Babtisan Zebua

Kerjaku Kudoakan Doaku Kukerjakan...

Selengkapnya
Navigasi Web
SAHABAT...
#Bagai bintang kecil bercahaya ditengah gelapnya malamku#

SAHABAT...

*

Sejak Shita kehilangan kedua orang tunya pada saat kecelakaan pesawat naas itu, ia tinggal bersama kakek dan neneknya di desa. Duka mendalam dirasakan oleh anak semata wayang yang telah menjadi yatim piatu itu. Shita menjadi orang yang suka menyendiri dan tidak suka banyak bicara. Shitapun terpaksa pindah ke sekolah yang ada di desa itu.

Setelah urusan admintrasi diselesaikan, Shita bersama Bapak Kepala sekolah melangkah keluar kantor menuju rung kelas. Sambil melemparkan senyum ketika berpapasan dengan bapak/Ibu guru, Shita berjalan mengikuti langkah beliau. Bapak Kepala Sekolah pun berhenti di kelas paling ujung. Beliau mengetuk pintu kemudian berjalan masuk kelas. Suasana menjadi hening sejenak, seakan semua mata memandang kearah Shita.

“Selamat pagi anak-anak” sapa Bapak Kepala Sekolah.

“Selamat pagi Pak” jawab anak-anak serentak.

“Hari ini kalian mendapat teman baru di kelas kalian. Sebelum pelajaran dimulai kamu bisa memperkenalkan dirimu ya nak”, sambil tersenyum kearah Shita”.

Bapak Kepala Sekolah kemudian meninggalkan ruangan kelas. Shita yang masih berdiri di depan kelas, dengan sedikit gugup memperkenalkan dirinya.

“ Hai teman-teman, nama saya Shita Velmhira”

Suasana kelas sedikit riuh ketika Shita menyebutkan namanya. Ibu Guru langsung menyuruh anak-anak diam, dan suasana tenang kembali.

“ Anak-anak, mulai hari ini Shita menjadi teman baru kalian di kelas. Ibu harap kalian semua menganggapnya sama seperti teman kalian yang lain”. Kemudian Ibu Guru melihat sekeliling ruangan sejenak.

“Shita kamu boleh duduk di samping Via”, sambil menunjuk kerah kiri tempat duduk Via. Shita melihat kearah dimaksud. Tiba-tiba salah seorang anak laki-laki maju kedepan.

“Permisi Bu, mau mengambil kursi ke ruang sarana”, Ibu Guru mengangguk dan anak laki-laki itupun segera berlari dengan gesitnya keluar kelas. Tidak lama kemudian dia kembali membawa satu kursi kayu dan meletakkan disamping kursi Via.

“ Boleh ya saya duduk disini”, tanya Shita sambil tersenyum kearah Via.

Via mengangguk dan membalas dengan senyuman Shita. Sekarang Shitta duduk semeja dengan Via.

**

Ibu Guru pun memulai pelajaran dengan bertanya tentang materi minggu lalu.

“Anak-anak apakah kamu masih ingat materi pelajaran sebelumnya, silahkan tunjuk tangan siapa yang masih ingat?”. Beberapa orang anak-anak mengancungkan tangannya, termasuk Via yang duduk di sebelah Shita.

“Coba Via, apa materi pelajaran kita minggu yang lalu”, tanya Ibu Guru sambil berjalan kerah kiri dimana tempat duduk Via berada. “ Materi pelajaran kita minggu lalu adalah tentang Hukum Permintaan. Bunyi Hukum Permintaan adalah : semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang diminta”. Jawab Via dengan lugas.

“Bagus sekali”, kata Ibu Guru memuji. Via kelihatan senang sambil senyam-senyum melihat ke arah teman-temannya.

“ Minggu yang lalu, Ibu sudah memberikan tugas sebagai PR-mu di rumah. Silahkan ketua kelas kumpulkan semua buku tugas”. Si anak laki-laki yang tadi mengambil kursi dari ruang sarana, segera beranjak dan mengumpulkan semua buku tugas IPS. Kemudian ia meletakkannnya diatas meja guru di depan kelas. "Rupanya dia ketua kelas", guman Shita dalam hati.

“Hari ini kita melanjutkan materi pelajaran kita yaitu Hukum Penawaran”,lanjut Ibu Guru. Seluruh anak-anak di kelas sangat serius mendengarkan penjelasan materi dari Guru mereka.

“Silahkan anak-anak kami semuanya berkumpul dengan kelompok masing-masing, sesuai dengan pembagian kelompok minggu lalu”.

“Shita, kamu boleh bergabung di kelompok enam”, sambil menunjuk kearah kelompok tersebut.

Shita langsung menuju kelompok tersebut dimana sang ketua kelas adalah juga ketua kelompok enam. “Kelihatannya sang ketua kelas anak yang baik dan pintar’, guman Shita dalam hati. Ibu Guru membagikan lembar kerja kepada setiap kelompok. Kemudian setiap kelompok diminta untuk berdiskusi dan mengerjakan tagihan tugas di lembar kerja yang sudah dibagikan sebelumnya.

***

Teng….teng….teng….bunyi lonceng sekolah berdentang panjang. Sebagai siswa pindahan di sekolah itu, Shita sedikit terkejut mendengar bunyi lonceng yang tidak pernah dia dengar. Ini pengalaman pertama sekali dalam hidup Shita mendengar bunyi lonceng dibunyikan di sekolah. Maklum, sekolah Shita sebelumnya yang tergolong sekolah favorit menggunakan bel sekolah. Bel dibunyikan pertanda masuk kelas, pergantian jam pelajaran, istirahat atau mengakhiri kegiatan belajar mengajar.

“Anak-anak kalian silahkan istirahat dulu, nanti kita lanjutkan di satu jam pelajaran berikut setelah jam istirahat usai”.

“Iya bu”, jawab anak-anak serentak.

Anak-anak berhamburan keluar kelas. Shyta memilih untuk tidak keluar kelas. Diam-diam Via teman semejanya memperhatikan raut wajah Shyta yang tiba-tiba sedih, Via mulai mendekatinya. Shita termenung, matanya hanya tertuju kepada jam tangan silvernya, hingga tidak menyadari keberadaan Via.**

## 07 Desember 2020 ##

bersambung…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Trimakasih Bu...Salam kenal...Salam SKSs

08 Dec
Balas

Menarik kisahnya bu, ditunggu lanjutannya

07 Dec
Balas



search

New Post