Badriah Yankie

Resolusi 2020: Menulis 1.000 artikel dalam setahun ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Perlukah Kita Mengurusi Apa Agama Didi Kempot?

Berita berpulangnya Didi Kempot, seniman, merebak ke seluruh negeri. Dalam sehari, berita kematiannya beredar di Whatsapp, di Instagram, di Facebook, di koran, juga di televisi. Ini mengindikasikan keberadaannya dalam dunia seni diterima bangsa ini dan mendapat tempat di hati penduduk negeri ini.

Berita kematiannya dipandang sangat tidak disangka-sangka. Pernyataan tidak menyangka kematian menjemput Didi Kempot seolah menafikan bahwa Didi Kempot adalah makhluk yang harus tunduk pada hukum alam yaitu setiap yang lahir akan mati. Kapan matinya, nanti waktu yang akan mengabarkannya. Dengan mengunsyafi hukum alam ini, agak mengagetkan jika komentar yang dilontarkan mempertanyakan kematian. Maka, untuk memenuhi hasrat kematiannya dirilis berita khusus yang membahas alasan kematiannya yang paling logis yang bisa diterima semua orang. Kultur bangsa ini mewajibkan menyertalan alasan kematian seseorang ketika ada kabar duka. Tidak menginsyafi bahwa kematian adalah hak, adalah pasti hadir dengan caranya.

Rupanya berita mengapa wafat yang dipuaskan dengan jawaban masuk akal dan tidak mengakibatkan pikiran macam-macam tidak benar-benar memuaskan. Muncul pertanyaan 'apa agama Didi Kempot'. Keingintahuan yang keterlaluan. Keimanan termasuk wilayah pribadi. Kepada siapa seseorang beriman, bukan urusan publik. Bahkan secara ekstrim Mengapa seseorang tidak beriman kepada satu Tuhan pun, itu bukan urusan publik. Keimanan, ketakwaan dan bertuhan itu urusan personal orang itu sendiri dengan keyakinannya.

Mempertanyakan Apakah seseorang beragama atau tidak, Setelah orang itu wafat, merupakan hal yang keterlaluan yang dilakukan oleh orang-orang yang hidup kepada yang mati. Orang yang mati telah selesai urusannya dengan masalah-masalah kehidupan. termasuk mengurusi masalah beragamanya. Mengungkit apa agama seseorang memberikan kesan bahwa seorang harus seperti orang kebanyakan di negeri ini yang mengekspos agamanya pada KTP. Masalahnya menjadi pelik karena orang yang dibicarakan itu telah tak bernyawa. Tidak dapat ditanyai lagi agamanya apa. Sekalipun seumpamanya dia hidup, etiskah menanyakan agama anda apa? Kalau dijawabnya saya tidak beragama, apakah anda siap dengan jawabannya itu? Pikiran penanya menuntut agar jawabannya menyebutkan satu nama agama. Sekarang, yang dipertanyakan itu agama orang yang tidak lagi butuh agama, dia mati, telah selesai urusan agama yang harus diurusi dalam kurun dunianya.

Orang mati tidak memerlukan agama. Dia hanya butuh bantuan yang hidup untuk menghilangkan jejek jasadnya dengan cara dikubur, dibakar atau dengan cara lain agar jasad itu tidak merepotkan yang hidup jika dibiarkan begitu saja. Jasad itu tidak akan mengeluh ketika jasadnya dibungkus kain, dobungkus karung, dibajui, atau bahkan tidak dibungkus sekalipun. Dikubur dengan memakai peti, memakai kotak besi, atau tanpa wadah, tak masalah. Dia tidak akan peduli. Urusan dengan dunia sudah selesai baginya.

Tidak ada hak bagi yang masih hidup untuk mengurusi agama orang yang telah mati. Sekalipun untuk sekadar memuaskan sebuah pertanyaan. Dengan cara apa jasad itu mendapatkan kemewahan, juga bukan urusan publik. Penghormatan pada jasad lebih besar berada pada wilayah tanggungjawab keluarganya. Publik berhak menerima apa adanya saja. Publik tidak dapat turut campur mengatur kepatutannya. Misalnya, dia yang lslam patut dikubur. Ketika ada jasad seorang lslam dibuang ke laut, apakah menjadi tidak patut? Terlalu banyak elemen yang harus ditinjau sebelum membuang waktu hidup yang kita miliki untuk mempermasalahkan seseorang yang sudah mati.

Hentikan menggali informasi personal orang yang sudah tak ada urusan dengan dunia. Lebih manusiawi jika mendoakannya, berterima kasih atas kebaikannya selama dia hidup. Jangan bertanya lagi, apakah boleh mendoakan orang mati yang tidak diketahui agamanya? Come on, cut a crap!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post