Ayo Sugiryo

Guru di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Sedang belajar menulis dan Buku Perdana yang sudah diterbitkan: "From Home With Love" Tahun 2016, Buku ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dan Pak Guru Itu Adalah Aku (#36_ Surat-surat dari Seberang)

Berbulan-bulan kulalui sudah tanpa keberadaan istriku di sisiku. Banyak rasa yang aku dapatkan selama tak ada dia. Aku sungguh tak mampu memendam rindu yang terlalu lama. Apalagi kalau melihat si kecil Refo yang semakin nyaman berada di pangkuan neneknya, Ibuku sendiri. Hatiku serasa hancur melihat suasana ini. Ibuku memperlakukan si kecil bagai anaknya. Dia menyusui si kecil dengan kehangatan dan sentuhan lembutnya. Aku menghawatirkan sesuatu. Aku takut anakku melupakan ibunya. Ternyata Ibuku cukup Pintar, dia selalu mengingatkan si kecil dengan ibunya dengan menunjukan foto-foto ibunya. Ibuku juga mengajarkan banyak hal agar si kecil tumbuh sehat dan pintar. Aku seharusnya tidak meragukan Ibuku sendiri dalam mengasuh anakku untuk sementara waktu. Waktu yang tidak sebentar. Dua tahun adalah 365 hari dikali dua sama dengan 730 Hari. Dan itu bukan sebentar tapi sangat lama. Aku merasa bahwa ini adalah dosa terbesar yang pernah aku lakukan. Aku sudah salah langkah hingga mengorbankan istri harus bekerja di luar negeri. Aku mengorbankan Ibuku sendiri bersusah payah mengasuh anakku. Aku juga mengorbankan anakku sendiri yang seharusnya berada di pangkuan ibunda dan mendapatkan perhatian dan pendidikan selayaknya dari seorang Ibu. Ya, Allah aku merasa dosa ini begitu besar aku lakukan. Ampunilah aku Ya Allah. Aku sungguh sangat down. Aku khilaf ya Allah. Aku sedih, aku tak berdaya. Berilah aku kekkekuatan.

Semoga kamu semua tahu dan yakin mau mengerti bahwa semua ini aku lakukan dengan tujuan masa depan yang lebih baik. Aku tidak gila duniawi karena aku hanya ingin ada perubahan. Mudah-mudahan alasan ini bisa kamu mengerti.

Hari berganti hari, hingga bulan dan bulan berikutnya pun datang. Tak perlu rasanya aku berlarut dengan perasaanku yang tak penting itu. Aku harus kuat dan bangkit. Aku membayangkan istriku sedang bekerja dan berjuang. Aku harus lebih bangkit dari dia. Sekecil apapun yang bisa kulakukan aku kerjakan. Jangan melihat hasil sekarang. Aku harus terus melangkah dan terbang.

Untuk sementara waktu aku tinggal di desa dengan ibu karena masih mengawasi perkembangan si kecil. Tampaknya si kecil sudah semakin beradaptasi dengan lingkungan keluarga di desa.

Aku pun memulai aktifitasku yang dulu sebelum istriku pergi. Aku jualan kelilingan lagi di kota. Walaupun keuntungan tidak banyak tapi lumayanlah untuk sekedar beli susu si kecil.

Aku terus menunggu kabar dari istriku di seberang sana. Kekhawariranku membuncah tentang keberadaannya. Apakah dia baik-baik saja? Kakak iparku meyakinkanku bahwa dia pasti baik-saja.

Saat yang aku tunggupun tiba. Aku mendapat Surat dari kantor pos. Hatiku berdebar membaca Surat istriku. Ibu dan kakakku ikut menunggu kabar apa yang ada dalam surat itu.

Istriku berkisah dalam suratnya:

“Assalamualaikum Ayah, Mamas Refo

Alhamdupillah Ibu di sini dalam keadaan baik dan sehat. Ibu juga mendapatkan keluarga yang sangat baik. Namanya Mr dan Mrs. Lee. Ibu senang sekali karena mereka bisa bahasa Inggris.

Pekerjaan Ibu di rumah mereka adalah mengasuh anak usia 6 bulan. Bayi lucu , mungil. Aku seperti mengasuh anakku saja.”

Aku tak mampu meneruskan baca surat itu. Aku lipat sementara aku menitikkan air mata dan menarik nafas panjang.

Aku baca lagi setelah emosiku tenang. Dia berkisah:

“Sementara aku mengasuh anak seusia anak sendiri di rumah yang sekarang diasuh oleh suami, yang dibantu ibunya. Ya mertuaku.”

Dia berkisah lagi, katanya, “Aku tidak semata bekerja , tapi mata ini melihat, otak ini berputar dan rasa hati ini tak bisa bohong seperti rasa kecap nomer 1.”

Dia melanjutkan, “Mereka , orang Taiwan sangat mendewakan Ibu, ya Ibu. Dan seorang istri , memperhatikan keluarga suami, dan sebaliknya. Tidak seperti di kampung halamanku, kami sibuk memikirkan keluarga masing-masing. Sungguh indah hidup mereka. Akupun meniru. Meski aku percaya tak semua orang sepaham denganku dan sekarang dan selamanya akan aku perhatikan keluarga suamiku. Karena memang benar adanya menurut agama bahwa surga istri berada pada suaminya. Semua itu aku peroleh dari seorang majikan di Taiwan yang langsung berbicara padaku , karena aku bertanya.”

Aku bernafas lega. Rupanya istriku tidak sekedar bekerja tetapi dia banyak belajar tentang kehidupan berkeluarga. Aku sungguh takjub membaca kisahnya.

“Banyak orang bertanya-tanya dan tidak percaya bahwa beliau adalah mertuaku. Taunya ya ibuku sendiri. Karena betapa kami saling menyayangi.”

“Mengasuh si kecil hanya 6 bulan saja. Karena aku harus ikut dan tinggal di rumah ibu mertua Mr. Lee atau Ibu dari Mrs. Lee. Dia sering menasihatiku dan selalu kuingat : kalau kau ingin disayang suamimu, sayangi keluarganya, kasihi dan cintai mereka, terimalah semua dengan segala kekurangannya"

“ Mereka keluarga terhormat. Pegawai PLN. Dan 3 orang anaknya, 2 laki2 satu dokter dan 1 bekerja di perusahaan telekomunikasi seperti Telkom gitu. Dan 1 cewe , ya Mrs. Lee yg anaknya aku asuh selama 6 bulan itu. Dia bekerja di perusahaan Asing.”

“ Selama aku tinggal di rumah Majikan baru alias orang tua Mrs. Lee, di sini aku lebih banyak ilmu lagi. Ilmu memasak, membersihkan rumah dengan cepat , tepat dan tidak cape. Padahal ya cape banget.”

“ Tugasku lebih banyak bersama Mrs. Wang. Usianya kurang lebih 50 tahun. Walaupun sudah tua, dia itu cantik, baik, sabar, bijaksana, suka berbagi ilmu, dan suka menyanyi kaya aku.”

“ Tugasku yang lain, antar beliau ke rumah sakit, mulai dari periksa, lalu keputusan harus operasi sampai pemulihan . Asyik juga jalan2 ke rumah sakit. Cuci mata. Makanya aku sering bertemu TKW yang lain.Tapi aku jaga jarak karena Oma , panggilan Ms. Wang. ga akan suka aku ngobrol dengan teman setanah air. Dan 1 hal yang bikin aku merinding adalah, Seorang perawat yang mendekati Oma dan berbicara. Dalam bahasa Taiwan, bukan Mandarin dan aku sangat mengerti artinya. ‘Ibu, beruntung sekali ibu ditemani anak ibu yang sabar dan sayang sama ibu.’ What?! Hello .... Aku ini jongosnya! Perawat itu tersenyum malu dan meminta maaf. Lalu , Oma jawab dengan senyuman dan berbisik, bukan , dia bukan anakku. Dia adalah dari Indonesia. Bla bla bla… Ama tidak marah, Ama tambah sayang sama aku. Hehehe. Sejak saat itu aku dilarang makan di dapur. Aku selalu berada di samping Ama saat masak. Aku yang potong-potong, Cuci-cuci dan diakhiri dengan " Yang ini buat kamu". Aku ga pernah makan sisa mereka. Selalu diambilkan dulu.”

“Ama itu yang mengajarkan aku sayang cinta perhatian harus pada keluarga suami. Dan biarkan suamimu yang perhatikan keluargamu. Dulu, sebelum ke Taiwan, aku merasa sombong pada keluarga suami. Setelah aku dapat apa yang Ama sampaikan dan aku lakukan, terbukti, aku disayang banyak orang di lingkungan keluarga suami, meskipun tetangga, semuanya sayang. Aku merasa spesial.”

Kurang lebih, inti dari beberapa surat istriku seperti itu. Banyak hal yang dia pelajari bukan hanya bekerja mencari Yuan, dollar, atau pun rupiah. Tidak sekedar itu. Itulah luar biasanya istriku. Aku sungguh beruntung memiliki istri yang selalu belajar dari apa saja yang dilihat, didengar, dan dialami. Baik dialami sendiri maupun orang lain. Belajar tak mengenal waktu, tempat, objek, semua bisa jadi guru kita.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat dah banyak episode .... Dah mo jd buku

21 Oct
Balas

Terimakasih atas dukungannya Pak Darto. Insyaallah Akhir November sudah terbit novelnya Pak.

21 Oct

Jazakallah khoir pak guru, untuk kisah yang penuh ibrah ini. Sesungguhnya belajar tentang hidup ini, tidak memandang tempat dan waktu. Lanjuuutttt, pak guru. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

21 Oct
Balas

Terimakasih Bunda Rai. Insyaallah akan ada hikmah di balik kisah ini. Ditunggu kelanjutannya.

21 Oct

Kisah penuh pembelajaran. Barakallah

21 Oct
Balas

Amin. Mudah-mudahan bermanfaat.

21 Oct

Istri yang luar biasa....Selamat menjadi buku Pak...

21 Oct
Balas

Terimakasih Bu Rini. Inshallah akan segera diterbitkan.

21 Oct



search

New Post