Lulus SMA mencoba mendaftar di Akademi Keperawatan, lulus nilai tes akademik namun ketika di tes fisik gagal karena postur tubuhku pendek, 160 cm paling pendek yang di terima di situ sementara tinggi aku tidak sampai 155 cm. Aku jelas kecewa.

Sepanjang perjalanan pulang dari Bandung aku menangis tiada henti, Bapak ku pun terlihat sangat kecewa, namun beliau begitu tegar sehingga mampu menghentikan tangisku. Dibujuknya aku agar berhenti menangis, dijanjikannya aku untuk mendaftar tahun berikutnya di Akademi Keperawatan yang berbeda.

Sesampai di rumah agar aku tidak berlarut dengan kesedihan ke dua orang tuaku memanjakan aku dengan mengabulkan semua keinginanku, sampai makan pun ditanya mau makan dengan apa.

Tapi aku tetap kecewa dan bersedih hati. Kebiasaanku jika sedang galau seperti itu selalu pergi ke sawah. Menatap hijaunya padi yang bak permadani, menghalau belalang yang hinggap di batang tanaman padi atau duduk di bebatuan sungai memainkan air yang mengalir perlahan.

Memunguti biota sawah seperti keong sampai seember penuh bahkan kadang membuat perapian untuk membakar singkong. Aku tidak suka berkumpul dengan teman seangkatan , aku termasuk anak yang soliter tapi tidak menutup diri dengan teman. Jika ada kegiatan kepemudaan aku selalu ikut.

Adalah pamanku saudara jauh dari Bapak datang ke rumah setelah mendengar aku gagal masuk Akademi Keperawatan. Dia sudah kuliah di STKIP Galuh (sekarang Unversitas Galuh), mengajak aku kuliah bersamanya. Tak ada jawaban dari ku, hampir kutolak ajakan pamanku itu. Tak kusangka aku sudah didaftarkan kuliah di situ olehnya.(bersambung)

Banjar, 6 Pebruari 2022