Ukiran Taqdir Terindah
Namaku Dirga Pratama Putra, seorang mahasiswa yang terlahir dari seorang petani. Keluarga yang sederhana mengajarkanku untuk terus berjuang di tengah kejamnya hidup. Berusaha, kerja keras dan doa senantiasa mengalir dalam perjuangan hidupku. Aku mempunyai lima orang adik yang masih kecil. Keuangan keluarga memang benar-benar harus diatur sedemikian rupa hingga semua anggota keluarga mendapatkan haknya masing-masing.
Saat aku memutuskan ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan, ayah sedikit kurang setuju dengan keputusanku, karena biaya kuliah bukanlah sedikit. Namun aku tetap bersih keras untuk keputusanku, bukan karena aku egois tapi setidaknya aku berharap kelak mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, hingga dapat ikut membantu perekonomian keluarga. Perlahan ayah membuka hatinya untuk merestui keputusanku. Hanya saja ayah mengingatkanku kembali apabila di tengah jalan biaya kuliah tak dapat terpenuhi, maka aku harus ikhlas untuk berhenti kuliah.
Bagiku restu dari ayah dan ibu sudah cukup untuk aku melangkah meraih cita-cita, selanjutnya hanya memperkuat tekad dan usaha untuk tetap pada niat awalku. Akhirnya langkah pertamaku mulai kuat, aku diterima di salah satu kampus swasta di Bandung mengambil jurusan akuntansi.
Perjuanganku baru dimulai, kesulitan yang kupikirkan selama ini sungguh jauh berbeda, berkali lipat lebih menyeramkan. Aku tinggal bersama beberapa teman di sebuah kos untuk mengirit biaya hidup. Di tengah kesibukan kegiatan di kampus, aku mencari pekerjaan sampingan menjual minuman keliling dimodali oleh teman sekamar. Di malam hari aku bekerja di sebuah rumah makan membantu mencuci piring. Penghasilannya memang tak seberapa tapi uangnya aku tabung untuk biaya semesteran.
Alhamdulillah dalam setahun berjalan aku mampu membiayai kuliahku tanpa meminta pada ayah di desa. Namun Allah sungguh menyayangiku ingin membuatku lebih kuat, teman sekamarku tiba-tiba harus pindah ke kota lain dengan berbagai alasan. Ujian ini menyita setengah perhatianku, apa yang bisa aku lakukan untuk membayar uang kos seorang diri. Aku mencoba mencari tempat tingal baru namun begitu sulit. Hingga akhirnya aku diusir dari kos karena tidak bisa membayar uang sewa kamar. Keputusasaan muncul di tengah perjuanganku, wajah ayah, ibu dan adik-adik membayang begitu jelas. Tak tega rasanya aku pulang dengan kegagalan.
Air mata pun sudah kering untuk menetes, malam itu aku merasakan menjadi seorang tuna wisma di kota tempat aku mengejar impian. Tiba-tiba aku mendengar ada teriakan minta tolong, akhirnya tanpa berpikir panjang aku hampiri sumber suara itu ternyata ada seorang bapak-bapak sedang di hadang preman. Mereka menginginkan uang yang dibawa bapak itu. Sesungguhnya aku tidak pandai bela diri tapi aku pasrahkan kepada Allah sebagai pelindungku. Aku teriak lebih kencang minta tolong agar orang yang ada di sekitar situ dapat memberi bantuan. Preman itu kesal, menghampiri dan memukuliku hingga bonyok. Namun karena beberapa orang yang mendengar teriakanku mulai berdatangan preman itu kabur ketakutan. Lalu bapak-bapak tadi segera menghampiri dan memastikan keadaanku. Saat mendekat ternyata bapak itu adalah dosen di kampusku beliau mengajar teknik informatika. Beliau pun mengenalku sebagai mahasiswanya. Akhirnya aku dibawa pulang ke rumahnya setelah mengetahui keadaanku yang sebenarnya.
Keesokan harinya sebelum ke kampus pak dosen menyuruhku menemuinya di lab komputer nanti siang. Saat itu aku tak tahu apa yang hendak dilakukan oleh pak dosen. Namun pikiranku disibukkan untuk segera mencari tempat tinggal. Aku pun berpamitan kepada pak dosen untuk ke kampus.
Setelah selesai jam perkuliahan, sesuai yang dijanjikan aku mendatangi pak dosen ke lab komputer. Senyum lebarnya menyambut kedatanganku. Aku pun masuk ke ruangan yang penuh dengan alat elektronik. Pak dosen mempersilakan aku untuk duduk di kantornya. Tak lama pak dosen memberikan aku dua buah kunci. Aku bingung kunci apa yang diberikan padaku, ternyata pak dosen mengamanatkan aku sebuah pekerjaan sebagai penjaga lab komputer. Selain dapat pekerjaan dan mendapatkan gaji, aku pun bisa tinggal di kampus di ruang penjaga lab. Saat itu aku merasakan kekuasaan Allah menyertaiku, saking bahagianya aku sujud syukur sebagai luapan kebahagian atas rezeki yang telah diberikan.
Di tahun ketiga kerja kerasku membuahkan hasil, aku mendapatkan beasiswa penuh sampai selesai kuliah. Tanggung jawabku semakin bertambah ketika beasiswa tersebut aku dapatkan ada ketakutan beasiswa ditarik apabila aku tidak mendapatkan nilai bagus per semesternya. Di tengah jam kosong, aku habiskan waktu di ruang lab. Karena sering melihat orang mengoperasikan komputer lama-lama pengetahuanku mulai bertambah tentang komputer. Kepenasarananku tentang komputer membuatku mempelajarinya diam-diam dengan bantuan buku dari meja dosen. Tiba-tiba pak dosen memergoki aku sedang mengoperasikan komputer. Wajah marah terpancar begitu tajam, aku merasa bersalah karena menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikannya padaku. Hatiku berdebar dan menguatkan diri menerima kenyataan bahwa pak dosen akan memecatku karena menggunakan komputer tanpa seizinnya.
Dalam ruangan ber-AC itu tubuhku malah merasa kepanasan dan berkeringat. Pak dosen mulai megintrogasiku sudah berapa lama aku mengoperasikan komputer. Aku mengakui bahwa sudah hampir satu minggu aku pelajari komputer. Ketika aku tertunduk, pak dosen menepuk pundakku dan berkata “mengapa enggak kasih tahu bapak, kalau kamu mau belajar komputer” Kalimat itu serasa angin surga, menandakan bahwa pak dosen tidak marah justru mendukungku untuk belajar.
Setelah kejadian itu aku tak lagi sembunyi-sembunyi untuk belajar komputer. Setelah mahasiswa selesai jam kuliah di lab, baru aku belajar dengan sungguh-sungguh. Hingga bisa merakit komputer dan teori tentang komputer benar-benar ku kuasai dengan baik.
Akhirnya acara wisuda menjelma nyata di depanku, membawa ijazah dengan nilai cum laude aku hadiahkan untuk ayah, ibu dan adik-adik tercinta. Bukan hanya itu sekarang aku menjadi dosen di sebuah kampus swasta dan memiliki toko komputer. Sungguh anugerah terindah dari Allah telah menganugerahkan aku hati yang kuat untuk sebuah cita-cita mulya tentunya disertai doa orang tua sebagai restu. Sungguh merupakan ukiran taqdir yang begitu indah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren bu
Makasih BPK...
Mantab bunda....
Makasih bun... Barakallohu