Ayo Sugiryo

Mengajar di SMA Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto. Saya selalu teringat pada apa yang dikatakan penulis besar Pramoedya Ananta Toer bahwa : &ldqu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kenapa Aku Harus Khawatir, Kalau Setiap Anak Itu Istimewa

Kenapa Aku Harus Khawatir, Kalau Setiap Anak Itu Istimewa

Sebuah film inspiratif berjudul Taare Zameen Par atau Every Child is Special mengisahkan perjalanan seorang anak berusia 9 tahun bernama Ihsaan Awasthi yang menderita kelainan dyslexia. Anak tersebut tidak mampu membaca seperti anak-anak normal lainnya. Ketika membaca, huruf-hurufnya seperti menari-nari dan tidak bisa merangkainya menjadi kata-kata atau kalimat yang bermakna. Sayangnya orang-orang di sekitarnya tidak ada yang mengetahui kalau anak tersebut memiliki kelainan. Orang tuanya, gurunya, dan teman-temannya menganggap bahwa Ihsan adalah hanya anak yang bodoh dan malas. Hingga akhirnya orang tuanya harus memutuskan untuk menyekolahkannya di boarding school. Di usianya yang baru 9 tahun, Ihsan terpaksa harus berpisah dengan orang tuanya dan kakaknya dengan alasan kesuksesan masa depan yang penuh persaingan. Dengan bersekolah di boarding school, orang tua Ihsan berharap anaknya dapat berubah menjadi anak yang pintar dan mampu bersaing secara normal.

Di boarding school, Ikhsan tidak mengalami perubahan yang diharapkan. Para guru dan kepala sekolah kewalahan dengan kondisi Ihsan yang tidak mampu berbuat apa-apa dengan nilai-nilainya. Mereka pesimis kalau Ihsan bisa menyelesaikan studinya di tahun pertama di sekolah tersebut.

Namun pada akhirnya, Ikhsan mengalami perubahan yang signifikan dalam sekolahnya. Seorang guru baru (guru kesenian) akhirnya mampu berbuat sesuatu yang di luar dugaan. Dia adalah seorang guru yang berhasil menemukan kelainan ikhsan dan berusaha keras untuk bisa merubah Ikhsan menjadi anak yang benar-benar mampu dalam bidang seni dan juga akademis walaupun dia harus ditentang oleh kepala sekolah, guru, dan bahkan orang tua Ihsan sendiri. Dengan ketekunan serta keyakinannya, guru tersebut mampu membawa Ihsan pada perubahan yang cukup membuat semua orang tercengang. Ternyata Ihsan memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan merupakan anak yang bisa berprestasi dengan gemilang. Hanya saja dia memiliki cara belajar yang berbeda.

Memang sangat wajar kalau kita berharap memiliki anak yang mempunyai kemampuan akademis yang baik, anak yang mampu bersaing di kelas dan mendapatkan peringkat yang baik.

Kekhawatiran juga banyak diekspresikan orang tua dengan melarang anaknya untuk mengikuti kegiatan organisasi atau ekstrakurikuler berlebihan yang dapat mengganggu prestasi akademiknya. Angka-angka pada nilai ulangan atau nilai raport menjadi hal yang terpenting dan menjadi sebuah ukuran keberhasilan.Namun harapan tersebut tidak selalu bisa kita dapatkan dari anak-anak kita. Tidak semua anak memiliki kemampuan akademis yang luar biasa. Tidak semua anak mampu memecahkan soal-soal matematika dengan baik, tidak semua anak mampu membuat struktur kalimat dengan baik, tidak semua anak memiliki daya ingat yang kuat sehingga mampu untuk menghafalkan rentetan kejadian dalam pelajaran sejarah misalnya.

Kita sering dihantui rasa cemas karena tidak mampu melihat bakat yang muncul dari anak-anak kita. Mungkin inilah tantangn kita untuk mencari tahu di mana bakat dan kemampuan anak-anak yang tak tampak tersebut. Kita kadang bertanya kenapa tidak semua bakat anak dapat diketahui dan berkembang dengan semestinya? Atau adakah faktor penghambat yang tidak diketahui orang tua? Atau kita harus mencari cara belajar yang tepat bagi anak-anak kita kerena setiap anak memiliki keunikan yang berbeda-beda sehingga cara belajarnya pun tentu berbeda. Mungkin anak lebih suka menggambar daripada mengerjakan soal matematika atau anak lebih suka menari dibandingkan mengerjakan PR sekolahnya. Tidak sedikit orang tua yang mencemaskan kondisi anak-anaknya bahkan banyak yang memarahinya. Alhasil, anak akan membenci sesuatu yang tadinya menjadi bakatnya dan gagal pula di kelasnya.

Belajar dari judul film tersebut 'Every Child is Special', kita harus yakin bahwa tidak ada anak yang bodoh karena setiap anak pasti memiliki keistimewaan. Hanya saja kita harus mau belajar dan bersabar untuk mencari sesuatu yang anak kita miliki yang mungkin tidak terlihat secara jelas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju sekali. Ulasan yang keren. Sukses selalu, Pak

23 Apr
Balas

Terimakasih Bu. Salam sukses juga.

23 Apr



search

New Post