Aziza yusuf

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
RAHASIA IDUL QURBAN
RAHASIA IDUL QURBAN

RAHASIA IDUL QURBAN

Sesekali kupandangi kalender yang menempel didinding kamar, tak terasa sudah memasuki hari kelima bulan Dhulhijjah. Berarti lima hari lagi hari raya Idul Adha. Dan sampai saat ini aku belum memiliki uang sepeserpun untuk membeli seekor kambing qurban.

“Yaa Allah…” desahku lirih sambil menahan sakit pasca operasi yang kualami sebulan lalu.

“Ada apa buuu..??” terdengar suara suamiku yang sedari tadi mengawasi dengan penuh rasa sayang.

“Gak papa Yah, aku Cuma berpikir saja. Apa mungkin tahun ini Allah mengijinkan kita untuk absen tidak menyembelih kambing qurban ya….” Jawabku lirih sembari menyeka butiran mutiara dipipi yang begitu saja datang tanpa kuundang.

“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, jika Allah mengijinkan, pasti kita akan melaksanakan ibadah qurban. Sekarang sudah larut.. ingat pesan dokter agar banyak istirahat.” guman suamiku sembari memapahku dengan lembut masuk ke pembaringan.

Sementara selimut malam semakin merebahkan sayapnya kesepenuh bumi, suasana kamar semakin hening, tek…tek…tek…tek… hanya detak jam dinding yang terus bercengkerama menemaniku dalam kesendirian. Yang kemudian terlelap dengan sendirinya dalam balutan resah dan gelisah.

Tidit….tidit…tidit…. Suara dering handphone membangunkanku dari dekapan lelapnya dunia mimpi yang membenamkanku dalam rengkuhannya,

“Hallo, selamat pagi, ini dengan bu Aziza…” begitu suara merdu perempuan dari seberang sana.

“Ya, benar, ini dengan siapa ya..?” jawabku datar.

“Saya Anisah, asisten Dokter Paksi bu, Ada pesan agar besok ibu menemui beliau untuk menunjukan hasil USG terakhir bu.” Begitu halus dan merdunya suara suster Anisah, namun bagiku suara itu terdengar sangat garang dan panas di telinga… karena pesan dari dokter Paksi itu berarti perintah untuk tes darah dan USG di laboratorium medis. Yang artinya hutang lagi beberapa rupiah.. BUSSYET DEH. Kepalaku langsung pening karenanya.

Tapi walau demikian kaki ini tanpa diperintah tetap melangkah menuju laboratorium medis untuk memenuhi permintaan tersebut.

Sehari berlalu dengan cepat, sang mentari kembali mengintipku dari balik jendela kamar. Sesuai dengan janji yang kubuat dengan dr Paksi, gerobak tua inipun dengan setia meluncur gesit ke kota Malang dimana dr Paksi bertugas. Setelah satu jam menunggu antrian, tiba giliranku masuk ruang periksa. Seperti biasa dr Paksi yang ganteng dan selalu fresh itu menyapaku dengan senyuman khasnya yang mempesona. Lalu ia melihat hasil Lab darah dan USG yang kubawa dari Pasuruan.

“Bagus buu… Hasil lab darah… normal semua, hasil USG juga bagus. Nanti ibu kembali kemari 3 bulan kedepan dengan hasil Lab darah dan USG ya bu..” begitu ujarnya dengan tetap tersenyum

“Iya dok..” jawabku dengan ekspresi datar.

“O ya bu, setelah ini jangan lupa temui bu Anisah didpn yaa” gumannya perlahan

“Iya dok..” kembali kata itu keluar dari mulutku dengan ekspresi sama datarnya dengan yang pertama.

Diluar ruang periksa, nampak bu Anisah sudah menunggu di meja kerjanya dengan wajah ramah. Tapi entah setan mana yang sudah merasukiku sejak tadi. Wajah-wajah ramah itu nampak jutek dalam pandanganku.. Pasti setan belang tak punya uanglah yang telah merasukiku, sehingga sepanjang jalan sejak dari rumah sampai saat ini semua nampak buruk dimataku.

Akupun segera menghadap bu Anisah, sesuai pesan dari dr. Paksi.

“Bu Aziza, “, terdengar suara bu Anisah memecah kesunyian

“Iya bu, “ Jawabku datar

“Buu.. saya mau menyampaikan titipan dari dr Paksi, ini isinya pengembalian sebagian biaya pengobatan ibu. Kemarin dr Paksi berpesan supaya biaya operasional yang menjadi bagiannya untuk diserahkan kepada ibu. Kami harap ibu bersedia menerimanya.” Begitu bu Anisah berujar dengan tenang dan lancar.

“O ya.. terimah kasih bu Anisah, dan tolong sampaikan salam terima kasih saya ke dr Paksi” Begitu jawabku dengan ala kadarnya. Dalam benakku Cuma terpikir alaa paling-paling isinya Cuma satu juta atau lebih sedikit. Setelah berbasa basi akupun pamit.

Dalam perjalanan pulang, iseng-iseng kubuka amplop coklat dari dr Paksi tadi. Betapa terkejutnya aku ketika tahu ternyata isinya sejumlah delapan juta rupiah.

“Alhamdulillah, Ya Allah….!!” Pekikku dalam ketidak sadaran.

“Ada apa bu ???” Kembali suamiku terkaget sambil menoleh ke tempat dudukku.

“Yaah..ayah ternyata Allah tidak mengijinkan kita absen dalam merayakan idul qurban tahun ini.. Lihatlah tangan Allah telah memberi kita rezeki melalui dr. Paksi” jawabku setengah berteriak karena girangnya.

Begitulah, sesampai di rumah, kami langsung menuju penjual kambing langganan untuk membeli kambing kurban.

Alhamdulillah.. ternyata benar apa yang wasiatkan almarhum ayahku bahwa apabila seseorang telah berniat melakukan ibadah qurban karena Allah, maka setiap tahun Allah akan selalu memberinya rezeki untuk melakukannya.

Allahu akbar.. allahu akbar... allahu akbar... Laa ilaa ha illallahu allahu akbar... allahu akbar walillahilham.

Gema takbir membahana di seantero kota Ppasurua. Aku tersenyum dengan bangga menyambut kemenangan.

Saya sudah membuktikan rahasia ibadah qurban. Bagaimana dengan anda ???

Penulis adalah peserta Sagu Sabu Pasuruan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

hidup sekali tulisan Bu Azizah .......penuh makna

13 Aug
Balas

busyett ..... saya koq tidak bisa buat dialog seperti ini .... siiip

12 Aug
Balas



search

New Post