Azam Arifin

Masih guru baru. Perlu terus belajar dan belajar....

Selengkapnya
Navigasi Web

Hari Terburuk Sejak Menerapkan Pembelajaran Online (Bagian 2)

Pagi ini, seperti biasa tugas untuk anak-anak siap meluncur. Tugas yang saya siapkan semalam, berbarengan koreksi tugas kemarin, cukup menyita waktu. Sekira jam 11 baru bisa istirahat. Memang semenjak dimulainya bekerja dari rumah, jam kerja mendadak berubah.

Pagi hingga siang menunggu, kalau-kalau ada dari siswa yang tanya tugas yang belum jelas. Lalu malamnya koreksi sekaligus bikin tugas untuk esok. Kok sampai malam? Iya, anggap saja saya mempersulit diri sendiri.

Kalau guru lain mungkin membuat batasan waktu ya. Paling lambat jam segini harus dikumpulkan. Jika terlambat harus begini begini. Harusnya sih seperti itu. Biar gak ribet, gak terus-terusan ngadepin siswa sepanjang hari.

Tapi saya tidak. Betapapun tidak semua siswa punya hp sendiri. Yang banyak ya masih nebeng bapak ibunya. Sehingga di awal-awal dulu saya bikin peraturan tegas: jika HP yang kamu pakai mengerjakan tugas masih dipakai orang tua untuk kerja, tunggu sampai diizinkan.

Saya ingat saat bilang itu ke anak-anak lewat WAG, ada salah satu yang membalas,

"Lho kok kerja pak, kan harus di rumah aja."

Nah loh, bingung kan ngadepin anak jaman now.

Cara ini ternyata malah efektif. Sekalipun saya harus menerima foto atau hasil tugas anak-anak sewaktu-waktu. Kadang pagi, siang, sore, bahkan pernah juga hampir tengah malam. Tapi ada tanggung jawab di mereka. Terhitung hanya satu atau dua siswa yang tidak jelas kabarnya, tak mengumpulkan tugas sampai dua hari. Bagi saya, ini sudah luar biasa.

Di sisi sebaliknya, saya memaksa diri untuk disiplin, terutama disiplin waktu menyampaikan tugas. Pokoknya maksimal 07.30 harus ada kata "selamat pagi anak-anak tugas hari ini bla bla bla" di whatsapp group. Setidaknya biar mereka tahu, tugas belajar di masa pandemi ini tidak semaunya sendiri, tapi tetap tiap hari. Urusan mereka mengumpulkan kapan, sekali lagi, terserah.

Dari sini pula saya mulai belajar bahwa menyusun kalimat perintah itu tak gampang. Beda cerita kalau mengajar langsung, instruksi akan lebih mudah diterima anak. Untuk perintah tulis, pilihan kalimat harus tepat. Perlu cakap literasi, meskipun sedikit. Kalau tidak, saya jamin si anak akan bingung, mungkin juga ibu yang mendampinginya.

Satu jam sudah berlalu. Jarum jam menunjuk pukul 08.30. Tugas yang tadi saya berikan berbalas chat yang seragam: ya pak, siap pak, nggeh pak. Maka, saya putuskan tidak ada kendala untuk mengerjakannya.

Saya mulai bersiap-siap. Ada janji yang saya buat sendiri. Janji untuk menyerahkan uang tabungan Citra yang sebesar 1 juta.

(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post