Atmasari nurhayati

Atmasari nurhayati adalah seorang pustakawan sebuah sekolah dasar di kecamatan pinggir timur kabupaten Tulungagung. Tepatnya di SDN Sumberagung 02 kecamatan Rej...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kecubung
Kecubung putih menjuntai mengalunkan nada kasih putih antara dua insan

Kecubung

Derai hujan menetes menciptakan nada sendu. Tik...tik..tik memantik kengiluan yang sejak tadi mendera. Keindahan tanaman Begonia yang pasrah menadah hujan tak mampu mengalihkan gusar.

Angin malam nan basah nampaknya mendorong naluri wanita itu untuk melawannya. Diraihnya syal hijau Lumut pemberian Prasetyo tiga tahun lalu, kala acara camping Pecinta Alam di lereng Bromo.

"Dek...mas berangkat dulu ya. Jangan sampai lupa makan. Mas ndak mau kenapa napa dengan anakku yang dalam kandunganmu." begitu sapa Prasetyo saat berpamit memenuhi undangan sebagai narasumber tentang alam bebas di sebuah universitas di Malang. Paduan hem coklat dan celana PDL coklat sangat serasi ditubuhnya yang jangkung.

"ehm iya mas, hati hati ya. Bekalnya dulu dong...!" rajuk wanita itu. Kinan...,Nimas kinanthi namanya...wanita yang diperistri Prasetyo tiga tahun yang lalu.

"opo to dek...?" kernyitan dahinya membuat Kinan sebal.

"ah yawes ndang berangkat sana. Wush...wush !" sebal...beribu sebal. Ndak paham juga dengan maksut Kinan, istrinya. Tapi nyatanya Prasetyo hanya menggoda. Kecupan itu akhirnya mendarat di kening terkasihnya.

"duarrr!" kilatan cahaya disertai gelegar suara langit membuyarkan lamunan Kinan.

"Ya Allah, mas Pras...semoga kau baik selalu!" wanita yang sejak tadi memandangi hujan dari balik korden jendela yang langsung menghadap ke jalan itupun beringsut. Hatinya kacau berkecamuk akan nasib suaminya. Seharusnya malam ini sudah berada dirumah. Berusaha untuk bisa makan malam bersama.

Makan malam yang tak biasanya, sebab sejak kehamilannya, Kinan hampir tak pernah lagi menyentuh area dapur. Entah,indra penciumannya menjadi lebih tajam dan sensitif akan aneka aroma dan bau. Hari ini Kinan berupaya memasak sendiri sebuah masakan yang disukai suaminya. Hanya sebuah masakan tradisional sayur lotho ditambah tetelan daging sapi dan kulup daun kates.

Sebenarnya Prasetyo tak mempermasalahkan kondisi itu. Dia paham betul, kehamilan istrinya adalah suatu hal yang sangat dinanti sejak tiga tahun pernikahan. Dia harus menjaga betul kondisi kesehatan sang istri demi keberhasilan mereka memiliki momongan. Namun melihat antusias istrinya...ia luluh juga dan mengizinkan istrinya untuk memasak sayur klangenannya.

***

Kinan pun beranjak dari sisi jendela. Ia putuskan untuk menutup korden. Tak ada gunanya larut dalam pusaran gusar. Ia paham bahwa ketenangan seorang istri akan membawa ketenangan pula pada suaminya meski jarak memisahkan. Ia harus tetap berpikir positif. Buru buru ia menuju ke belakang...mengambil wudhu dan berjibaku dengan sang pemberi hidup. Memanjatkan segala doa demi kebaikan suami dan keluarganya.

***

Kinan terbangun kala terdengar ketukan pintu dari pagar depan. Ia tersadar...tertidur dengan mukena yang masih terpakai. Ia nyalakan lampu kamar...terlihat jam sudah menunjukkan pukul 22.05 wib. Ia singkap korden, "Subhanallah!" terlihat sosok jangkung yang sangat ia kenal.

Tergopoh ia membuka pagar, sosok itu terlihat kuyub dalam balutan raincoat hitamnya.

"ya Allah mas praass, kau baik baik saja. Kenapa bisa semalam ini. Tidak terjadi sesuatu kan di jalanan tadi. Kenapa hp mas ndak aktif. Disini hujan deras...apakah di Batu juga hujan?" begitu gerombolan pertanyaan Kinan melesat bagai anak panah terlepas dari busurnya.

"opo to dek...masmu ini baik baik saja kok. Sudah, bawa masuk ini ya. Mas tak parkir vespanya dahulu." seloroh Prasetyo sembari menyodorkan keresek hitam.

"opo ini mas. Sepertinya tanaman?" sinar redup lampu halaman membuat mata minus Kinan tak mampu mengidentifikasi jenis tanaman itu.

"dilihat saja didalam nanti." ucap Prasetyo.

***

Sesampai di ruang tamu, Kinan tertegun...diamatinya tanaman yang baru saja berpindah ke tangannya itu. Tak terasa bulir bening terkumpul disudut matanya.

"maaf yo dek...mas membangunkanmu malam malam. Mas pikir kau belum tidur tadi!" tanya Prasetyo keheranan kala baru saja ia masuk ke ruang tamu.

"eh mas!" Kinan terkejut.

"ndak apa mas, bisa melihatmu kembali adalah anugerah yang luar biasa." lanjutnya.

"Subhannallah mas, ini kann...." ia tatap lekat lekat sosok lelaki dihadapannya. Rasa haru tak bisa di sembunyikan lagi.

"lho dek...kenapa nangis. Aku pikir kau akan senang." Dipeluknya Sang istri.

"aku bahagia sekali mas, ga nyangka kau masih ingat."

"opo yang ndak kuingat tentangmu dek..!"seloroh Prasetyo dengan entengnya.

"halah...mulai nggombal lagi. Tuh di bak cucian sudah menumpuk. Menunggu sentuhan tangan perkasa suamiku." dilepaskannya pelukan suaminya. Ia merasa aliran darah terkumpul di wajahnya. Memerah...salah tingkah dengan gombalan suaminya.

"maaf ya dek. Hanya sebuah kecubung."

"subhanallah mas, itu justru berarti buatku. Dan pemikiranmu yang selalu memperhatikan hal hal yang kecil itu yang sangat kuhargai. Aku seeNang sekali." sesungging senyum tersuguh dengan manisnya.

"ya jelas to...saat mengambilnya sampai merah lenganku. Hampir saja terperosok jurang. Beruntung aku mampu pegangan pohon. Hanya saja hp ku yang rusak. Untuk itu, ndak bisa kau hubungi."

"ah nggombal lagi. Biar aku ndak marah gitu to?" ledek Kinan.

"ehh ndak percaya, mau aku buka baju disini !" ledek Prasetyo sembari membuka satu kancing bajunya.

"ahhh tidak tidak....percaya ...percaya aku. Sudah...kubuatkan air hangat buat mandi mas. Habis itu kutemani kau makan sayur lothonya." ucap wanita itu sembari beringsut dari tempatnya. Sesungging senyum menghias bibirnya nan merah. Raut kekhawatiran telah berubah kebahagiaan.

The end.

Flashback : kala itu, di puncak bromo pendar cinta menebar dihati dua insan. Kecubung putih menjuntai, mengalunkan melodi kasih putih Prasetyo untuk Kinanthi. Tak ada sepucuk mawar merah marun layaknya pengungkapan cinta yang biasa diilustrasikan dalam novel, film ataupun striping sinetron. Hanya bunga kecubung putih yang berada didekat perkemahan mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, telah muncul lagi pendatang baru komuntas GURU PEGIAT LITERASI TULUNGAGUNG yang telah menceburkan diri di Gurusiana. Kini selain ada Pak Budi, kang Khalid, Bu Marifa dn saya sendiri kini telah menyusul bu Atmasari. Selamat semoga ide-idenya terus mengalir dan mampu menambah ke apikan warna dan nuansa di Grurusiana. Dan yang lain smoga segera menyusul, aamiin.

16 Jan
Balas

Alhamd....aamiin. ini semua karena motivasi panjenengan semua.

16 Jan

Alhamdulillah, telah muncul lagi pendatang baru komuntas GURU PEGIAT LITERASI TULUNGAGUNG yang telah menceburkan diri di Gurusiana. Kini selain ada Pak Budi, kang Khalid, Bu Marifa dn saya sendiri kini telah menyusul bu Atmasari. Selamat semoga ide-idenya terus mengalir dan mampu menambah ke apikan warna dan nuansa di Grurusiana. Dan yang lain smoga segera menyusul, aamiin.

16 Jan
Balas

"Ikatlah ilmu dengan tulisan" Ali bin abi tholib

16 Jan

Keren. Mantap. Mengalir sampai ke hati. Tersentuh aku jadinya. Terus menulis. Sukses selalu. Barakallah.

17 Jan
Balas

Super sekali kawan...aq penikmat yg blom menemukan jln utk mengungkap kata seperti penulis sejati... Selamat buat bu atma... Salut

16 Jan
Balas

Kui opo ceritamu, Om. Melangut. Menghanyutkan.

17 Jan

Terimakasih akak Ifaa...ini proses memilin tali buat ngikat ilmunya.

16 Jan
Balas



search

New Post