Tantangan menulis Hari ke 90

#TantanganGurusiana

Alhamdulillah, akhirnya saya dapat menyelesaikan Tantangan Gurusiana ke 90. Sebuah tantangan yang memicu andrenalin untuk menulis. Bayangkan saja selama Sembilan puluh hari tanpa bolong menulis, sehingga kita harus kreatif mencari ide apa yang akan disajikan dan ditulis di Gurusiana.

Gurusiana blog yang berisi anggota guru se Indonesia yang memiliki pasion menulis ini, saya kenal sekitar tahun 2017. Saat itu tulisan pertama saya berjudul “si Anak Emas itu Bernama Aldinar”. Namun saat itu saya tidak konsisten menulis. Mungkin bisa dihitung dengan jari. Tulisan saya hanya saya share di laman facebook saya. Atau di blog pribadi saja atau di web lainnnya.

Namun sejak, saya mengikuti Tantangan Gurusiana, otomotis saya setiap harinya menulis di web site ini tanpa henti. Akhirnya dari kegiatan menulis ini saya lebih banyak mengenal guru dan banyak belajar, banyak terinspirasi, termotivasi dari tulisan-tulisan mereka yang saya baca. Akhirnya muncul sebuah kesimpulan pada diri, bahwa selama ini saya seperti katak dalam tempurung. Ternyata dunia penulisan telah begitu membooming pada guru-guru se Indonesia. Terbukti dari peserta yang mengikuti lomba lebih dari 200 peserta, dan dari setiap hari tulisan yang muncul di media guru. Semua itu membuat saya yang mungkin motiuvasi untuk menulis sedang mengalami penurunan, kembali naik bak diberi sebuah energi. Saya kembali menuls, kembali mencari inspirasi, kembali mencari ide untuk saya tulis, saya posting di blog Gurusiana.

Gurusiana mengajarkan betapa pentingnya sebuah konsistensi. Gurusiana mengajarkan betapa ilmu menulis begitu banyak, dan setiap hari ada saja ilmu yang dapat dipetik. Semakin banyak ilmu yang didapat, semakin sadar betapa ilmu itu begitu luas. Sama seperti ilmu yang lain. Beberapa ilmu yang saya petik adalah bagaimana kita menghargai karya antar para gurusianer, mengambil apa yang menjadi isi tulisannnya. Bisa dibayangkan yang menulis itu banyak. Sehingga jika kita membaca dan menganaslisanya, Subhanallah sudah berapa ilmu yang kita petik. Berapa inspirasi yang dapat kita reguk, dan sebagainya dan sebagainya.

Sebuah ilmu paedagogil mengatakan yang intinya “jika saya dengar saya lupa, jika saya lihat, saya ingat sedikit. Jika saya melakukan saya tidak lupa dan saya bisa.” Gurusiana mengambil poin yang ketiga. “Saya lakukan, saya tidak lupa dan saya bisa.” Melalui apa?, melalui sebuah tantangan, yang berujung melalui lomba. Bukankah itu sebuah implementasi dari Problem Solving?. Bukankah guru diberikan sebuah permasalahan, bagaimana mendapatkan sebuah ide, sebuah tema untuk dijadikan bahan tulisan. Sehingga dengan permasalah itu, guru berusaha dengan kreatifitasnya memecahkan masalahnya?. Mungkin dengan menulis saat dini hari, mungkin menulis tidak saat –saat waktu deadline, menulis melalui fitur keep/catatan lebih dulu, baru dicopy, menulis dengan mengambil tema keseharian, dan lainnnya. Pada akhirnya sebuah kreatifitas muncul.

Pada akhirnya karena setiap hari selalu dilakoni akhirnya ala bisa karena biasa. Bayangkan saja sebilan puluh hari. Sebuah waktu yang tidak sebentar. Sebuah waktu yang mungkin bagi sementara orang akan mengalami kejenuhan, akan mengalami kecapean. Sebuah konsistensi yang melahirkan sesuatu yang mahal harganya. Sesuatu yang didapat oleh gurusianer, apa itu itu sebuah karya. “Guru Mulya Karena Karya” dan itu sudah dilakukan. Dilakukan oleh para gurusianer, dengan wadah Gurusiana melalui tantangannnya yaitu “TANTANGAN MENULIS, TANTANGAN GURUSIANA”.

Melalui kesempatan ini,melalui tantangah hari ke 90, ijinkan saya menghaturkan terima kasih. Baik kepada CEO Pak ihsan,Pak Leck Murmann, kepada para admin yang siaga menunggu postingan-postingan yang muncul untuk dijinkan muncul di grup Media Guru. Semoga saja apa yang digerakan oleh Gurusiana dan Media Guru akan mampu melahirkan Guru-Guru Indonesia yang literat, guru guru yang Mulya karena Karya. Aamiin Semoga