Pangandaran tempat tujuan wisata semua orang. Aku hampir tak percaya berada di kota wisata ini, menjadi Guru lagi. CPNS, wah..ada rasa haru dan bangga, aku punya NIP. Diterima dengan baik oleh Kepala Sekolah dan Guru-guru di situ, jadilah aku bagian dari keluarga SMPN 1 Pangandaran.

Mengajar IPA Biologi tentunya karena pada waktu itu masih terpisah antara Biologi dan Fisika. Menjadi wali kelas mengajar di kelas satu, bahagia bisa bertemu anak-anak pantai yang cerdas.

Berbekal pengalamanku waktu menjadi guru honorer, aku tidak terlalu kesulitan dalam memberikan ilmu pada anak didikku. Bedanya mengajar anak pantai dan anak desa biasa dari sikap dan perilakunya, anak pantai lebih terkesan agresif dan terbuka, sedangkan ketika mengajar anak desa mereka terkesan sedikit pemalu. Itu yang saya alami.

Kali pertama di Pangandaran aku menginap di rumah kerabat, tapi hanya beberapa bulan aku memilih kost yang dekat dengan lokasi sekolah. Tahun berikutnya aku di minta pindah dari kost-san agar tinggal di mess sekolah yang berada di dekat terminal bersama dengan dua rekan Guru yang sama-sama di tempatkan di sana, selama satu tahun kami bertiga di mess itu.

Menjadi guru pemula walau pun ada sedikit pengalaman dari guru honorer tidak selalu mulus. Ada saja kendala yang harus di hadapi dan diselesaikan. Aku harus memahami karakter peserta didik yang notabene mereka adalah anak pantai , anak daerah wisata yang memiliki jiwa korsa yang hebat. Aku akui mereka pintar memiliki kepribadian yang kuat mampu bertahan di kerasnya kehidupan pantai.

Membantu orang tua alasan mereka tak sekolah, melaut, berdagang, sewa ban dan lain-lain. Satu persatu saya mencari dan menghubungi mereka, diberi arahan dan pengertian dengan lembut disapa dengan kasih dan akhirnya mau bersekolah.

Alhamdulillah berhasil walaupun saya terkendala bahasa. Kebanyakan mereka menggunakan bahasa jawa, Pangandaran campuran bahasa sunda dan bahasa jawa. Kepuasan batin bagiku jika aku berhasil menangani anak muridku seperti itu. Aku berfikir begini ya jadi guru di daerah wisata dengan dua bahasa yang digunakan.

Empat tahun aku mengabdi di sana dengan segudang pengalaman berharga dan pernak pernik anak pantai. Aku suka itu. Namun aku pun ingin keluargaku utuh di satu tempat. Aku menikah dengan suamiku setahun setelah aku di angkat menjadi Guru.

Aku di Pangandaran sementara suamiku berada di Kota lain. Permohonan mutasi kerja di setujui oleh pihak sekolah. Sebulan kemudian aku mutasi ke SMPN 7 Kota Banjar sampai dengan sekaran.

Menjadi seorang Guru memang bukan hal yang aku inginkan bukan juga cita-citaku bahkan sempat menolak menjadi guru. Itulah kehidupan yang diberikan sang Maha Kuasa.

Rahasia Alloh sangatlah indah tak terukur oleh apa pun tak terjangkau oleh logika. Jika Alloh berkehendak maka apa pun tak bisa menolak , begitu pun dengan kehidupanku, yang tak diinginkan pun bisa terjadi. Subhanalloh.

Satu hal yang aku rasakan sekarang menjadi seorang Guru. Nikmat Tuhan yang diberikan padaku amatlah sempurna. Mungkin aku hanya bisa berucap, “ Terima kasih nikmatmu Ya Alloh. Dulu saja nolak-nolak sekarang malah tak mau berhenti menjadi guru.” Itulah aku, terima kasih Ya Alloh jalan Mu-lah yang terbaik bagiku. Di penghujung pengabdianku ini semoga bisa memberikan yang terbaik untuk anak muridku sang penggenggam masa depan. Aamin.

(Tamat)

Banjar, 11 Pebruari 2022