Asti Ramdaniati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pria Misterius
gambar ilutsrasi dari google

Pria Misterius

Siang ini aku menghilangkan rasa laparku di cafe langgananku, masih seperti biasanya sendiri tanpa teman. Tanpa ragu ku lahap makanan yang sudah ku pesan. Selesai makan aku meminta bill pada pelayan cafe. Dia menghampiriku dan mengatakan bahwa tagihannya sudah dibayar oleh pria yang baru saja meninggalkan cafe. Mataku langsung menatap ke arah pria berjaket dan berkacamata hitam, jika diperhatikan dari postur tubuhnya yang tinggi dan kekar, sepertinya aku tak pernah mempunyai teman, saudara atau kenalan seperti itu. Rasa penasaran muncul begitu deras di pikiranku hingga akhirnya kuputuskan untuk mengejar laki-laki itu. Namun sayang langkahnya terlalu cepat dan menghilang begitu saja dihadapanku.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah pikirku masih tak lepas dari pria misterius itu. Siapakah dia?, aku berusaha menepis semuanya dan beranggapan bahwa itu adalah hanya sebuah keberuntungan.

Keesokan harinya sepulang kerja aku singgah ke cafe langgananku. Tak sengaja aku melihat pria itu duduk di sudut cafe, tapi tidak sendirian ditemani wanita cantik seperti artis sinetron saja. Alhasil aku urungkan niatku untuk mengucapkan terima kasih atas kebaikannya kemarin. Ada perasaan tidak nyaman jika tiba-tiba aku muncul diantara mereka hanya membahas hal sepele. Setelah selesai aku meminta bill kepada pelayan cafe, namun lagi-lagi pria itu membayar tagihan makananku. Pikiranku mulai terusik dengan sikap aneh pria itu. Apa maksud dari semua ini, ketika dia sudah memiliki kekasih secantik itu masih juga menggodaku. Dasar laki-laki gila pikirku.

Tak tahan lagi emosi dalam jiwaku meronta, kuberanikan diri menghampiri mereka yang sedang berdua. Marahku sudah tak terbendung dengan sikapnya terhadapku. Suaraku membahana hingga seluruh pengunjung cafe ikut menyaksikan kejadian itu. Ku hempaskan uang untuk membayar makananku di meja mereka. Pria itu hanya tersenyum, sayangnya aku tak bisa melihat mimik wajahnya ketika aku marah-marah tadi karena memakai kaca mata hitam. Aku pun berlalu meninggalkan cafe dengan penuh amarah.

----

Sudah beberapa hari ini aku tidak mengunjungi cafe langgananku. Ada terbersit kangen akan makanannya yang lezat dan sesuai dengan lidah. Tapi semenjak kejadian itu aku merasa canggung untuk pergi kesana. Perasaan malas untuk bertemu pria gila itu merusak selera makanku. Saat aku melewati cafe dari balik jendela aku mengintip melihat apakah pria itu ada. Betapa bahagianya aku ternyata kursi di sudut cafe yang biasa digunakan pria itu kosong. Aku pun tak kuasa menahan rindu untuk melepas lapar di cafe itu. Akhirnya aku masuk dan memesan makanan. Di tengah menikmati makanan tiba-tiba pria itu datang dengan kekasihnya. Aku pura-pura tidak melihat dan berusaha bersembunyi, walaupun dia yang salah tapi tetap saja rasa malu melintas dipikiranku. Aku bergegas menghabiskan makanan dan segera pergi dari cafe itu. Saat hendak pulang, seorang pelayan menahanku pergi dengan alasan sebentar lagi akan ada penampilan dari artis terkenal, sayang sekiranya dilewatkan. Aku sedikit tertarik dan melirik ke arah pria itu, ternyata kondisinya baik-baik saja duduk manis dengan kekasihnya. Pikirku mungkin dia sudah sadar ketika kemarin aku marahi habis-habisan.

Aku pun duduk kembali di kursi semula. Tak lama pria itu maju menuju panggung cafe. Aku sudah punya firasat buruk atas apa yang ku lihat. “Orang gila ini, belum minum obat nampaknya” gumamku dalam hati sembari geram.

Petikan gitar mulai terdengar syahdu, suara merdu mulai mendayu-dayu. Lagu yang dibawakannya itu adalah lagu kesukaanku. Aku semakin curiga dengan pria itu. Di tengah imajinasiku tentang lagu yang dinyanyikan, seorang pelayan memberikan buket bunga mawar kepadaku. Tak lama pria itu mengungkapkan cintanya terhadapku. Kepenasaranan begitu pekat menghampiri, mengapa dia sampai tahu nama lengkapku. Semua pengunjung bertepuk tangan dan memintaku untuk naik ke panggung. Karena kepenasaran yang tak kunjung ada jawabannya, aku melangkah hanya ingin memastikan siapa pria itu. Saat di atas panggung dia membuka kacamata hitamnya dan berkata apakah aku bersedia menikah dengannya?.

Bibirku masih begitu kelu karena terkejut melihat wajah yang tak asing. Ternyata dia adalah adik kelasku yang pernah mengungkapkan perasaannya sepuluh tahun yang lalu. Karena alasan tidak merasa cocok atas usianya yang begitu muda, aku menolaknya. Namun sekarang dia tumbuh menjadi sosok pria idaman tubuh yang kekar, mata coklat yang begitu menawan dan yang terpenting cinta yang tak pernah hilang walaupun berpisah begitu lama. Aku menunjuk wanita cantik yang kuanggap kekasihnya, dia menjelaskan bahwa wanita itu adalah adiknya.

Aku tersanjung walaupun kami berpisah begitu lama, saat musim silih berganti berulang-ulang. Siang malam pun mungkin sudah tak terhitung lagi dengan jari, tanpa komunikasi sekali pun namun cintanya begitu kokoh tak tergoyangkan. Kini setelah sepuluh tahun dia kembali dengan membawa kisah yang membuktikan bahwa cinta kami nyata adanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Romantisnya...keren Bu Asti

02 Sep
Balas

Makasih Bu... Barakallohu...

03 Sep

So sweet, keren dek

02 Sep
Balas

Terima kasih kakakku sayang.. lop u...

03 Sep

Kisah yang romantis sekali, salam literasi

02 Sep
Balas

Terima kasih ibu Imelda... Sukses buat ibu... Salam literasi

03 Sep



search

New Post