Ayo Sugiryo

Guru di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Sedang belajar menulis dan Buku Perdana yang sudah diterbitkan: "From Home With Love" Tahun 2016, Buku ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dan Pak Guru Itu Adalah Aku (#41_Titik Syukur)

Hal yang paling menarik untuk diperbincangkan dalam keluargaku adalah belajar dan pendidikan. Belajar bagi kami tidak mengenal ruang dan waktu. Apapun bisa menjadi sarana dan sumber belajar yang baik. Sesuatu yang baik dari yang kita lihat, dengar, baca, adalah merupakan pelajaran buat kami. Termasuk pengalaman hidup kami yang sudah lalu dan penuh dengan liku juga merupakan kampus pembelajaran terbaik yang pernah kami miliki.

Tak terpikirkan sebelumnya kalau aku akan menginjakan kaki ini ke dunia kampus yang sebenarnya. Dengan segala peluh dan sedikit ambisi untuk bisa cepat lulus, aku bisa melewati semua semester dengan lancar dan memperoleh nilai sangat baik. Pernah hampir tertunda satu semester karena aku terlambat membayar biaya semesteran. Seorang pembantu rektor III memberikan kebaikan yang luar biasa. Dia lah Pak Ibnu. Aku masih sangat mengingatnya. Waktu itu aku hendak mengajukan cuti satu semester karena alasan keuangan. Tapi waktu pengajuan sudah mepet dan tidak bisa lagi untuk memproses cuti. Dengan bijaksana dia mengeluarkan sejumlah uang pribadi yang aku butuhkan untuk registrasi. Sungguh kebaikan yang luar biasa. Dia membantuku untuk lanjut kuliah semester berikutnya. Dia tahu kalau aku sudah berumah tangga dan sudah punya anak. Mungkin itu alasannya dia mau membantu. Tuhan telah mengirimkan aku seseorang yang sangat baik untuk menolongku. Semester depan terselamatkan. Terimakasih Pak Ibnu. Aku tak akan melupakan jasamu sampai kapanpun.

Permasalahn pribadi yang menyangkut perasaan dan hati tidak aku anggap sebagai penghambat untuk terus bangkit dan segera lulus kuliah. Begitu pula dengan permasalahan keluarga lainnya justru sebagai pendongkrak semangat untuk terus maju. Kalau dicatat, sudah banyak perubahan positif yang terjadi setelah kembalinya istriku ke tanah air. Semangat juang kami menggelora. Kami bersatu padu membangun kembali keluarga yang hampir hancur karena faktor ekonomi. Banyak hal yang tak terduga terjadi setelah kami sama-sama berkumpul membangun negeri kecilku.

Dan aku tak peduli dengan statusku saat ini. Apakah aku kuliah sambil kerja atau sebaliknya, bekerja sambil kuliah. Yang terpenting adalah aku harus pandai memanfaatkan semua kesempatan yang hadir menghampiriku. Termasuk pada suatu kesempatan yang tak terduga ini.

Seorang ibu menghampiriku saat aku selesai keluar dari kelas aku mengajar. Rupanya dia mengamatiku saat aku berbicara bahasa Inggris dengan temanku di kursusan.

“Maaf Pak, Bapak bisa bantu saya ga?” Tiba-tiba ibu itu menyergapku dengan kata-kata sedikit berbisik.

“Silahkan, apa yang bisa saya bantu Bu?” Aku bertanya dengan ramah.

“Begini Pak, saya dan teman-teman sebenarnya ingin belajar bahasa Inggris. Kami sedang mencari tutor untuk kami para dosen UT. Kalau Bapak bisa, nanti silahkan datang ke kantor kami, di UT. Nanti kita bisa bicarakan di sana.” Ibu itu memberikan kartu nama dan meninggalkanku.

Kesempatan datang untukku. Sebagai guru freelance, aku bebas untuk ambil kesempatan apapun dan kapanpun. Dan benar saja. Ibu Margaretha seperti nama yang ada di kartu nama itu tidak main-main. Dia mengumpulkan sekitar 10 orang temannya untuk belajar bahasa Inggris di kantornya. 10 orang dosen dan yang sekaligus juga karyawan UT itu mendapat pelajaran rutin berbahasa Inggris. Aku tak habis pikir, orang-orang lansia ini memiliki semangat belajar tinggi, motivasinya hanya satu, ingin bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Ibu Margaretha seorang wanita luar biasa yang memiliki banyak kegiatan sosial. Dia juga aktifis organisasi, pebisnis, dan juga pegawai. Selain itu, dia juga menawarkan aku untuk mengelola sebuah lembaga bimbingan belajar dan play group. Aku tak mau mengecewakan dia yang begitu antusias dan optimis. Aku pun mengajak sang istri untuk turut serta membangun sebuah lembaga kursus dan Play group baru itu. Kami bersama-sama berjibaku membangun sebuah lembaga pendidikan non formal dari nol hingga puluhan siswa playgroup pun memenuhi kelas-kelas play group. Begitu pula beberapa kelas bahasa Mandarin dibuka. Istriku membantu mengajar untuk kelas bahasa Mandarin_ keterampilan baru yang merupakan oleh-oleh berharga selama hampir dua tahun di negeri Meteor Garden.

Tuhan memang Maha Penyayang. Tawaran datang bertubi-tubi untuk kami berdua. Sepulang dari Taiwan, istri mendapat banyak tawaran untuk mengajar. Saat kami sedang sibuk membangun Play group dan kursus, seseorang bapak yang mengaku sebagai kepala sekolah sebuah SMA Swasta baru, tertarik dengan kemampuan bahasa Inggris istriku dan menawarkan untuk mengajar di SMA yang baru dibangunnya. Sebagai part-timer di lembaga punya bu Margaretha, dia masih bisa menerima tawaran itu. Tidak banyak basa basi, dia ambil kesempatan sebagai pengajar di SMA baru yang memiliki siswa tidak lebih dari 10 siswa. Cukup memprihatinkan namun perlu diapresiasi niat baiknya_turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak hal yang harus dibenahi di SMA tersebut. Hingga akhirnya siswa satu persatu bubar dan sekolah gulung tikar sebelum menyelesaikan semester pertama. Namun sebelum bubar, istriku sudah mendapat tawaran mengajar lagi di SD Negeri dekat rumah. Dia berstatus sebagai guru pengajar bahasa Inggris di SD Negeri.

Selama kurang lebih satu tahun dia menjadi guru bahasa Inggris di SD, datanglah tawaran berikutnya. SMA swasta dari sebuah yayasan Katolik menawarkan untuk mengajar di sana. SMA ini cukup besar dan ternama dengan jumlah siswa yang banyak dan memiliki sarana dan gedung yang memadai. Selama kurang lebih 2 tahun istri menjadi pengajar bahasa Inggris di SMA swasta tersebut.

Aku sendiri, masih berkiprah di Lembaga kursusku di tempat Ibu Margaretha dan play group yang semakin berkembang hingga menjelang masa-masa akhir perkuliahanku. Saat itu jadwal kuliah sudah tidak sepadat dulu di semester awal. Sekarang aku cukup banyak waktu untuk kejar sana dan kejar sini. Aku dan istri memiliki kesibukan masing-masing. Hingga menjelang kelulusan aku mendapatkan tawaran untuk mengajar ekstrakurikuler di sebuah SMP Negri favorit di kotaku. Aku tidak hanya mengajar siswanya, tapi juga guru-gurunya. Karena sekolah tersebut sebagai sekolah pelopor dengan sebutan sekolah imersi. Di mana bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar untuk pembelajaran mapel tertentu. Dan ini merupakan pengalaman luar biasa yang aku dapatkan. Aku masih tak percaya, bahwa aku menjadi pengajar para guru di sekolah favorit tersebut, padahal aku belum punya ijazah guru. Begitu pula istriku, dia juga mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi pengajar guru-guru SMP imersi itu. Kami berdua berjibaku di sekolah tersebut dengan segenap hati dan tetap menigkuti jadwal di lembaga yang sudah berjalan sebelumnya.

Setahun sebelum aku lulus kuliah, seseorang datang ke rumah. Dia mengaku seorang guru dari sebuah SMA Negeri favorit di kota ini. SMA Negeri 1 Purwokerto. ‘Ada tawaran apa lagi ini?’ batinku. Kami berdua sudah siap dengan jawaban, ‘yes!’ ketika tawaran itu memang buat kami berdua. Tenang saja, kami masih freelance dan bisa menentukan untuk mengajar di manapun.

“Maaf Bu, Pak. Kami diutus dari sekolah kami. Rencana tahun pelajaran depan sekolah akan memberikan pelajaran bahasa Asing Mandarin. Saya mendapat refensi dari salah seorang guru kami, kalau Bu Dian bisa mengajar bahasa Mandarin. Kami benar-benar meminta bantuan ibu untuk bisa mengajar di sekolah kami.” Beliau menjelaskan dan memohon. Ternyata tawaran itu jatuh untuk istriku.

“Nuwunsewu, Pak. Apakah bapak yakin saya bisa. Saya bukan lulusan sarjana Bahasa Mandarin. Sementara saya juga masih mengajar di SMA swasta. Apakah memungkinkan?” Istriku memastikan.

“Saya percaya ibu bisa. Background pendidikan tidaklah masalah Bu. Kalau tentang jadwal, nanti kita menyesuaikan. Ibu masih bisa tetap mengajar di sekolah itu.” Dia memastikan.

Istriku menatapku, dan aku pun menganggukkan kepala tanda setuju. Kami selalu dipercaya untuk mengjar di sana-sini. Bahkan istriku sekalipun tidak pernah menulis surat lamaran kerja tapi pekerjaan selalu datang tanpa harus dilamar dulu. Aku hanya berpikir, Tuhan begitu Maha Pemurah sehingga memberikan banyak kelebihan pada istriku.

Dua sekolah sekaligus harus ditempuh setiap minggunya. Jadwal diatur sedemikian rupa hingga dua-duanya terlayanai. Di SMA swasta dia mengajar bahsa Inggris, dan SMA Negeri dia mengajar bahasa Mandarin. Semua dia nikmati dengan sepenuh hati. Bertemu dengan anak-anak untuk berbagi ilmu bahasa menjadi passion-nya. Semua dilakukan dengan ikhlas dan senang hati.

Setahun kemudian, waktu kuliahku mencapai titik akhir. Dengan segala perjuangan aku bisa menyelesaikan kuliah seperti yang aku inginkan. April 2005 menjadi hari yang sangat bersejarah. Aku diwisuda menjadi sarjana. Aku seperti mimpi. Aku selalu ingat masa-laluku sebelum mencapai titik ini. Doa dan harapan kakak-kakaku, orang tuaku, guru-guruku, dan teman-temanku didengar oleh Tuhan Yang Maha Memberi. Aku sungguh mensyukuri nikmat ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdullilah janji Allah memang benar. Sesudah kesulitan ada kemudahan. Badai pasti berlalu. Suryo dan Dian sedang menikmati kemudahan dariNya

29 Oct
Balas

Alhamdulillaah. Mudah-mudahan selanjutnya akan terus behagia.

29 Oct

Saya suka kalimat pak guru ," Tuhan memang Maha Penyayang." Ya begitulah sesungguhnya asalkan kita selalu dekat dengan-Nya. Selamad dan sukses buat dhe Dian dan mas Suryo. Barakallah.

29 Oct
Balas

Amiin insyaallah Bunda. Terimakasih sudah selalu mengikuti kisah Suryo.

29 Oct

Benar benar syukur harus dipsnjatkan karn Tuhan memang begitu penyayang. Sukses selalu pak

29 Oct
Balas

Terimakasih Bu Ropi atas kesetiaannya mengikuti kisah Suryo. Terimakasih atas doanya.

29 Oct



search

New Post