SIAPA YANG INGIN ANAKNYA MENJADI ORANG ALIM
‘Alim itu kata tunggal (mufrad) yang jamak nya ulama. Maknanya adalah orang yang paham ilmu-ilmu agama dan mengamalkan ilmunya lalu mampu dan mau mengajarkannya kepada orang lain. Terhadap ilmu, Rasulullah SAW membagi lima tingkatan manusia. Secara berurutan, tersebut yang pertama adalah yang tertinggai: Alim, pelajar, pendengar, pecinta, dan celaka. Sesuai sabdanya:
كن عالما أو متعلما أو مستمعا أو محبا ولا تكن خامسا فتهلك
Jadilah orang Alim atau pelajar atau pendengar atau pecinta dan jangan jadi yang kelima, maka kamu akan celaka.
Pertama kali Rasulullah menghendaki agar setiap muslim itu menjadi orang yang alim. Orang yang paham agama dan mumpuni dalam ilmunya lalu mampu mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. Namun bila tidak mampu menjadi tingkatan ulama dalam hal ilmu agama, maka jadilah pelajar. Orang yang selalu mempelajari ilmu agama dengan sungguh-sungguh. Pelajar inilah yang berpeluang akan menjadi ulama. Dinamakan pelajar tentu memberdayakan segala kemampuan untuk mencapai dan mendapatkan ilmu yang diinginkan.
Bila mejadi pelajar tidak mau. Karena pelajar memang membutuhkan energi yang banyak dan fokus, sedangkan umur dan kesibukan sudah banyak. Apalagi sudah berkeluarga. Sudah ada tanggungan yang mesti dipikirkan dan upayakan agar terpenuhi kebutuhannya, maka jadi pendengar. Artinya bahwa tetaplah hadir pengajian-pengajian di masjid, musholla, majelis-majelis taklim walaupun sekedar bermodalkan telinga tanpa bawa kitab dan alat tulis. Jadilah pendengar ilmu-ilmu agama yang akan memberikan manfaat dan memperkuat keimanan. Bila tetap tidak bisa hadir langsung ke majelis-majelis taklim, maka bukalah HP anda, carilah materi-materi dakwah dari para ustaz dan kyai yang sudah banyak sekali video-videonya. Dengarkanlah dan ambilah manfaat darinya. HP anda dijadikan majelis taklim yang selalu memperdengarkan ilmu-ilmu agama.
Bila tidak sempat juga hadir dan mendengarkan ceramah-ceramah agama dikarenakan sibuk yang tiada hentinya. Maka Nabi menasihati, jadilah Anda orang yang tetap mencintai kepada ilmu-ilmu agama, mencintai para ulama yang menyampaikan materi-materi tersebut, mencintai keberadaan majelis-mejelis taklim di kampung-kampung yang kadang-kadang menggunakan speker musholla dengan suara yang cempreng karena kualitas spekernya tidak memadai. Kalau perlu sumbangan andalah yang sampai kepada majelis-majelis taklim tersebut kalaupun fisik anda tidak dapat menghadirinya.
Dengan minimal mencintai ulama dan walaupun kita bukan ulama dan bila berkeinginan anak kita ada yang jadi ulama, maka dengan keberkahan cinta ulama tersebut, in sya Allah keinginan kita akan tercapai. Hal ini pernah diungkap oleh seorang ulama yang bernama As-Syekh Assyairoji dalam kitab Ta’limul Mutaalim, beliau mengatakan:
Berkata guru-guru kami, “Barangsiapa yang menginginkan anaknya menjadi orang ‘Alim, maka seyogyanya dia menjaga kewibawaan ulama, memuliakan mereka, mengagungkan mereka dan memberikan mereka hadiah (sebagai rasa hormat). Apabila anaknya tidak menjadi orang alim, maka(in sya Alla) cucunya akan menjadi orang ‘alim.
Teakhir, jangan jadi yang kelima, yaitu orang yang membenci kepada ulama, membenci keberadaan majelis-majelis taklm. Karena hal itu akan mencelakakan diri kita sendiri.
Semoga berkah dan bermanfaat!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Syukron jazakumullah ka.. Ilmunya semoga manfaah.. Aamiin