Bahar Sungkowo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kanjuruhan, apakah ini yang terakhir kali?(Tantangan Menulis Gurusiana 365 tulisan ke 283)
Ilustrasi Gambar di Posting dari Dokumentasi pribadi

Kanjuruhan, apakah ini yang terakhir kali?(Tantangan Menulis Gurusiana 365 tulisan ke 283)

Assalamualaikum wr wb. Pertama-tama aku ucapkan salam persatuan dan kebersamaan sebagai Orang Indonesia. Turut berduka cita atas meninggalkan ratusan pendukung Arema Malang dalam Insiden tragedi kemanusiaan. Tapi mari kita melihat dari sejarah bahwa sebuah peristiwa tidak pernah dijadikan ibrah atau pelajaran untuk tidak terulang lagi. Meskipun peristiwa-peristiwa kerusuhan sepak Bola sering terjadi dan terjadi, seakan tidak menjadi efek jera, karena sepak bola sangat tergantung Supporter atau para mania-mania penyemangat tim yang bertanding. 

Tapi khas dari peristiwa stadion Kanjuruhan ini, justru menarik karena tidak ada Supporte Persebaya Surabaya dalam duel gaek Derby JATIM Arema FC dengan Persebaya Surabaya. Ini adalah 100% supporter Arema, dan 0% supporter Persebaya. Tapi mengapa terjadi insiden kerusuhan?. Berarti para Aremania ini bertempur dengan Polisi, bukan pendukung persebaya. Lanjutlah dengan puisi akrostikku :

" GAS AIR MATA "

Gempita puluhan ribu manusia di Kanjuruhan di malam insiden itu

Air mata karena kepedihan berpacu dengan ikhtiar bebas merdeka

Satu pintu, dua pintu diperebutkan puluhan ribu manusia yang panik

 

Alasan apa wahai aparat kau lepaskan asap pembunuh kepada saudaramu

Ingat itu sama saja anda-anda pemicu ratusan nyawa melayang tragis

Republik ini menangis dan berduka karena keputusan gegabah kau

 

Menyedihkan namun tidak ada yang legowo mundur akibat tindak gegabah

Ataukah kejadian demi kejadian terjadi tanpa menjadi Ibrah perbaikan

Tinggal semua itu jadi kenangan yang terlupakan-kenangan terlupakan

Andai bola dan gawang bisa bicara di akan teriak " KEPARAT KALIAN SEMUA"

 

Bola dan Gawang marah melihat tingkah laku manusia-manusia yang gegabah dan

seenaknya saja mengambil keputusan lalu tidak berani mundur menunggu dirinya dipecat. Inilah mental orang Indonesia kembali terulang, tidak mengambil pelajaran, dan tidak berani mundur secara legowo. Apakah 134 nyawa melayang, anda hanya diam dan membisu. Lalu apakah kita akan menunggu dan mendengar sanksi FIFA indonesia di berhentikan dengan tidak Hormat dari FIFA dan hanya boleh merumput di negerinya saja?. Wallahu alam. 

Sukabumi 13 Oktober 2022

Bahar Sungkowo M.Pd

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post