Bambang Winaryadi

Lahir di Tanjung Redeb, 16 Desember, saat ini sebagai Tenaga Pengajar di MAN Berau dan Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Tanjung Redeb. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
BERGELUT TANPA CAHAYA (Bagian 2)

BERGELUT TANPA CAHAYA (Bagian 2)

Malam ini merupakan malam pertamaku mengenalmu. Sungguh apa yang membuatku merinding terjadi. Kampung tempatku bertugas ternyata tak ada penerangan listrik yang menerangi para penduduk hingga 24 jam. Sungguh tak terbayangkan olehku. Meskipun demikian aku masih beruntung. Pengalaman hidup dilingkungan yang hanya diterangi listrik yang bersumber dari tenaga diesel (mesin berbahan bakar solar) dari jam 6 sore sampai jam 10 malam kuanggap lumayan, membuatku sedikit tenang selama 4 jam setiap malamnya.

Malam pertamaku dengannya dimulai penuh perjuangan yang membuatku tak mampu memejamkan mata sejak arlojiku menunjukkan pukul 12 malam hingga kukumandangkan adzan subuh dengan mata yang sangat berat. Saat kubersujud kulampirkan do’a kepada-NYA: “Ya Allah, inikah jalanku, aku belum mulai, tapi bathinku terganggu. Adakah kesempatan berikutnya mampu membuatku tegar menjalani profesiku sebagai da’i di kampung yang seram begini. Kuatkan aku ya Allah.” Hanya do’a yang dapat kupanjatkan dalam setiap salatku.

Hari ini kuberjalan sendiri dari pintu kepintu menemui pemuka masyarakat dikampung itu. Andalanku hanya satu, tersenyumlah, teruslah tersenyum untuk setiap orang yang memandangmu meskipun yang melihatmu penuh curiga. Sesekali kulirik mereka yang memandangku berbisik dengan yang lain, tapi aku tak tahu apa yang mereka ceritakan. Ah sudahlah, husnudzan saja bathinku.

Alhamdulillah hari pertamaku berkenalan dengan pemuka masyarakat tuntas. Plong rasanya untuk jadwal yang telah kuagendakan telah selesai. Kuambil diary, kucontreng satu agendaku yang telah kulewati hari ini. Hilang rasa lelahku jika kuingat perjalananku dari pintu kepintu dikampung itu. Bayangkan, aku baru mengetuk 6 pintu rumah dengan jarak antar rumah penduduk yang kujalani sekitar 20 sampai 50 meter. Ya sudahlah, ambil hikmahnya saja, kan baru pertama kali keluar dari zona nyaman.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.45 wita. Mandi belum, masak nasi dan sayur juga belum. Hm, jadi da’i merangkap koki nih. Memang harus seperti itulah keadaannya. Ku harus kuat dan mampu melewati semua demi tugasku.

Seperti malam yang lalu, tepat jam 22.00 wita lampu penerangan dimatikan. Wow serem, dan hanya lilin saja yang kunyalakan. Ada rasa yang tak karuan mulai menyapaku. Moga saja dia yang menghampiriku kemarin malam tak lagi menggangguku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post