Asti Ramdaniati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Selendang Cinta untuk Syakilaa
gambar ilustrasi dari Google

Selendang Cinta untuk Syakilaa

Menatap indah ciptaan Allah yang begitu sempurna menjadikan hal yang selalu mengusik hati. Berawal dari sebuah kekaguman yang muncul pada sosok perempuan anggun, cerdas, dan seorang aktifis membuat cinta ini mulai tumbuh dihatiku. Perlahan kami saling mengenal dan menjadi semakin dekat karena kegiatan sekolah.

Namanya Syakilaa, perempuan yang berwujud sempurna baik secara paras dan akhlak membuatku menetapkan hati untuk menjadikan dia istimewa dalam hidupku. Ternyata dia pun merasakan hal yang sama terhadapku. Ketika cinta ini berbalas, dunia begitu indah terasa.

Hingga sampai pada keyakinan untuk mendatangi kedua orang tuanya menyatakan niat baik yang ada di dalam hati kami. Sebelum kelulusan SMA aku beranikan diri untuk melaksanakan rencanaku meminta restu atas hubungan cinta kami. Syakilaa yang semula ragu atas rencanaku melihat kesungguhan dan cinta kami akhirnya dia siap menerima segala konskuensi apapun atas niat yang akan segera disampaikan kepada orang tuanya.

Tanpa berpikir panjang aku pun bergegas menemui orang tuanya dengan penuh keyakinan atas semua yang telah direncanakan sebelumnya. Percakapan itu pun dimulai. Ayahnya menyambut baik niat yang kami miliki, hanya saja mungkin waktunya masih kurang tepat. Usia kami yang masih terbilang sangat muda, persiapan dana untuk pernikahan dan yang terpenting kondisi kakaknya yang masih belum menikah menjadi kendala restu terucap dari keluarganya. Walaupun perkataan ayahnya begitu lembut menolak niat baikku, namun entah mengapa hati ini begitu sakit. Akhirnya aku pulang dengan penuh kekecewaan.

Setelah kejadian itu hubungan kami menjadi ada yang kurang, mengetahui bahwa untuk saat ini orang tuanya belum merestui hubungan kami. Namun aku selalu meyakinkan Syakilaa untuk tetap istiqomah terhadap niat baik kami. Hingga sampailah di penghujung waktu pendidikan SMA, kelulusan pun hadir begitu cepat. Sebelum kami dapat menentukan arah mana yang akan kami tempuh.

Di tengah kekosongan waktu tanpa kehadirannya karena sekolah yang selama ini tempat kami bertemu tak lagi ada, aku mulai menabung untuk persiapan pernikahan yang tertunda. Akhirnya aku mendapat beasiswa untuk kuliah di Kota Bandung. Sebelum aku berangkat untuk mengurus keperluan kuliah aku mendatangi rumah Syakilaa. Tapi ternyata Syakilaa sudah pergi ke Jakarta ikut kakaknya untuk bekerja disana.

Aku begitu terpukul dengan kejadian itu, ada rasa kecewa yang hadir. Mengapa tidak ada kabar berita dari Syakilaa atas kepergiannya. Namun cinta ini tetap utuh tidak goyah sedikit pun, sembari menjalankan perkuliahan aku masih tetap berusaha untuk mendapatkan kontaknya, namun memang tak mudah karena keluarganya memang seolah menutupi keberadaannya dariku. Selama menunggu kepastian keberadaannya aku tetap menabung dari hasil kerja di tengah kesibukan kuliah. Sampai akhirnya aku membeli selendang berwarna putih dengan bagian pinggirnya berbalut hiasan bernuansa silver. Selendang itu akan aku gunakan saat acara akad dengan Syakilaa. Ku simpan baik-baik selendang itu dengan harapan semua niat baik ini akan segera terwujud.

Penantianku akhirnya terjawab aku mendapatkan nomor telpon rumah kakaknya tempat Syakilaa tinggal. Ternyata dia sekarang bekerja sambil mengumpulkan uang untuk kuliah. Dengan kuasa Allah kami dapat berjumpa. Sekian lama terpisah akhirnya dapat bertemu dan mencurahkan rasa rindu yang begitu pekat. Kami memutuskan untuk bertemu setidaknya sepekan sekali.

Suatu hari ketika tabunganku sudah mencukupi untuk acara pernikahan, walaupun memang harus menunggu sampai kakaknya menikah yang penting aku dan Syakilaa memiliki komitmen untuk tetap menjaga cinta kami sampai waktunya tiba. Aku berani datang ke rumah kakaknya di Jakarta. Namun Syakilaa bekerja malam, aku tak lelah menunggu hingga ku dapati dia pulang diantar seorang pria dengan motor.

Wajah Syakilaa terlihat sangat terkejut saat melihat aku sedang menunggunya di teras rumah kakaknya. Ada rasa cemburu buta hadir ketika melihat mereka berdua. Namun aku masih berusaha menenangkan diri dan menanyakan kebenarannya tentang status pria yang mengantarnya tadi. Namun dia hanya menunduk dan tidak berkata apapun. Seolah ada hal yang memang benar-benar terjadi diantara mereka. Karena masih penasaran, ku tanyakan kembali kepadanya namun responnya masih tetap sama tidak ada klarifikasi apapun dari mulutnya.

Sungguh hancur hatiku saat itu, merasa dikhianati atas cinta yang ku perjuangkan. Kesedihan begitu hebat merundungku setiap harinya. Aku masih menunggu kabar darinya untuk menetapkan hatiku kembali, namun hal itu tidak pernah terjadi. Di saat bersamaan seorang ustad menyarankan aku untuk segera menikah dengan gadis pilihannya. Di tengah kekecewaan yang mendalam dan rasa cinta yang begitu hebat terhadap Syakilaa ada rasa takut tidak sanggup kalau harus menyaksikan dia menikah duluan dengan pria lain. Akhirnya dengan terburu-buru aku pun menyetujui saran ustad untuk menikah sesegera mungkin.

Awalnya merajut rumah tangga tanpa cinta memang sulit, ada niat yang kurang murni saat menikah. Membuat aku selalu dihantui dengan bayang-bayang Syakilaa, hingga sampai kami punya seorang putri hampir saja akan diberi nama Syakilaa, namun Allah akhirnya menyadarkanku bahwa semua ini salah dan nama itu tidak sempat terucap untuk dijadikan nama putriku.

Di sepertiga malam aku menangis sungguh ingin menyudahi semua ini dan menginginkan menjalankan biduk rumah tangga yang sesungguhnya atas jodoh yang telah Allah pilihkan untukku. Di tengah malam buta aku membuka sebuah kotak yang isinya selendang yang ku beli untuk Syakilaa, aku bertekad untuk memberikan dan menyudahi perasaan yang semakin menyiksa ini.

Akhirnya kami bertemu kembali setelah sekian lama, wajah ayunya sudah mulai berubah. Ada beberapa kerutan di daerah bibir dan mata mungkin karena faktor usia. Ternyata sekarang dia sudah menikah dengan pria yang dulu aku lihat. Tidak banyak yang diperbincangkan saat pertemuan itu. Tanpa basa-basi dan takutnya menimbulkan kesalahpahaman, aku langsung mengeluarkan kotak berisi selendang, ku sampaikan bagaimana cerita dari selendang itu dan maksudku memberikan selendang itu untuk menyudahi perasaan yang salah ini.

Matanya mulai berkaca entah perasaan sedih atau terharu, yang pasti aku tidak boleh terpengaruh. Aku berpamitan dan segera pergi meninggalkannya. Tapi tiba-tiba dia berteriak berkata bahwa dia tidak bahagia. Langkahku terhenti saat dia melontarkan kalimat itu. Ada keinginan untuk berbalik arah dan menanyakan tentang kehidupannya yang sekarang. Tapi hati berbisik bahwa ini tidak benar. Dengan berat langkah kaki ku lanjutkan tanpa melihat ke belakang. Maafkan aku Syakilaa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritenye...

18 Aug
Balas

terima kasih ibu...

18 Aug

Cerita yang menarik... keren bun.. salam sukses selalu

17 Aug
Balas

terima kasih bun... sukses juga untuk ibu Solvia Jamal...

18 Aug

Sungguh mengharukan.. keren ceritanya Bu

17 Aug
Balas

Terima kaish bapak... sukses selalu untuk bapak

18 Aug

keren Bu Asti . . . ditunggu edisi versi Syakillaa nya

22 Aug
Balas

hatur nuhun bapak.. sukses selalu buat bapak

23 Aug



search

New Post