Sarindi al Manshurin

Belajar menulis di blog ini. Tentu masih banyak kekurangan. Tulisan saya bukanlah cerita nyata, semua hanya kisah fiktif imajinatif, kalaupun ada kesamaan den...

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Piknik ketika Mereka Panik

Aku Piknik ketika Mereka Panik

Siang ini kami asyik bersenda gurau sambil menikmati suasana pegunungan. Aku dan teman-teman sekantorku sedang menikmati hembusan angin di kawasan hutan pinus di kaki gunung Meru Api. Pohon pinus tampak bergoyang-goyang diterpa angin yang agak kencang. Ya, kami sedikit menghilangkan penat dengan swapiknik yang murah meriah. Membawa bekal makanan dan minuman sendiri, menggelar tikar yang dibawa dengan kendaraan sendiri.

Di tempat yang low signal ini, ternyata masih ada juga pesan masuk lewat sebuah aplikasi media sosial. Halah, ternyata masih banyak juga teman-temanku yang panik menyikapi aturan-aturan baru di dunia pendataan. Dapat kubayangkan wajah-wajah mereka yang tadi kutinggalkan, sedang galau ketika membaca sebuah data yang di-publish di laman info GTK.

Yang akan kuceritakan di sini bukanlah tentang hebohnya swapiknik kami, tetapi tentang suasana di pertemuan para petugas pendataan. Para pengambil kebijakan menyebut mereka sebagai operator pendataan, tugas mereka jelas ada, tetapi jabatan mereka belum diakui sebagai sebuah tugas tambahan, apalagi sebuah profesi. Keberadaannya sangat dibutuhkan, tetapi kadang hanya dilihat sebelah mata. Ya, operator pendataan, sepeeti antar ada dan tiada.

Udara terasa panas di aula Kademangan Mayakarta, yang berukuran enam kali delapan meter. Di sudut depan ruangan, eperti biasa sebuah kipas angin berdiri terhuyung-huyung mencoba memberikan angin segar bagi penghuni ruangan. Sementara dari luar tembok, deru mesin dan gesekan kampas rem truk pengangkut material dari gunung Meru Api beradu dengan suara bengkel las listrik di seberang jalan.

Sekitar 30-an operator pendataan padepokan bawah sewilayah Kademangan Amarta berkumpul untuk membahas permasalahan-permasalahan yang belum juga rampung. Mulai dari surat tunjangan guru yang belum turun, data pokok padepokan, jam mengajar yang tidak diakui pemerintah, NUPTK tidak valid, keaktifan belum terverifikasi oleh BKN, NIK tidak cocok, jam linier tidak mencukupi sampai ke akun SIM GPO yang selalu salah password. Kelelahan terpancar dari wajah mereka. Tetapi keteguhan dan kesemangatan masih terlihat dari pancaran mata mereka. Ya, kesemangatan mengingat integritas bercampur dengan ketakutan jika sampai terjadi ketidakturunan surat tunjangan guru di padepokan mereka.

Rudi Senopati memulai pembicaraan, “Teman-teman, pekerjaan yang harus kita selesaikan di antaranya adalah segera mengecek info GTK. Jika masih ada kesalahan, buka aplikasi dapodik masing-masing dan segera perbaiki riwayat kepangkatan dan riwayat KGB secepatnya karena sebentar lagi akan diproses SKTP di kementerian. Resikonya adalah bagi guru yang gaji pokoknya sampai terbit SKTP kok masih berbeda dengan leger gaji, maka akan ter-pending pencairannya sampai perbaikan data gajinya lewat dapodik terbaca di info GTK!”

Cahya Pambuka Jiwa yang masih agak bingung mengacungkan tanggannya, “Caranya bagaimana, Komandan? Tolong dipandu step by step!”

“Ok, Bapak Ibu dan Kawan-kawan semua, sebetulnya ini adalah kewajiban guru penerima tunjangan, tetapi karena kita dikejar deadline, terpaksa kita lakukan. Pertama, buka browser, masukkan alamat yang saya tulis ini!” kata Rudi Senopati sambil menunjukkan sebuah alamat di layar LCD.

“Sudah terbuka, Pak, selanjutnya apa?” tanya Dwika Matadewa dengan penuh konsentrasi pada layar laptopnya yang sudah di-upgrade RAM-nya menjadi delapan gigabyte.

“Login ke sim PKB dengan akun guru masing-masing, lalu masukkan nomor UKG ditambah @guruku.id di kolom email & dan password di kolom kata kunci! Mas Akip bisa ya?”

“Siap, Pak!” sahut Akip Sahara Raya, “saya nyimak sambil nggarap!”

Chika Puspa Kenanga yang duduk di samping kiri Akip Sahara Raya berbisik, ”Info Gtk ngecek lewat alamat apa Pak Akip?” Dia memang kadang agak tertinggal ketika mengikuti suatu instruksi.

Akip Sahara Raya menjawab dengan lirih, “Buka SIM GPO, ntar bisa cek info GTK, Bu.”

“Coba liat!” kata Chika Puspa Kenanga sambil memelototi browser di laptop Akip Sahara Raya. Dilihatnya tab-nya ada banyak sekali, ada yang untuk memutar lagu dangdut di youtube, ada yang sedang unduh film, dan ada yang membuka facebook. “Pantas saja wifi-ya lemot!” batinnya.

Akip Sahara Raya tidak merasa kalau sedang diamati Chika Puspa Kenanga. “Nanti ketemu ini, Mbak!” kata Akip Sahara Raya sambil menunjukkan fitur-fitur di laman GPO.

Rudi Senopati memandang semua peserta yang asyik dengan laptopnya masing-masing, “Ehem..., setelah terbuka, scroll ke bawah. Lihat di bawah raport UKG yang merah atau hitam, ada fitur "Layanan Info GTK". Kita klik di situ. Setelah info GTK terbuka di tab baru, coba cermati kelayakan & kevalidan data guru kita masing-masing!”

Chika Puspa Kenanga tampak masih kebingungan. “Pilih yangg mana?”

“Coba turunkan ke bawah! Ya, yang itu!” kata Akip Sahara Raya sambil menunjuk layar laptop Chika Puspa Kenanga dengan tangan kirinya.

Chika Puspa Kenanga tampak senang. “Oke, makasih, ya?”

“Oke,” jawab Akip Sahara Raya. ‘Pinter deh, Mbak ini!”

Airin Ganesya yang berada di sudut belakang angkat tangan. “Pak, ini pangkat golongan ruangnya belum sesuai, harusnya III/b tapi masih tercatat III/a. Gimana solusinya, Pak?

Rudi Senopati segera merespon, “Nggak apa-apa, yang penting di dapodik sudah kita input yg Chika Puspa Kenanga masih kebingungan juga. “Tempatku nggak bisa login, selalu password tidak cocok!”

Akip Sahara Raya menyahut, “Email dan pasword hrs bener dunk!”

“Sudah sesuai di suratnya kok tetp nggak mau ya?” Chika Puspa Kenanga masih menampakkan wajah bingungnya.

Akip Sahara Raya mencoba menjelaskannya. “Dah pernah dirubah tuh password-nya!”

Rudi Senopati melanjutkan penjelasannya. “Sebaiknya, para penerima tunjangan dilatih agar bisa ngecek info GTK nya masing-masing. Jangan yg ngecek OPERATOR semua. Salah satu tujuan info GTK dimasukkan dalam SIM PKB adalah agar guru tidak mengandalkan operator untuk ngecek info GTK. karena untuk melihat info GTK, seseorang harus dipaksa melihat Hasil UKG nya.”

“Terima kasih sarannya, Pak!” kata Dwika Matadewa dan Cahya Pambuka Jiwa bersamaan.

Haryo Gumregah yang biasanya diam ikut memberikan pendapatnya. “Harus begitu, biar penerima tunjangn bertanggung jawab dengan datanya.”

Begitulah suasana pertemuan para operator pendataan yang pekerjaannya selalu dikejar-kejar deadline, sehingga kadang tidak sempat membaca manual book dari sebuah aplikasi yang diperbaruinya. Akibatnya adalah kepanikan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ternyata.... nek dikejar yo njedul

08 Nov
Balas

sudah kubedhek sedurungnya..

08 Nov

Cakep tulisannya Pa, semangat terus teman2 OP *jempol

07 Nov
Balas

makasih supportnya, salam satu nusa

08 Nov

Mantap Pak, mewakili Operator menyampaikan keluh kesahnya, petunjuk yang dikemas dalam sebuah cerita yg sistematis.

10 Nov
Balas

terima kasih kunjungannya pak Dirjen. saran dan kritik Bapak tentang cerpen saya, selalu saya tunggu

11 Nov



search

New Post