lama-lama terdengar jeritan misterius dari beberapa peserta seolah mereka benar-benar ada di dalam cerita yang diciptakan pemateri. Aku masih bertahan belum merasakan sensasi seperti peserta lainnya yang duduk bersebelahan denganku. Begitu pun Mawar sudah mengeluarkan tisu dari dalam tas menghapus air mata yang jatuh silih berganti. Aku masih bingung karena belum merasakan apapun, apakah aku termasuk orang yang keras hati. Sehingga apa yang diceritakan oleh pemateri tidak memunculkan reaksi apapun bagiku.

Aku mulai jahil membuka mata dan penasaran dengan keadaan saat itu. Sungguh dibuat takjub dibuatnya hampir semua peserta tunduk dan menangis mendengar cerita pemateri. Lalu mataku tertuju pada gambar dalam tayangan slide pada projektor di depan. Mulailah menetes air mataku melihat ilustrasi cinta antara orang tua dengan seorang anak. Gambar itu begitu menusuk hingga aku tertunduk dan mengikuti alur cerita yang dibawakan oleh pemateri. Mawar mulai menggenggam tanganku dan berkali-kali mengucapkan maaf kepada mamanya. Aku juga semakin teringat dengan mamaku yang telah tiada. Alur cerita pun selesai, lampu mulai dinyalakan, semua peserta membuka matanya dan melihat teman sekeliling dengan mata yang bengkak karena menangis dengan melibatkan perasaan. Akupun berpelukan dengan Mawar dan tersadar untuk merubah sikap yang kadang menyakiti orang tua, intinya setelah acara itu setiap diri seolah terlahir kembali menjadi pribadi yang lebih baik.

Setelah rangkaian acara selesai, pesera mulai meninggalkan ruangan. Tapi tidak dengan aku dan Mawar, kami mendekati pemateri yang sedang berfoto dengan panitia, sekadar ingin menyampaikan rasa terima kasih atas ilmu yang diberikannya. Setelah mereka selesai berfoto aku dan Mawar bergegas menghampiri, namun ketika Mawar menarik tanganku kaki tersandung kabel yang ada didepan panggung, tubuhku tak bisa menahan keseimbangan hingga aku terjatuh. Tapi aku tak merasakan sakit karena ternyata aku terjatuh di pelukan pemateri itu. Orang yang berada dalam ruangan itu terkejut dan menghampiri kami. Pemateri itu membangunkan aku dari lamunan sejenak, menanyakan tentang keadaanku. Aku yang begitu malu atas kejadian itu seakan tak memiliki muka lagi. Mawar yang menyaksikan kejadian itu malah tertawa dan mengolok-ngolokku. Aku ingin segera pergi karena malu. Tapi pemateri itu memanggilku kembali dan mengulurkan tangan lalu menyebutkan namanya “Syahdan” aku yang benar-benar gugup hanya terdiam. Mawar menyebutkan namaku “Ayra Andara Syahira “sembari meraih tanganku dan memberikan pada sambutan tangan pemateri itu. Pemateri itu lalu memberikanku buku berjudul “Surgaku adalah Kamu” .

Hari itu berlalu begitu indah pandangan pertama saat terjatuh, membuatku tak bisa mengalihkan pikiranku. Sesampainya di rumah aku baru tersadar bahwa aku belum sempat mengucapkan terima kasih. Tapi niatku terurungkan ketika tersadar bahwa kontaknya saja aku tak punya. Hilang harapanku untuk berkomunikasi sekadar mengucapkan rasa terima kasih. Pada malam hari ku buka buku yang diberikannya materi di dalamnya begitu asyik dan bermakna, hingga tak bosan untuk melanjutkan terus membaca, di akhir buku itu tertera tanda tangan pemateri itu dan rangkaian nomor cantik di bawahnya. Awalnya ku kira itu hanya simbol atau angka kesukaannya saja, tapi saat ku hitung ada dua belas digit. Hatiku menebak bahwa itu adalh nomor kontaknya.

Ku beranikan diri menghubungi nomor tersebut ternyata memang benar itu dia. Semenjak itu komunikasi kami berjalan dengan sangat baik. Hubungan kami bukan lagi sekadar pemateri dengan peserta tetapi sudah menjadi teman dekat. Setiap dia melakukan kegiatan selalu mengirimkan fotonya. Saat aku sibuk membuat skripsi dia muncul sebagai pembimbing yang baik hingga selesai dengan cepat. Ujian sidang pun berjalan lancar dan lulus dengan nilai terbaik berkat dia yang selalu ada menemani.

Saat wisuda adalah hal yang paling membahagiakan, aku mendapatkan ijazah sebagai titik awal menuju kehidupan baru dalam kehidupanku. Namun Allah menambahkan bonus yang seumur hidupku takkan terlupakan. Di saat itu pula dia tampil dengan gagah dan yakin melamarku dihadapan ayahku. Tanpa ragu ayah menyetujui untuk segera melangsungkan pernikahan.

Jalan begitu mulus menuju perinikahan. Akhirnya aku dan dia bersatu dalam hubungan yang insyaAllah direstui Allah. Kami menjalani dengan kebahagiaan hingga akhirnya aku diyatakan hamil, betapa bahagianya kami atas kehadiran buah hati .

Namun di tengah kebahagiaan yang muncul begitu berdekatan, akhirnya aku menemukan ujian yang begitu hebat. Malam itu kami menghabiskan waktu penuh dengan diskusi tetang masa depan, dia begitu bermanja kepadaku seutuhnya. Tapi di sepertiga malam saat hendak kubangunkan dia dari tidurnya. Dia terpejam begitu tenang dan menarik nafas sebanyak tiga kali dan tersenyum. Ada yang aneh dari tidurnya, nafasnya sudah mulai melemah. ku pegang tangannya masih terasa hangat namun begitu lemah dan tak bertenaga. Aku berteriak meminta tolong, namun tak ada yang mendengar teriakanku. Ku panggil dan mencoba bangunkan dia, tapi tak ada respon apapun. Tak lama ayahku datang menghampiriku dan memeriksa keadaan suamiku ternyata dia sudah meninggal.

Rasa tak percaya masih menggunung di pikirku, aku teriak dan berkali-kali memintanya untuk segera bangun. Tapi tubuhnya mulai mendingin. Tangisku mulai mereda seolah sudah kering tak mampu menetes. Hancur hatiku saat semua orang mulai berdatangan dan memisahkan dia dari pelukanku saat itu. Aku benar-benar menggila berteriak merasa semua ini tak adil terhadapku yang sedang mengandung anaknya. Saudara yang hadir saat itu menyuruhku beristigfar atas sikapku dan mencoba menenangkanku. Tapi tetap saja aku hanya manusia biasa yang merasa sakit ketika ditinggalkan oleh orang terkasih.

Setelah jenazahnya selesai dengan rangkai persiapan menuju peristirahatan terakhirnya, aku mulai menangis histeris melihat dia yang kukasihi hanya bisa terbujur kaku. Hilang senyumnya dari mataku, kini hanya sebongkah kenangan yang menari-nari di pikiranku. Betapa malang nasib anakku terlahir tanpa seorang ayah di sampingnya.

Pemakaman pun selesai, semua orang mulai pulang ke rumahnya masing-masing. Kini tinggal aku dan anakku menunggu di atas pusaranya berharap ini semua hanya mimpi. Ayahku mencoba menenangkan dan memintaku untuk menerima takdir Allah.

Setelah sebulan kepergiannya, karena tekanan yang begitu hebat. Aku dinyatakan keguguran oleh dokter. Ternyata anakku begitu mencintai ayahnya sehingga ikut pergi meninggalkan aku seorang diri. Semakin goncang jiwaku, mulai berpikir hal yang tidak baik. Tak ada lagi kekuatan untuk melanjutkan hidup.

Namun dengan caranya Allah tetap menguatkanku, hingga aku sampai pada titik kata ikhlas. Mencoba melangkah melanjutkan hidup dan bersyukur atas apa yang masih ada sekarang. Kini perlahan aku mengobati luka yang begitu besar yang entah kapan akan sembuh.

Di tengah perjuanganku, ada keanehan yang muncul ketika aku dinyatakan keguguran. Perutku makin hari malah semakin membesar. Aku tersenyum mungkin aku diberikan jalan oleh Allah untuk segera berkumpul di SurgaNya dengan keluarga kecilku disana. Apapun penyakit yang kuderita sekarang ku harap bisa cepat mempertemukan aku dengan orang-orang terkasih. Aku pergi dengan ayah berniat untuk memastikan penyakit apa yang kuderita. Namun yang terjadi setelah pemeriksaan, alangkah Allah menyayangiku dengan caranya. Ternyata aku hamil bukan sakit. Semua di luar logika, aku menanyakan pada dokter sebenarnya apa yang terjadi. Dokter menjelaskan ternyata anak yang ku kandung itu kembar, yang sudah dibersihkan dan dinyatakan keguguran adalah kembarannya, sedangkan janin satunya lagi berkembang setelah janin satunya dikeluarkan dari rahimku. Sungguh mukjijat yang tiada tara, sekarang Allah memberikan teman untukku menjalani hidup dan memecah sebuah kerinduan terhadap mereka yang terkasih yang sudah bahagia di surga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu Asti. Ide ceritanya sangat menarik

24 Aug
Balas

Makaseh mama figrah...

28 Aug

Keren abis cerpennya, mantap ide ceritanya

24 Aug
Balas

terima kasih kakakku sayang...

28 Aug

SEBUAH PERJUANGAN mantap bun

23 Aug
Balas

Terima kasih ibu ... sukses selalu untuk ibu

23 Aug

Ma Syaa Allah.Subhanallah. Memang Rahmat Allah tiada terkira.Keren banget ceritanya Bun

23 Aug
Balas

Ya Bun... memberikan kebahagiaan di luar logika kita sebagai hamba. Terima kaish sudah singgah bun...

23 Aug



search

New Post