Azwar Alif, S.Pd, MM

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kebiasaan Hidup, Hingga ke Pusara

Kebiasaan Hidup, Hingga ke Pusara

#hr-40 #th-2 #part 6

Suasana haru benar-benar terasa saat itu, namun aku tidak mungkin juga berlarut-larut dengan keadaan tersebut. Karena rencana untuk membersihkan dan mengecat ulang Terali pusara, akan lebih banyak memakaan waktu dan tenaga. Sebelum aku mengajak istriku bekerja, terlebih dahulu aku mengaduk cat yang akan digunakan untuk pengecatan terali, sementara istriku asyik melihat dan memperhatikan aku. Sekali-kali aku menatap kearahnya, sambil sesekali memngedipkan sebelah mataku biar terkesan santai dan romantic, dengan demikian istriku pasti lebih giat membantu aku dalam menyelesaikan pekerjaan ini.

“Nah…”sekarang catnya sudah ayah aduk Bun…”dan kita siap bekerja,oke..? “bunda dah siapkah untuk kerja..? “Tanya ku sambil tersenyum kearahnya, “lalu istriku membalasnya dengan menggeleng-gelengkankan kepalanya, sebagai isyarat kalau dia belum siap untuk kerja. “tapi aku sangat yakin sekali dengan istriku, bahwa itu hanya sekedar prank atau candaan belaka untuk membuat aku semakin penasaran.

Dengan sedikit perasaan kesal, aku berusaha menenangkan diriku dengan menurutkan kemauan istriku. “Nah… “kalau bunda belum siap kerja, “Bunda duduk-duduk aja dulu ya..? “saambil lihatin ayah kerja. “Ayah senag kok ditemanin seorang Bidadari cantik bekerja dipusara Ibu. “Ibu pasti lagi lihatin kita sekarang ya Bun..?! “tanyaku sedikit menakut-nakuti. “kalau seandainya ibu benar-benar lagi lihatin kita, “ayah yakin ibu pasti akan sayang sama ayah. “mendengar kata-kataku itu, istriku lalu menyela, “ terus sama Bunda Ibu nggak sayang apa..?! “mendengar pertanyaan begitu aku menjadi geli dan ketawa riang, “hhh,”hhh,”hhh.

Sembari membujuk, aku menjawab pertanyaannya tadi. “Ibu pastilah sayang sama kita Bun, “karena kita adalah anak-anak kebanggaannya, yang senantiasa mendoakan ibu semoga Allah menyanyangi ibu disurga. “mendengar kata-kataku itu, istriku mulai tenang dan sangat paham akan kata-kataku. “Agar tidak ada masalah lagi, aku terus melanjutkan pekerjaan ku dengan penuh semangat.

Namun kali ini aku bekerja tidak sendiri lagi, tanpa kusadari sebelumnya, rupanya istriku sudah ikut membantu bersih-bersih sesuai dengan porsi dan kapasitasnya. Aku sangat bangga dan bahagia sekali melihatnya. Sambil tersenyum bahagia aku menyaksikan keasyikannya dan keikhlasannya membersihkan pusara ibu.

Waktu terus berlalu, hingga pekerjaan yang kami laksanakan saampai pada tahap akhir, artinya pekerjaan kami telah selesai. Sebelum meninggalkan pusara ibu, seperti biasa, kami berdua tidak lupa berdoa buat Almarhummah ibu dan Almarhum ayah, yang telah mendahului kami. Dengan harapan semoga ayah dan ibu ditempatkan ditempat yang paling mulia disisiNya, “aamiin Yarabbal’alamiin.

Tamat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren cerpennya Pak...salam sukses selalu.

09:55
Balas

hhh,,,trmksh Apresiasinya pak Suhaimi, salam Sukses selalu juga buat bapak,,,aamiin YRA

07 May

Selamat menjalankan Ibadah Puasa, dan Salam Literasi

07 May



search

New Post