Bahar Sungkawa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Jujur dan keengganan berjihad (Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke 319)
Ilustrasi Gambar diunduh dari Google Image

Jujur dan keengganan berjihad (Tantangan Menulis Gurusiana Hari ke 319)

Fase perang Tabuk adalah fase yang menyiratkan sejarah kelalaian seoran Kaab bin Malik. Betapa tidak, Rasululloh dan para sahabatnya menerjang musuh dengan resiko syahid dan terluka, Kaab bin Malik berleha-leha dan bersantai-santai dirumah dan kebunnya yang berbuah lebat dan rindang. Kaab bin Malik, telah mendengar panggilan Jihad dan hiruk pikuk pasukan muslim yang siap maju ke medan tempur, ah sebentar dulu baru siap-siap belum bergerak, pikir Kaab. Namun menggampangkan masalah dan menunda-nunda waktu, menjadikan Kaab terlena, dan akhirnya benar dia tertinggal pasukan yang telah berangkat, Rasululloh dan pasukan Muslim telah berangkat dan dalam posisi mendekati medan tempur, mata Kaab tidak bisa melihat suara dan gerak pasukan Muslim yang dipimpin Rasululloh, karena sudah jauh-jauh dari kota Kaab bin Malik tersebut.

Hari-hari menjelang kedatangan Rasululloh SAW dari medan Tabuk sangat menegangkan, setidaknya bagi Kaab bin Malik. Kalau saja ia berada pada rombongan Rasululloh SAW tentu lain ceritanya.

Setibanya Rasul dari medan tabuk, menjadi kebiasaan Rasul untuk pergi ke Masjid melaksanakan salat. Ternyata sekitar 100 orang Munafik telah menunggu disana. Mereka semua memohon kepada Rasul untuk meminta ampunan kepada Alloh karena tidak berperang. Mereka juga berharap agar Rasul sendiri juga mamaafkan mereka. Permintaan itu dikabulkan Rasululloh. Namun saat melihat bahwa dikerumunan itu, ada juga Kaab bin Malik yang juga hendak Jauka ataupun menyatakan penyesalan karena berdosa dan meohonkan maaf kepada Alloh dan juga maaf Rasul, muka baginda memerah dan tersenyum sinis kepada Kaab.

“ Mengapa kamu tidak ke medan Tabuk?. Bukankah kamu telah membeli kendaraan untuk berangkat ke Tabuk?. “Mendengar pertanyaan Rasul, Kaab tertunduk dan menyesal sejadi-jadinya. Dia sadar bahwa dirinya adalah sahabat andalan Rasululloh yang dibina langsung oleh Rasululloh SAW. Tidak pantas jika, Kaab lalai dalam keikutsertaannya di medan Jihad. Dibenaknya ada keinginan untuk beralasan, dengan berbohong agar Rasul memahami alasannya dan memintakan maafnya kepada Alloh SWT dan Rasul juga memaafkannya.

Dalam praktek alasan atau dusta yang dikemas agar terkesan syar’i banyak ragamnya. Namun dalam praktiknya yang muncul adalah : rasionalisasi kesalahan (pendapat Anis Matta) yakni kecenderungan membenarkan kesalahan dengan alasan apapun. Atau dalam ungkapan bahasa Arabnya “ akhazhat hul izzatu bil itsmi” (ia dipaksa oleh keangkuhan untuk membela dosanya).

Perang nafsu dan sikap jujur bergejolak dalam diri Kaab, namun sekaliber Kaab tidak akan terlena dengan hawa nasfu kedustaan. Dia sadar sedang berhadapan dengan Rasul Alloh dan membahas tentang bermuamalah kepada Alloh. Maka Kaab bin Malik, menyampaikan kebenaran kepada Rasululloh SAW:

“ Wahai Rasul, andai aku berhadapan dengan selain engkau, aku yakin dapat meloloskan diri dengan satu alasan. Namun, andaikata aku berdusta kepadamu yang membuatmu ridho kepadaku, aku khawatir Alloh akan membuatmu marah padaku (dengan mengungkap kedustaan ini melalui wahyu).Wahai Rasululloh jika aku jujur kepadamu, dan itu membuatmu marah kepadaku, aku masih bisa berharap agar kelak Alloh mengampuni dosaku.”

Rasul berkata menimpali kejujuran Kaab bin Malik dan kedua sahabat lainnya yang tidak berangkat ke medan Tabuk , “ orang-orang ini benar-benar telah berkata jujur, Wahai Kaab, berdirilah sampai Alloh memutuskan sesuatu untukmu.” Akhirnya Kaab dan kedua sahabat lainnya yang tidak berangkat ke Tabuk, di boikot sosial selama 50 hari, tapi itu lebih ringan dibandingkan beratnya pertarungan memenangkan kejujuran iman.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil?. Rasionalisasi alasan, kebohongan diatas kebohongan, dan menjadikan kehormatan dan nama besar serta kepopuleran, menjadi hujjah yang kuat untuk berdusta.

1. Kita selalu kalah dan kalah oleh egois dan kesombongan kita untuk berkata dusta, dusta dan dusta untuk menutupi kepopuleran, jabatan dan ketenaran pangkat dan jabatan tinggi di masyarakat.

2. Lebih baik berbohong kepada manusia untuk keselamatan jabatan, mendapatkan pemakluman dan perhatian/dukungan orang dengan PHP hanya untuk bermuamalah dengan manusia, dan melupakan bermuamalah dengan Alloh SWT.

3. Senang jika kejujurannya dinilai rendah oleh Alloh SWT dan dicap Kazab oleh Alloh karena mencari alasan – alasan untuk menutupi kemunafikannya yang jika berkata dusta, dan jika diberi amanat dia khianat (berbeda saat berbicara dengan kenyataannya, berbeda saat kampanye dengan setelah dia meraih jabatan karena dukungan orang lain).

Wallahu alam bis showab

Sukabumi 27 Maret 2021

Bahar Sungkowo SPd MPd

SMP Internat AlKausar Kabupaten Sukabumi

IPS Kewirausahaan , pencipta modul Pendekar SAKTI dan Metode ASAH PENA

WA 087820994093

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post