Ayo Sugiryo

Guru di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Sedang belajar menulis dan Buku Perdana yang sudah diterbitkan: "From Home With Love" Tahun 2016, Buku ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Winner (#3_Aku Ingin Bunuh Diri)

Hari ini ruang BK begitu ramai dikunjungi anak-anak di jam istirahat. Beberapa siswa rela mengantri cukup panjang. Yang tak kebagian istirahat pertama, akan datang di istirahat kedua, begitu pula yang tak dapat antrian istirahat kedua akan rela menunggu giliran di istirahat ketiga. Bahkan kalau Bu Lazy mau melayani, sepulang sekolah pun masih ada yang berminat curhat dengan guru BK.

Lalu, apa yang menyebabkan anak-anak ini rela mengantri? Ternyata motivasi mereka sederhana. Mereka hanya ingin didengarkan. Bukannya selama ini mereka sering didengarkan saat berbicara dengan teman atau guru? Rupanya ada hal-hal prinsip yang menggannggu konsentrasi belajar. Tetapi tak hanya itu, berbagai kasus kecil dan besar baik permasalahn belajar maupun permasalahan lain pun akan muncul juga.

Menurut catatan buku Bu Lazy, sebagian besar anak-anak mengalami gangguan belajar karena masalah di rumah, atau masalah keluarga. Memangnya Bu Lazy bisa menangani masalah keluarga di sekolah. Sedangkan Bu Lazy juga belum berkeluarga. Itulah salah satu tantangan dan tugas guru BK. Guru BK harus mampu memberikan layanan terbaik dan kalau bisa menguak semua problem yang melatarbelakangi siswa tentang gangguan belajarnya. Ternyata tidak mudah bukan untuk menjadi guru BK.

Tak luput, Winner pun berada di dalam antrian itu. Hari ini dia tampak murung dan tidak bersemangat. Antrian masih panjang sedang bel masuk kelas sebentar lagi berdering. Hal ini menggugah Pak Jon untuk berkomentar seperti biasanya.

“Pagi, anak-anak!.” sapa Pak Jon ramah.

“Pagi Pak Jon.” Beberapa anak cowok langsung merespon.

“Maaf ini ruang BK kok ramai sekali. Ada apa ini? Kalian kena razia ya.” Pak Jon bertanya entah pada siapa dan sepertinya tak ada yang merespon.

“Enggak Pak Jon. Memangnya kalau ke ruang BK harus dirazia dulu?” Pak Tom tiba-tiba muncul dari belakang dan merespon pertanyaan Pak Jon.

“Tapi kan tidak seperti biasanya. Biasanya sepi nggak ada pasien,” ujar Pak Jon.

“Pak Jon, emangnya kita sakit apa? Kok dibilang pasien.” Tiba-tiba Winner menimpali sapaan Pak Jon yang semestinya tidak diucapkan oleh seorang guru. Seketika itu Pak Jon mengarahkan pandangan tajam ke arah Winner yang sedang duduk diantara teman-temannya.

“Eh, rupanya kamu juga di sini ya? Sudah, sudah! Jangan banyak ngomong. Nanti kamu nggak tahu giliran kamu dipanggail. Nanti kamu minta tips terbaik ya bagaimaina caranya bangun pagi yang baik, biar nggak terlambat terus.” Pak Jon berlalu setelah mengucapkan kata-kata pedas ini ke Winner. Winner bangkit dan hendak mengejar Pak Jon. Kebetulan Pak Tom yang masih ada di sekitar ruang BK menenangkannya. Winner luluh dan duduk kembali. Tapi hatinya tampak masih bergemuruh.

Memang, hari ini agak beda. Ruang BK begitu diminati anak-anak terutama anak kelas XII yang diantaranya ingin konsultasi tentang pendidikan lanjut di perguruan tinggi. Selain anak kelas XII, masih banyak anak kelas lain yang tampaknya memiliki permasalahan serius yang mesti dikonsultasikan dengna Bu Lazy.

Memang sangat berbeda dengan dulu. Keberadaan ruang BK jaman dulu dianggap anak-anak sebagai ruang horror yang sangat dijauhi siswa. Siswa menganggap siapapun yang masuk ke ruang BK adalah siswa berkasus. Tidak menutup kemungkinan juga di jaman now ini, masih ada sekolah yang beranggapan sama. Tapi tidak di SMA Impian Putra Bangsa. Siswa di sini tidak menganggap ruang BK atau guru BK sebagai ruang yang menakutkan. Para siswa tidak menganggap ruang BK sebagai tempat untuk mengeksekusi siswa yang melakukan tindakan melanggar peraturan sekolah. Tidak pula dengan Bu Lazy. Bu Lazy merupakan sesosok guru BK yang disukai anak-anak sebagai tempat curhat paling ideal. Tempat favorit anak-anak yang ingin berkonsultasi mengenai kesulitan belajar maupu ingin mengembangkan diri.

Begitupun Winner yang kali ini raut mukanya tampak diselimuti awan gelap seperti mau segera turun hujan. Menurut penuturan Bu Lazy, dia banyak bercerita mengenai masalah keluarganya. Sempat dia bertutur bahwa Winner ingin bunuh diri. Bu Lazy pun ngeri mendengarnya. Tetapi karena kepiawaiannya Bu Lazy mampu meredamnya. Menurut ceritanya, dia sedang sangat marah sama orang tuanya.

Suatu siang Winner mendapat tawaran Papah dan Mamahnya untuk pergi makan malam di luar. Sungguh jarang-jarang ortunya mengadakan momen spesial seperti ini. Biasanya mereka tak peduli dengannya. Sibuk sendiri-sendiri. Papahnya pebisnis sukses di bidang perhotelan dan otomotif di kota ini. Mamhnya juga pemegang kendali beberapa perusahaan besar yang dikelolanya. Kalau sekarang istilahnya CEO. Lalu Winner? Segala urusan sekolah dari pakaian sampai bayar SPP cukup dilakukan supirnya.

Sorenya, Winner pun siap-siap dan memakai baju terbaiknya. Selepas magrib, ketiganya sudah meluncur ke sebuah restauran terbaik di kota ini. Winner tak memikirkan makanan apa yang harus di makan. Hatinya dipenuhi kegembiraan yang luar biasa. Walaupun tidak menunjukan kemanjaannya, dia serasa benar-benar dalam kehangatan sebuah keluaraga.

Ternyata kehangatan yang Winner rasakan tidaklah lama. Karena dalam ramah-tamah mereka, mendadak datang 3 orang berpenampilan keren dan dari tampangnya mereka pebisnis juga. Winner tak menggubris. Papah-mamah Winner menyambut hangat kehadiran mereka dan langsung mempersilahkan mereka bergabung. Winner kesal dan langsung menghilang di toilet. Marah! Papahnya tak sadar dan tak mengerti perasaan Winner. Winner tidak menunjukan kemarahannya dengan ekspressi berlebihan. Cuma diam dan tak ramah. ‘Aku pikir ini acara khusus keluarga. Aku nyesel ikut acara ini. Papah Mamah memang tak pernah mengerti perasaan anaknya. Sudahlah. Aku tak akan mau ajakan Papah Mamah lagi. Enakan di rumah baca novel atau main sama kucing-kucingku,’ Winner masih menggerutu sambil menggeser-geser smartphonenya, ga jelas apa yang dibuka. Dongkolnya sama ortunya belum habis-habis. Malam itu benar-benar malam yang menyebalkan buat Winner.

Bu Lazy mendengarkan cerita Winner dengan berkaca-kaca. Winner hanya tersenyum sambil mengibas-ngibaskan newsletter sekolah yang ada di meja bu Lazy tanpa tujuan yang jelas.

Setelah Winner menututurkan panjang lebar keluhannya, barulah Bu Lazy angkat bicara.

“Winner, kamu itu anak yang luar biasa. Kalau anak lain, tahu orang tuanya sekaya orang tuamu, gayanya pasti sudah luar biasa. Kamu itu apa-apa ada. Mau beli apa saja orang tuamu pasti bisa membelikan. Tapi kamu tidak seperti itu. Kamu sangat sederhana. Kamu sama sekali tidak menunjukan bahwa kamu anak orang kaya. Kamu hanya menuntut perhatian lebih dari orang tuamu bukan harta bendanya. Itu sungguh sikap yang sangat dewasa, Winner. Kamu anak yang hebat. Kamu hanya butuh waktu untuk memahami mereka. Mungkin bukan saat ini, tapi suatu saat nanti pasti orang tuamu akan ada waktu buat kamu.”

“Suatu saat nanti, dan nanti. Entah sampai kapan.” Winner merespon, pesimis.

“Yakinlah kau Winner. Pasti akan ada momen itu. Percayalah. Pesan Ibu, Janganlah sekarang ini kamu menuntut perhatian dari orang tuamu tanpa kamu melakukan sesuatu. Lakukanlah sesuatu yang bisa membuat orang tuamu mengalihkan perhatian. Coba carilah sesuatu yang bisa membuat orang tuamu kagum padamu.”

“Saya sih bisa apa Bu Lazy? Semua orang memandangku sebagai anak yang aneh. Badanku gendut. Perutku buncit. Wajahku pun tak ada ganteng-gantengnya. Nggak ada yang mau berteman sama saya.” Winter mencela dirinya sendiri tak percaya diri.

“Bahasa Inggris kamu bagus. Wawasan kamu luas dan kamu itu smart. Ciptakan sebuah prestasi yang wow! Pasti orang tuamu akan bangga padamu dan perhatian mereka akan beralih ke kamu. Ibu yakin kamu bisa.” Bu Lazy berapi-api dan tak menyerah memotivasi anak didiknya, Winner.

Winner diam. Tampak sedikit sunggingan senyum muncul di belahan bibirnya sebelum meninggalkan Bu Lazy. Bu Lazy menarik nafas panjang seraya berdoa, 'Semoga.'

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat menginspirasi. Peran guru BK yang luar biasa. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.

03 Dec
Balas

Amiin. Terimakasih Pak Mulya. Semoga kita semua selalu sehat, bahagia dan sukses.

04 Dec

Ternyata saya galfok, ternyata winner itu cowok ya? Kirain cewek....lanjuuuut

25 Nov
Balas

Hm...Maklum...ini memang nama yang ga jelas gendernya. Hehehe

26 Nov

Cerita Pak Ayo selalu kereeeen....sangat nyata...Anak-anak memang butuh untuk dipahami dan dimengerti. Sehat dan sukses Bapak

24 Nov
Balas

Terimakasih Bu sudah berkenan membaca kisah Winner.

24 Nov

Luar biasa cerpennya, sukses dan salam.literasi.

24 Nov
Balas

Terimakasih. Sukses juga buat Ibu Rita. Selamat berkarya.

24 Nov



search

New Post