BANGUN PRACOYO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar dari Anggrek

Belajar dari Anggrek

Belajar dari Anggrek (2)

Beberapa bulan lalu saya diminta mengantar istri dan teman-temannya ke rumah teman. Teman istri saya sedang hajatan. Menikahkan anaknya. Dari hajatan teman lalu mampir ke rumah teman lainnya. Sebenarnya teman istri saya juga teman saya. Saya dan istri awalnya memang teman. Akan tetapi cerita tentang pertemanan ini saya lanjutkan lain kali saja. Karena topiknya mengenai anggrek.

Seperti biasa kalau bersilaturahmi ke rumah teman selalu heboh. Cerita apa saja pasti seru. Pada saat akan pamit teman-teman istri saya yang juga teman saya memuji tanaman yang ada di halaman. Tentu ada konsekuensi dari sebuah pujian. “Wah anggreknya bagus-bagus ya.” Kata teman istri saya yang juga teman saya.

“Kepengin ya …mau?” Tanya tuan rumah reflek.

“Ngga ah… nggak nolak.” Semua menjawab kompak dan serempak sambil terbahak-bahak.

Otomatis sang tuan rumah mulai repot untuk memilih anggrek mana yang harus dibawakan pada tiga orang temannya yang sudang mengunjunginya. Saya tidak termasuk hitungan walaupun saya juga temannya karena saya sudah diwakili istri. Anggrek di pot lumayan banyak dan bagus-bagus. Kalau “dirampok” tiga orang temannya tentu kasihan juga sang tuan rumah. Saya harus memberi solusi terbaik. Teman-teman datang dari jauh dapat tanaman anggrek dan tuan rumah jangan terlalu merasa kehilangan.

Saya perhatikan di halaman depan ada pohon kamboja yang sudah cukup besar. Pada pohon itu banyak sekali tanaman anggrek yang menempel. Saya tidak tahu jenis anggreknya. Itu bisa jadi solusi. Saya sarankan tanaman anggrek yang menempel di pohon kamboja itulah yang diambil sebagian lalu dibagikan ke teman-teman. Semua setuju semua senang.

Kami semua pulang membawa tanaman anggrek. Bagi saya ini anggrek kedua. Anggrek pertama dari teman istri yang sudah dibawakan lengkap dengan media dan tali pengikatnya. Kalau sekarang hanya tanaman anggrek yang ditarik paksa dari pohon kamboja. Bagaimana menanamnya?

Sampai di rumah tanaman anggrek diletakkan begitu saja di dekat kran air agar dingin. Besok sorenya baru mencari media untuk menanam. Hanya pot dan media sekam bakar yang dimiliki. Tanpa ragu saya tanam anggrek di pot dengan media yang ada. Media tanam dan pot sama persis untuk aglonema. Karena hanya itu yang ada. Istri sempat protes juga saat melihat tanaman anggrek tidak diperlakukan khusus. Saya jawab singkat, “Ngga ada salahnya dicoba.”

Ternyata eh ternyata tanaman anggrek bisa tumbuh. Dari nempel di pohon kamboja ke pot biasa tetap bisa bertahan. Media tanamnya hanya sekam bakar campur kotoran kambing. Agar agak kering bagian atas saya beri kerikil dan sedikit arang. Tidak pernah dipupuk maupun disiram. Cukup air hujan membasahi. Dan yang luar biasa sudah muncul batang dan kuncup bunga. Tunas baru juga mulai tumbuh. Entah seperti apa mahkota bunganya saya belum tahu. Pasti indah karena gratisan, Setiap hari saya menantikan keindahan mahkota bunga anggrek mekar.

Jadi kita bisa belajar dari anggrek tentang adaptasi, daya juang dan keihklasan memberi. Apa lagi ya…?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post