Sesekali perhatikan orang yang menuangkan air susu atau teh dari teko ke gelas. Yap, teko berisi air susu akan mengeluarkan air susu ke gelas. Demikian pula teko berisi air teh akan mengucurkan air teh ke gelas. Jadi yang keluar dari mulut teko berasal dari apa yang ada dalam teko tersebut. Mungkinkah teko berisi air kopi akan mengeluarkan air jeruk ? Rasanya mustahil…

Demikain pula apa yang keluar dari mulut kita. Pasti berasal dari hati dan pikiran kita. Saat kita marah dan emosi biasanya akan mengeluarkan kata-kata yang pedas, menohok, atau bahkan memaki, mengumpat, mengancam, dan tak jarang keluar segala isi “kebun binatang”. Saat sedih, atau kecewa, kata-kata yang keluar bisa berbeda, bahkan mungkin disertai perwujudan lain seperti menangis, atau malah termenung. Berkebalikan dengan saat gembira atau senang, kita mengeluarkan kata-kata yang ceria, sambil tertawa, bahkan bisa terbahak-bahak.

Meski kadang emosi kita tidak selalu stabil, akan lebih baik jika kata-kata yang keluar tetap terkontrol. Artinya saat down tidak harus selalu mengeluarkan kata-kata jelek, dan waktu sedang gembira, ungkapan kegembiraan yang keluar juga tidak terlalu berlebihan. Karena semua ucapan yang keluar itulah sesungguhnya menggambarkan siapa kita sebenarnya.

Kadang ada yang memberikan pembelaan, ‘meski kata-kataku kasar, tapi hatiku lembut lho’…. Ah, anda percaya ? hehehehe. Hati yang lembut tak akan mampu mengeluarkan kata-kata kasar. Karena kata-kata kasar hanya akan keluar dari hati yang kasar pula. Dan hati yang lembut hanya akan mengeluarkan kata-kata yang lembut dan menyejukkan.

Jadi, daripada berkata-kata kasar, kotor, atau makian yang justru akan menyakitkan orang lain dan menambah dosa. berucap dan bertuturlah yang lembut, baik, positif, dan membangun karena itu akan memberi manfaat buat yang mendengarkan.

Oke ….. ? hehehe